SOY : Part 37 (Flashback 7)

6 2 0
                                    


Flashback

Tubuh itu menggeliat pelan.

Pelukan yang semalam memenuhinya, tak lagi terasa.

Ohana membuka netra hazelnya untuk memindai isi ruangan. Dan yang didapati, ia tengah berada di goa bekas pertambangan milik Vinnson. Syukurlah  nyawanya masih selamat karena para tentara itu tidak berhasil menemukannya.

Sewaktu Caden menyadarkannya, Ohana untungnya mendapat kesadaran dan segera bangkit untuk kabur. Caden menuntunnya, hingga akhirnya mereka berhasil mengelabui musuh hingga bersembunyi untuk beberapa waktu. Dan saat keadaan mulai aman, keduanya kembali ke posisi di mana goa pertambangan menjadi tempat teraman.

Ohana juga berhasil mengeluarkan peluru yang bersarang di bahu Caden. Ia berusaha memperbanyak keberanian meski Caden membantunya dengan lawakan tak penting.

"Aku tidak bisa melakukannya, Caden...Aku memegang banyak senjata tapi tidak pernah memegang jarum seumur hidupku!"

Itu yang Ohana katakan demi menolak tanggungjawab yang tidak bisa dilepas.

Caden berusaha bersabar, bibirnya pucat, dan tenaganya menipis. Tetapi lelaki itu memohon pada Ohana untuk menjahit lukanya. Ohana sudah mengeluarkan pelurunya tapi menjahit luka adalah perihal lain.

"Kau pernah melihatku menjahit sewaktu operasi, bukan? Kau pasti bisa."

"Aku takut!" jujurnya. Bukannya membungkus daging Caden, ia takut semakin memperlebarnya.

"Aku mohon...ini sama dengan menghajar orang, kau pasti menikmati yang satu ini. Anggap saja ingin menyiksaku perlahan." Caden masih bisa memberi seutas senyum, tubuhnya mulai gemetar, dan wanita di hadapannya masih enggan melakukan.

Dan Ohana akhirnya mau tak mau melakukannya.

Ia tidak ingin gagal untuk menyelamatkan Caden juga. Rasa histerisnya kadang muncul saat mengingat tembakan datang bertubi-tubi, dan sosok David yang roboh masih menghantui. Ohana jelas merasa bersalah, dan seperti itulah perasaan David sewaktu diselamatkan Billy.

Ohana akhirnya mengambil peralatan milik Caden, memberi bius, mulai menjahit luka tembakan itu. Darah terus mengalir dan ia buang muka ke arah lain.

Ini mengerikan!

Ini menyeramkan!

Jika diberi kehidupan kedua, pasti tak akan ia masukkan dokter sebagai salah satu cita citanya.

Pengobatan Caden akhirnya selesai. Semalaman lelaki itu tertidur lelap dan esok paginya masih tertidur. Baru siangnya lelaki itu terbangun dan meminta minum padanya. Caden juga makan beberapa kaleng ransum kemudian tertidur lagi sampai semalaman. Namun, esok hari Ohana terkejut melihat tenaga lelaki itu kembali seperti semula. Lukanya membaik tak terinfeksi, dan Ohana heran Caden pulih seperti sedia kala.

"Kau sudah baikan?" Ohana memindai tubuh Caden, di mana lelaki itu baru datang membawa beberapa botol air.

"Badanku jauh lebih baik."

"Harusnya bangunkan aku jika butuh sesuatu, kondisimu masih belum—"

"Aku tidak apa apa, Sergeant."

Ohana berdecak. Caden tidak ingin mendengarnya.

Keadaan lelaki itu memang terlihat tidak lagi bermasalah, tapi Ohana belum percaya hingga akhirnya melangkah mendekati Caden.

"H-hei! Kau sedang apa?" Caden memundurkan tubuhnya.

Ohana mengedik ke arah bahu. "Aku ingin melihat lukamu, hanya sebentar."

Summer On You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang