Berawal dari takdir yang memang sudah digariskan oleh Sang Khalik, semuanya akan berjalan sesuai dengan kehendak-Nya. Apapun yang terjadi maka biarkan terjadi dan mengalir mengikuti arus.
Ansel dan Arsyila kini berjalan bersama melihat-lihat Universitas Marmara. Arsyila mengeluarkan kamera miliknya dan sesekali ia memotret hal-hal yang menurutnya menarik. Ansel terus melihat Arsyila tanpa gadis itu sadari, Ansel merasa damai setiap kali ia melihat senyum Arsyila yang terlihat begitu tulus.
"Syil," seru Ansel secara tiba-tiba.
"Iya Ans, ada apa?" tanya Arsyila masih fokus memotret lingkungan universitas dan tidak menoleh ke Ansel.
"Menurut lo Allah itu Apa?"
Langkah Arsyila terhenti ketika mendengar ujaran pertanyaan dari Ansel. Arsyila menoleh ke laki-laki itu dan tersenyum dengan sangat ramahnya, dan senyuman itu membuat Ansel mengalihkan pandangannya karena merasa gugup secara tiba-tiba.
"Allah adalah Tuhan yang maha Esa, tuhan yang menciptakan segala alam semesta dan seluruh makhluk," jawab Arsyila.
"Sama dengan Yesus?"
Arsyila menggelengkan kepalanya,"No! Yesus adalah nabi dalam agama Islam, dan kami beriman atas kenabiannya," jawab Arsyila dengan sangat lembut.
"Tapi lo percaya dengan Yesus?"
"Kami beriman kepada Nabi Allah dan Yesus yakni Nabi Isa Al-masih adalah salah satu Nabi yang kami percaya. Ibundanya yaitu bunda Maryam adalah wanita mulia dan suci," jelas Arsyila dan membuat Ansel menganggukkan kepalanya.
"Ooohh gitu, menurut lo apakah Tuhan itu bisa mati?" tanya Ansel seketika.
"Allah itu adalah maha Esa, satu-satunya Tuhan seluruh alam yang memiliki sifat Kekal. Allah adalah satu, tidak beranak maupun di peranakkan. Kamu bisa lihat daun yang barusan jatuh dari pohon itu Ans?" tanya Arsyila menunjuk sebuah pohon yang sedikit bergoyang tertiup angin dan membuat daunnya berguguran.
"Iya gua lihat, kenapa?"
"Menurut kamu kenapa daun itu bisa jatuh?"
"Karena tertiup Angin,"
"Betul, tapi kenapa jatuh ke bawah?"
"Ya karena ada gaya gravitasi Arsyila, masa iya hal itu aja lo nggak tau."
"Tepat sekali, itu dalam ilmu sains, tapi daun itu tidak akan jatuh atau pun terbang dan lepas dari rantingnya meskipun terkena angin yang sangat kencang jika tidak ada yang menggerakannya. Semua terjadi karena ada Allah yang berkendak atasnya," jelas Arsyila.
"Sama seperti gua yang tidak akan bertemu dengan lo jika tidak ada keterlibatan Allah?"
"Iya, aku sudah meletakkan tasbihku dengan sangat baik di saku tapi Allah berkehendak tasbih itu jatuh dan kamu yang menemukannya. Tapi, kenapa jadi ke arah sana bahasan kita? Kita lagi bahas soal daun itu loh Ans."
"Yah yang pastikan lagi bahas soal kehendak Tuhan lo yaitu Allah," jawab Ansel dengan santai dan sangat merasa gemas dengan Arsyila.
"Terserah kamu deh hahaha," jawab Arsyila yang kemudian tertawa ringan.
Ansel semakin tidak ingin jauh dari Arsyila dan ingin sekali bersama gadis itu. Senyuman dan kelembutan gadis itu mengingatkan ia pada seseorang yang membuat ia selalu rindu.
Hari sudah semakin sore dan mereka berdua kehilangan Neara maupun Anggi. Arsyila merasa sebal dengan Anggi yang main pergi begitu saja dan meninggalkannya. Tapi, berjalan bersama dengan Ansel bukan sesuatu hal yang buruk juga menurutnya. Ansel sangat suka mengajaknya berdiskusi meskipun Arsyila sendiri agak sedikit takut salah menyampaikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Turkish Airlines-67 (END)
DuchoweBaca 3 Part dulu ya, kalau suka cus lanjutkan 😁 Btw jangan lupa follow ya .... Belum revisi ⚠️ _________________________________________ Ansel seorang laki-laki yang lekat dengan kehidupan malam tidak sengaja bertemu dengan gadis muslim pada perja...