Buah jatuh memang tak jauh dari pohonnya.
Itu sering Ohana dengar, jika orang melihat keluarganya.
Ia mirip sekali dengan ayahnya. Mulai dari bentuk wajah, warna rambut yang hitam sekali, tubuh yang tinggi, dan juga senyum yang pelit diberi. Begitupun dengan saudari satu satunya yang ia miliki yakni Vivian yang memiliki kemiripan dengan sang ibu. Tidak hanya dari fisiknya saja, Vivian pun mewarisi sifat yang paling Ohana benci dari ibunya. Yakni, membangunkannya saat tubuhnya masih terbaring dengan lelap.
Ah... Tak peka
Vivian benar-benar tak peka!
Dengan langkah kaki terburu buru menuruni tangga ke lantai satu, Ohana menahan geram ketika bel huniannya terus berbunyi.
Oh tidak! Ini bukan seperti yang semalam ia inginkan.
Jelas sekali ia memberitahu dan berharap kejadian ini tak terulang lagi, tapi apa daya saudarinya itu tidak pernah mengerti?!
"Siang hari, Vivian! Maksudku siang hari!" teriaknya setelah pintu terbuka keras. Napas Ohana memburu dengan wajah ingin menyerbu. Tapi lihat, Vivian memang tidak tahu malu! Setelah menggedor pintu apartemennya di saat waktu menunjukkan pukul 10 pagi, Vivian dengan polos memberi senyuman.
"Ah, kau sudah bangun, Ann? Syukurlah!"
Wanita itu tanpa rasa bersalah melangkah masuk, tak perlu izin karena ia sudah berjalan ke dapur meninggalkan sang pemilik yang menggertakkan gigi di depan pintu.
"Untunglah kau sudah bangun, aku sempat khawatir kau masih tidur."
"Memangnya kau tidak membaca pesanku?"
"Pesan apa?" Vivian berbalik, rautnya polosnya bercampur bingung. Lalu tiba tiba ia tersentak karena mengingatnya. "Astaga! Kau pasti mengirimkan barang apa saja yang harus kubeli. Maafkan aku, Ann. Aku lupa melihat ponselku. Sejak pagi sudah sangat sibuk, mengantarkan William, mengambil pesanan, melihat waktupun aku tidak sempat."
Cih, kau kan dari dulu memang seperti itu, Vi! Geramannya mengudara, tapi tanpa suara. Ohana mencoba menahan diri agar tidak memaki saudarinya.
Sementara di sana, Vivian kembali tersenyum tanpa dosa sambil meletakkan dua kantong besar belanjanya yang berwarna coklat. Dari lambang kantong itu Ohana tahu kakaknya mengambil pesanan di JMondMart. Namun, Ohana semakin ternganga saat ada tambahan lima kantong lagi yang baru datang dibawa Agatha—sopir pribadi kakaknya. Dan ternyata belum cukup dengan itu, ada tiga kantong lagi yang tengah dibawa Bryan yang baru saja masuk.
"Kau akhirnya di sini..." sahut Ohana skeptis sambil bertolak pinggang. Ia menatap malas pada bocah yang mulai remaja itu. Samuel Bryan Jamond, putra tak kandung yang dimiliki Vivian.
"Hai, Aunty! Bagaimana kabarmu?"
"Kalian sudah lama tidak bertemu, Bryan sangat merindukanmu, Ann."
Semalam, Ohana memang tidak bertemu dengannya. Bryan menghadiri acara pernikahan kakeknya di pagi hari sedang acara makan malam tidak bisa mengikuti. Bocah itu yang ia ketahui harusnya pergi mengikuti summer camp, tapi entah kenapa membatalkannya saat di menit terakhir keberangkatannya tadi malam.
"Benar, sangat disayangkan." Ohana berdecak sembari memutar bola mata, ia melirik Vivian sekilas lalu menatap Bryan malas. "Tentu... keponakanku ini sangat merindukanku. Kau kan sangat menyukaiku hingga terus ingin bermain di sini, bukan begitu Samantha?"
"Ohana, jangan bicara seperti itu!" lirik Vivian tak suka. "Namanya Bryan, jangan seenaknya merubah panggilan putraku!"
"Samuel...Samantha...tidak jauh berbeda."

KAMU SEDANG MEMBACA
Summer On You [END]
RomantikBagi Ohana, kehidupan yang ia miliki sudah sempurna, memiliki pekerjaan menarik, dan keluarga yang bangga untuknya. Namun tidak berlangsung lama saat di masa muda ia terjebak akan masalah, dan masa lalu yang terus menghantui, hingga kehidupan yang i...