Apa yang dikatakan Arsyila, satu sisi membuat Neara sangat bahagia, tetapi di sisi lain membuat Neara khawatir bahwa Ansel pasti terluka. Ternyata cinta dan takdir sering kali bertolak belakang, tidak sesuai dengan keinginan.
"Neara!" Baba memanggil putri kesayangannya sedikit teriak, karena malam sudah cukup larut.
Neara, Arsyila dan Anggi yang tengah asik bercerita banyak hal di kamar, kini mereka bertiga segera keluar. Arsyila melihat ke arah jam tangannya dan benar saja bahwa malam sudah sangat larut.
"Iya, Ba?" ujar Neara yang sampai di ruang keluarganya dan melihat Ansel sedang memegang kursi roda milik Baba.
"Arsyila dan Anggi menginap di sini 'kan, Nak?"
"Arsyila dan Anggi harus kembali ke hotel Ba, dosen kami pasti saat ini sedang khawatir mencari kami," balas Arsyila.
"Kenapa nggak menginap saja sih, Syil? Lagi pula besok adalah hari terakhir kamu di Turki, bukan?" kini Neara menimpali karena ia tidak ingin cepat berpisah dengan Arsyila dan Anggi.
"Hah?" Ansel dan Baba terkejut secara bersamaan.
"Iya Ba, Syila lusa sudah akan kembali ke Indonesia."
"Cepat sekali kalian sudah akan kembali? Padahal ini pertama kalinya kalian ke sini dan Baba sangat merasa senang. Kalau ada kesempatan lagi ke Turki maka jangan sungkan untuk datang ke rumah ini ya. Anggap kami adalah keluarga kalian juga," ujar Baba seraya tersenyum.
"InsyaAllah Ba, oh iya karena malam semakin larut dan pasti Baba juga sudah harus istirahat, Kami pamit sekarang ya Ba?"
"Iya nak, hati-hati ya dan terima kasih sudah mau mampir untuk makan malam di sini. Semoga Neara suatu saat menjadi seperti kamu Arsyila," ucap Baba dengan penuh harap.
"Iya Ba, kalau begitu Baba, Anne, Neara, kami pamit ya. Neara, sampai jumpa besok ya sesuai janji kamu yang akan menemani kami besok,"
"Oke siap."
Kini mobil yang membawa Ansel, Anggi dan Arsyila melesat membelah jalanan malam di Negara yang sangat indah pemandangannya dengan dihiasi langit malam yang penuh gemerlap bintang. Lampu-lampu kubah masjid seakan menjadi pesona tersendiri yang menghiasi Istanbul.
Ansel hanya terdiam selama perjalanan. Ia terpikirkan apa yang Baba dan Neara ucapkan, apa ia benar-benar harus menyerah dengan perasaannya sendiri? Apa tidak ada jalan lain selain menyerah oleh keadaan dan perbedaan? Satu sisi besok adalah hari terakhirnya ia bersama dengan Arsyila, karena yang baru ia tau bahwa lusa nanti Arsyila sudah harus pulang ke Indonesia.
"Ekhem!" Ansel berdehem memecah keheningan di mobil. Arsyila yang duduk dikursi penumpang bersama dengan Anggi yang kini tengah tertidur tiba-tiba menoleh ke arah kaca spion depan mobil.
"Ada apa, Ans?" tanya Arsyila.
"Beneran lusa lo balik ke Indonesia? Kok cepet banget?"
"Iya, soalnya aku sama Anggi ke sini hanya untuk memenuhi tugas kampus yaitu mengikuti seminar dan semua fasilitas itu dari kampus termasuk biaya pulang-pergi maka kami harus mengikuti prosedur," jelas Arsyila.
"Ooohh gitu, terus gw gimana?"
"Kok tanya aku? Kamu lanjutkan saja perjalanan kamu di sini, siapa tau kamu akan menemukan hal yang tidak terduga nantinya. Ajak Neara jika kamu takut tersesat,"
"Udah ketemu, tapi malah pergi,"
"Kok gitu? sudahlah, pasti akan bertemu hal tidak terduga lainnya nanti. Ingat jangan sering meminum alkohol dan merokok, karena itu sangat buruk untuk kesehatan kamu,"
"Oke siap, gua pasti ikutin saran lo yang itu."
Kini suasana kembali hening, Arsyila melihat ke arah luar jendela mobil dan betapa kagumnya ia dengan Negara ini. Beberapa tempat bazar masih ada yang buka dipenuhi dengan pemuda-pemuda Turki. Hal itu bisa dibilang sama dengan apa yang ada di Jakarta.
"Hei Ans, lihat deh bangunan-bangunan itu? cantik ya?" ucap Arsyila.
"Iya, sangat cantik dan akan selalu cantik," jawab Ansel yang sebenarnya tidak memperhatikan jalanan namun melihat ke arah gadis yang tengah tersenyum kagum memandangi indahnya malam di Istanbul.
"Huft, suatu saat aku ingin sekali bisa kembali ke sini bersama dengan orang-orang yang aku sayang. Menjelajah lebih lama dan memperlajari lebih banyak hal di Negara bersejarah ini."
"Aamiin, semoga apa yang lo harapkan bisa terkabulkan."
"Aamiin, makasih ya Ans."
Ansel hanya tersenyum dan kembali fokus menyetir. Ia senang bisa kenal dan dekat dengan gadis sebaik Arsyila, tetapi perbedaan keyakinan menjadi penghalang untuknya lebih mendekat ke Arsyila.
***
"Nggi! Anggi! Bangun, tidurnya dilanjut lagi pas udah di kamar." Arsyila mengguncang-ngguncangkan tubuh Anggi yang tertidur dengan bersandar di bahunya.
"Ngghh... udah pagi ya, Syil?" balas Anggi yang belum sepenuhnya sadar.
"Woy Nggi! Bangun lagi, turun dari mobil, kalau nggak kita tinggalin sendirian di parkiran!" seru Ansel dan hal itu sontak membuat Anggi melebarkan pupil matanya.
Mereka kini tengah berada di area parkir hotel. Ansel sedikit bertingkah usil dengan menyipratkan sedikit air mineral dari botol minum yang ia bawa selama perjalanan. keusilan Ansel kepada Anggi membuat Arsyila merasa sebal karena Ansel telah mengganggu temannya.
"Ans, jangan gitu dong!"
"Habisnya, temen lo tidurnya nyenyak banget. Gua udah ngantuk buruan yuk turun dari mobil."
"Wait! Anggi, bangun dong! Aku tinggal beneran kamu nanti!"
"Huft, kalian ini nyebelin. Yaudah yuk turun, aku udah ngantuk banget mau cepet tidur di kamar," ucap Anggi yang akhirnya bangun dari tidur dan membuka pintu mobil sembari sempoyongan.
"Ckckck, ada aja kelakuan dia ini," Arsyila tersenyum memperhatikan Anggi, sahabatnya.
"Yasudah Ans, sampai bertemu besok ya! Bye."
"Oke, bye Arsyila! pegangin tuh Anggi, nanti ketiduran di lift pula dia!" seru Ansel dan hal itu mengundang tawa Arsyila secara tanpa sadar.
Arsyila mapun Anggi kini berspisah dengan Ansel. Ansel masih berada di dalam mobil di area parkir hotel. Ia terdiam memperhatikan Arsyila yang semakin jauh kini tengah memasuki hotel itu. Ada rasa yang tidak dapat dijelaskan dalam dirinya.
"Gua akan minta ke Tuhan lo supaya suatu saat gua bisa bertemu dengan lo lagi dimana pun dan dalam keadaan yang berbeda. Gua bersyukur karena Tuhan berkehendak kita bertemu di Negara ini, Arsyila Haruka Azahra," gumam Ansel sedikit mengulas senyum tapi menatap dengan ragu.
Ansel merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Dia sendiri tidak mengerti, mengapa ia selalu mengikuti ucapan gadis yang baru dikenalnya sedari awal mereka bertemu? Kenapa senyuman sang gadis mampu membuatnya teralihkan? Senyumnya, tawanya dan cara bicaranya, semua itu mampu membuat dirinya terpukau. Ansel merasa Arsyila adalah gadis yang sangat istimewa. Gadis yang telah mempu membuat dirinya memiliki tujuan.
°°°
___________________________________
Seperti Hujan yang membawa kehidupan
Kau hadir membawa sejuta tujuan
Merangkai segala impian...
~ Derris Anselino Atmadja ~
__________________________________

KAMU SEDANG MEMBACA
Turkish Airlines-67 (END)
ДуховныеBaca 3 Part dulu ya, kalau suka cus lanjutkan 😁 Btw jangan lupa follow ya .... Belum revisi ⚠️ _________________________________________ Ansel seorang laki-laki yang lekat dengan kehidupan malam tidak sengaja bertemu dengan gadis muslim pada perja...