Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Bryan yang berada dalam taxi segera menurunkan kakinya. Namun langkahnya teredam, setelah melihat sosok yang tiba tiba ada di dekatnya. Padahal, sudah berhari hari mereka tidak bertemu. Bukan ... bukan Bryan sedang menghindar, tapi memang lebih dari seminggu ini tak ada kesempatan untuk bersua. Dan kesempatan itu tidak perlu dicari karena kini beberapa langkah di hadapannya, ada Quin—si keturunan Larimma.
Uh... Lagi lagi dia!
"Hai, Bee! Kita sudah lama tidak bertemu. Aku merindukanmu!"
Quin lantas mendekat. Rautnya cerah dengan penampilan luar biasa. Seorang keturunan Vinnson memang harus terlihat memukau, elegan, dan menarik perhatian. Namun Bryan yang memperhatikan penampilan itu, hanya tersenyum segaris. Lalu tubuhnya berbalik, demi menutup pintu taxi yang membawa ke tempat tujuan. Jika dihitung ... Sebenarnya tadi malam mereka sempat bertemu saat Bryan singgah di minimarket bersama Aunty nya, tapi entah mengapa Quin tak jadi mendekatinya.
"Apa kau tahu arti merindukan itu seperti apa, Quin?" Bryan akhirnya menatap. "Jangan katakan iya, jika yang kau maksud sudah lama tidak berjumpa. Tadi malam kita bertemu."
"Oh jadi tadi malam kau juga melihatku?"
Tak menjawab, fokus Bryan lantas mengarah pada netra hijau yang membulat. Ditambah kerjapan mata yang bagi Bryan itu aneh. Namun segera mengabaikan itu, Bryan lantas melangkah kaki melewati Quin. Dan seperti kebiasaan, Bryan tahu setelah ini Quin akan berteriak menyebalkan.
"Bee, tunggu! Jangan menghindariku!"
Kakinya terus berlanjut, mengabaikan dengung si Larimma.
"Aku bilang berhenti! Berani beraninya kau memperlakukanku seperti ini?"
Tiba-tiba Bryan menghentikan langkahnya.
"Jika kau ingin menghindariku kukatakan tidak bisa!" sahut Quin berhasil menyusul, ia mensejajarkan langkahnya tetapi Bryan tetap tak menoleh. Pandangannya tengah mengedar ke setiap sudut.
"Aku tidak sedang menghindarimu. Apa yang kau lakukan di sini? Kau mengikutiku lagi?" Bryan akhirnya menatap Quin, dan tatapan itu turun naik setengah menyerngit. Bryan yakin Quin kembali mengikutinya karena dari pakaian saja Larimma itu salah kostum.
"Ya, aku mengikutimu."
"Untuk apa? Ingin menemui ibuku lagi?"
Quin berjengit. "Tidak!"
Menyipitkan kedua netra, Bryan menangkap ekspresi tak nyaman di netra Larimma.
Ah...apa Quin sedang menghindari Aunty nya?
"Sebenarnya, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat hari ini, tapi rupanya kau memiliki agenda lain."
"Maaf tidak bisa menurutimu."
"Aku hanya sedikit menyayangkan tiketnya," decak Quin meraih isi tas, lalu mengeluarkan dua lembar tiket. "Kau tahu, ini tiket menonton orkestra harmonie de musica. Aku juga berencana kita akan mengunjungi pameran seni. Pasti menyenangkan!" Berujar sembari mengembalikan tiketnya dengan raut kecewa, Quin meraih isi tasnya lagi. Kali ini ia mengambil sapu tangan demi mengelap butiran basah yang muncul dari leher dan dahi. Panas. Quin mendesah merasakan itu. Dan tingkah itu diperhatikan Bryan dengan seksama.
Hmm...apa yang barusan Larimma itu katakan?
Orkestra? Pameran seni?
Ck, seperti Bryan mau saja dibawa ke sana.
Tapi Bryan tak kan bodoh mengungkapkan isi pikirannya, karena Quin lebih menyebalkan jika ditolak.
"Kau sengaja memilih tempat ini karena ingin menghindariku, ya?" Quin melihat kesana-kemari, rautnya bergidik jijik seperti alergi. "Tapi tidak apa, kali ini aku biarkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer On You
RomanceBagi Ohana, kehidupan yang ia miliki sudah sempurna, memiliki pekerjaan menarik, dan keluarga yang bangga untuknya. Namun tidak berlangsung lama saat di masa muda ia terjebak akan masalah, dan masa lalu yang terus menghantui, hingga kehidupan yang i...