Suara mengganggu itu kembali terdengar.Namun tak seperti malam lalu, kali ini seperti kemarahan menggebu yang ingin dilampiaskan.
Sementara suara itu terus berdenging dan mengganggu ketentraman, Bryan si pendengar setia tengah berdiri ditopang dinding. Ia telah lama menatap ruangan yang tertutup rapat, sebelum ia beranikan diri mengetuk pintu kamar Ohana. Lalu menunggu beberapa detik dan benar seperti dugaannya, di mana Ohana keluar dengan penampilan mengerikan.
"Apa!"
Ohana menatap nyalang. Sementara Bryan bersedekap sambil mendengar dengusan kasar Aunty-nya. Hingga matanya menajam karena melihat penampilan acak acakan, tapi yang Bryan tangkap Aunty-nya justru terlihat frustasi.
"Aunty kembali kerasukan?"
"Ck, mengganggu saja!"
"Kali ini masalah apa lagi?"
"Tidak ada,"
"Tadi siang padahal sudah baik baik saja. Apa terjadi sesuatu sebelum pulang?" Netra Bryan masih menyelidik, tengah mengintrogasi. Namun Aunty nya itu membuang pandangan pertanda tak mau diajak berdiskusi. "Ini masalah Paman Caden lagi, ya?"
Ohana menoleh tajam. "Jangan memancingku, Samantha..."
"Ah, karena Paman Caden lagi rupanya."
Mendengus kasar, gigi Ohana menggertak menahan kesal. Ck bagaimanapun ia berdusta ternyata keponakannya tetap bersikap tak acuh akan peringatannya. Namun baiklah, mari abaikan saja untuk saat ini.
"Aku tidak ingin membicarakan apapun, kau belum mengerti? Jangan menggangguku lagi dan jangan mencari tahu!"
Bryan mengedikkan bahu tak peduli. Justru mendorong tubuh Ohana kembali memasuki kamar. "Jika tidak mau iya sudah, aku hanya ingin mengatakan satu hal saja..." ujar Bryan terdengar lebih serius. "Aku ingin istirahat, tapi suara besar Aunty terus terdengar. Dan untuk malam ini aku mohon, jangan lagi berteriak!"
Lalu pintu kamar Ohana berdebam setelah itu.
***
Hari ini, Ohana mempunyai tugas untuk mengantarkan Bryan ke Bistown—ibukota Vallebourgh.
Sebab keponakannya itu belum memiliki pengganti Jonathan, dimana tugas utamanya yakni menjemput dan mengantar Bryan ke mana-mana.
Lalu setelah mengantarkan Bryan, agenda selanjutnya yang ia memiliki adalah melajukan roda besinya menuju tempat pertemuan. Ia akhirnya menyetujui permintaan Kenny untuk menemani lelaki itu berbelanja, sebab Ohana sudah menundanya selama dua hari. Well...dua hari lalu Ohana bukannya tidak ingin. Hanya saja, kantung matanya terlihat hitam dan besar. Dan setelah wajahnya kembali normal lagi, Ohana tidak akan menolak sebab Kenny akan kembali lagi ke Vallebourgh utara. Dan lelaki itu mengatakan ingin membeli hadiah sebagai kenang-kenangan.
Hingga akhirnya tiba, Ohana menepikan kendaraannya di spot parkir. Setelah membuka pintu mobil ia berjalan memasuki pusat perbelanjaan besar yang ada di tengah kota South Bay. Tak perlu waktu lama, ia menemukan posisi lelaki itu yang tengah duduk menunggu. Kenny mengangkat pandangan ke arahnya, dan Ohana pun tersenyum kecil melihatnya.
"Lama menungguku?"
"Sekitar...dua puluh tujuh menit," balas Kenny.
"Maaf, tadi aku ada urusan yang menyita waktu. Kuharap kau memahami," ringis Ohana melirik jam di tangannya. Waktu menunjukkan hampir pukul dua siang, di mana waktu yang dihabiskannya untuk mengantar Bryan lalu kembali lagi sekitar lima jam.
"Di sini ingin membeli apa, Ken?" tanya Ohana tapi Kenny tak menjawab pertanyaannya.
Keduanya lantas berjalan, mengitari tiap sudut gedung, dan Kenny sesekali menoleh melihat barang yang terpajang di balik kaca. Dan saat Kenny akhirnya berhenti, Ohana menatap Kenny yang mengedik ke arah sebuah toko.
![](https://img.wattpad.com/cover/269066018-288-k396461.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer On You [END]
RomansaBagi Ohana, kehidupan yang ia miliki sudah sempurna, memiliki pekerjaan menarik, dan keluarga yang bangga untuknya. Namun tidak berlangsung lama saat di masa muda ia terjebak akan masalah, dan masa lalu yang terus menghantui, hingga kehidupan yang i...