SOY : Part 9 (Restless)

10 4 1
                                    

Rasa sakit di ruas jari-jemari tak ia pedulikan. Giginya saling menggertak, menahan geram tanpa bisa dilampiaskan. Karena itu yang bisa Ohana lakukan hanya menggigiti jari-jarinya. Demi mengendalikan rasa membuncah yang sulit ditahan.

Oh tidak!

Rasanya pusing mendadak.

Sesaat netranya menangkap siluet orang itu, inginnya Ohana pingsan di tempat.

Apa sosok tadi adalah lelaki itu?

Caden Orlando

Apa benar itu dia?

Namun seakan belum sadar apa yang terjadi, Ohana terus mengulang perkataan itu di kepala.

Benarkah itu Caden? Apa itu dia? Lelaki itu akhirnya datang?

Sesungguhnya tak perlu dipertanyakan. Sebab tubuhnya sempat menyentuh wajah nyata Caden Orlando. Ia sungguh tak sadar melakukannya, melayangkan pukulan keras diluar kendali otaknya.

TAPI TIDAK!

ITU SUDAH BENAR OHANA!! 

Lelaki itu sudah membuatmu menderita, Caden Orlando pantas mendapatkannya! 

Ya... Ya... Ya...

Good

Tiba tiba pikirannya yang lain berteriak memberikan pujian, Ohana mengangguk-angguk dalam keterdiaman.

Ohana ingin menghajarnya, Ohana ingin mengutuknya, dan Ohana ingin membunuhnya.

Semua bisikan itu, terus terngiang dan berputar di kepala. Segalanya seperti tengah mengingatkan tentang perbuatan tak wajar yang harus ia lakukan setelah bertemu Caden kembali. Kepalanya terus berdentang, tubuhnya lantas mengiyakan.

Ya, Ohana sudah menghajarnya.

Sedikit puas ia akan hal itu.

Selanjutnya, adalah kutukan yang tak perlu menunggu lama. Karena selama tiga belas tahun ini, ia melakukannya berkali kali.

Dan yang terakhir... adalah membalas segala perbuatannya. Apalagi Lelaki itu telah kembali, jadi pikiran jahat itu bisa terlaksana.

Dendam?

Katakanlah seperti itu.

Ohana telah dipermainkan. Sebab selama tiga belas tahun penantian dan kemerosotan hidupannya, bahkan tak akan terbayar dengan membunuh Caden. Lelaki itu benar benar terlambat, Ohana tak akan pernah memberikan ampunan.

Tapi...

Hah...

Hembusan napas tertahan akhirnya terlepas. Tubuhnya yang tegang mulai tenang.

Ohana menyandarkan kepala di sandaran sofa, karena ia menyadari kesalahan fatal yang membuat pikiran buruk tadi seakan mengejeknya.

Benar, Ohana sudah menghajarnya.

Dan benar, Ohana juga mengutuknya.

Lalu membalas segala perlakuan Caden, adalah tindakan selanjutnya.

Namun, apa yang tadi tubuhnya lantas lakukan? Ohana justru mengusirnya! Mengusirnya! Dan itu menyimpulkan jika ia seorang yang pengecut.

"Aunty!"

Suara berisik layar bergerak terus menggema.

Tangannya tengah terkulai, dengan tubuh tak lagi menegang. Pikirannya mulai bercabang. Melayang tentang penyesalan akan pengusiran, sekaligus pada sosok tiga jam lalu ia kurung di dalam kamar.

Ugh...

Dasar Bryan keparat Jamond!

Jangan kira Ohana tidak mengerti taktik yang Bryan lakukan. Entah kejadian apa yang terjadi semalam, tapi Ohana yakin Bryan tahu ia dan Caden memiliki kaitan. Hal itu terbukti adanya Caden di pagi hari ini. Mereka duduk bersama sambil bercengkrama seolah kenalan lama. Bryan itu memang mudah bergaul, ramah, disukai banyak orang, tapi satu tindakan membuat Ohana yakin Bryan merencanakan sesuatu.

Summer On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang