Flashback
Perasaan Ohana sungguh tak enak.
Oh tuhan...
Tangannya mulai bergetar tak seperti biasa. Dahinya mulai mengeluarkan cairan dingin yang membuat remangan di sekujur tubuh. Ohana berlutut, sebab kakinya tak bisa lagi menahan beban diri yang memberat.
Kejadian itu telah terjadi satu jam lalu, di saat tubuhnya tak dapat membantu atau bertindak apapun. Dan kondisi yang Ohana temukan selanjutnya, membuatnya lekas merasa menyesal. Tak ada yang tersisa, hanya ada mayat mayat tergeletak mengenaskan yang tentunya sudah tak bernyawa.
Sementara di tempatnya, Caden masih berjarak tiga langkah di belakang Ohana. Ia menatap awas, menilai kondisi yang terjadi. Baku hantam yang tak tahu siapa pemenangnya tapi tembakan, teriakan, jelas terdengar di tempat Caden menahan tubuh Ohana sekuat tenaga. Ohana memberontak? Tentu. Bahkan berteriak. Memaki Caden yang tak membiarkannya bergerak sedikitpun.
"Kita harus segera pergi."
Lantunan suara Caden membuat Ohana muak!
Tubuhnya bergerak seakan mendapat kekuatan, Ohana mengikis jarak untuk menghantamkan tamparan keras di wajah tampan itu. Wajah Caden terlempar ke samping, kakinya mundur, tubuhnya terhuyung ke belakang. Tenaga seorang Ohana benar benar luar biasa.
"Tutup mulutmu dan jangan berkata apapun!" ancam Ohana murka. "Jika saja kau tidak menahanku, aku pasti–"
"Apa yang akan terjadi?" Caden menyela cepat. Dengan wajah tanpa senyum juga serius, Caden menunggu jawaban gadis yang memiliki semangat tak biasa di hadapannya itu. "Jika aku tidak menahanmu, apa kau yakin bisa menyelamatkan mereka?"
Ada nada cemooh di sana.
"Diam, kau!!" sentak Ohana tajam.
"Seharusnya kau bersyukur aku menahanmu. Wajah cantikmu tak kan berbentuk lagi jika aku membiarkanmu. Dan kau pikir, lima dari kalian bisa mengalahkan tiga puluh orang prajurit?"
Ohana mendesis. Tangannya terkepal erat menahan godaan. Tetapi tubuhnya tak mau menurut hingga untuk sekian detik kemudian, tubuh Caden kembali berguncang. Tidak! Lebih tepatnya terperangkap di antara kaki Ohana.
Kejadiannya begitu cepat. Caden pun tak dapat menghindar. Ohana begitu lihai hingga posisinya kini menekan leher lelaki itu, memerangkap Caden di bawah pahanya.
"Jangan remehkan aku, Caden..." geramnya semakin menekan. "Jika saat ini aku menginginkan kepalamu, kau tak akan bisa menolaknya." Cengkraman itu semakin erat, kedua lengan Ohana menahan sebelah lengan Caden, dan kakinya memberat di atas leher Caden yang memerah. Tapi lelaki itu tetap tak menyerah sedikitpun, menahan, meski napas mulai tersengal.
Dan sayangnya akal sehat Ohana kembali muncul setelah beberapa saat.
Ini tidak benar, Ohana sedikit terlambat menyadari itu. Tujuannya ke sini untuk menyelamatkan lelaki ini bukan justru membunuhnya! Maka mari melupakan masalah sejenak, dan keduanya sangat butuh bicara.
Eratan kakinya mulai mengendur, dan perlahan Ohana lepaskan Caden kemudian. Caden terbatuk sembari melebarkan jarak, keduanya sama sama terdiam dengan saling menghunuskan tatapan tajam.
"Apa yang kau lakukan di sini? Harusnya kau tidak di posisi kami!" Ohana berujar setengah tenang, tapi geramannya belum mereda.
"Aku tidak tahu itu posisi kalian."
"Bohong! Kau sudah memasuki hutan dan harusnya mengambil jalan lain!"
Caden tak menjawab ucapan Ohana, ia lantas berdiri menuju ke suatu titik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer On You
Storie d'amoreBagi Ohana, kehidupan yang ia miliki sudah sempurna, memiliki pekerjaan menarik, dan keluarga yang bangga untuknya. Namun tidak berlangsung lama saat di masa muda ia terjebak akan masalah, dan masa lalu yang terus menghantui, hingga kehidupan yang i...