____________________________
"Tidak ada yang mustahil bagi Allah.
Apapun mudah jika Allah sudah berkehandak"
____________________________"Saya terima nikah dan kawinnya Arsyila Haruka Azahra binti Ahmad Ardanu Hasandi dengan maskawin tersebut dibayar tunai!" ucap Ansel dengan satu tarikan nafas dan kemantapan pada setiap kata-katanya.
"Alhamdulillah, Barakallahu...."
Arsyila kini sah menjadi istri dari seorang Derris Anselino Atmadja, putra dari dr. John Alexander Atmadja. Rasa lega, syukur dan segala hal kini bercampur menjadi satu dalam diri Ansel. Ia tidak menyangka di malam hari Raya Idul Fitri, dirinya resmi menjadi suami sah dari gadis yang selama ini sangat ia cintai. Ia tidak menyangka bahwa Allah mempermudah segalanya ketika Arsyila siap menerima khitbahnya. Ansel benar-benar tidak percaya bahwa hari ini terjadi dan semuanya karena kehendak Allah yang begitu Maha Berkuasa.
***
#Flashback
Malam itu setelah papah dan omanya Ansel beserta Hariz sampai di Yogyakarta, mereka langsung berkunjung ke rumah Arsyila. Arsyila awalnya terkejut atas kedatangan John sebagai dokter yang sangat ia kenal, pemilik rumah sakit sekaligus dokter yang merawat ibunya. Bukan hanya itu saja, yang lebih terkejutnya ialah karena kedatangannya bersamaan dengan Ansel yang sehari sebelumnya telah berpamitan untuk pulang ke Jakarta.
"Maaf sebelumnya, Pak John kok bisa mengenal Ansel?" tanya Arsyila yang kini duduk di sebelah ibunya bersamaan dengan mereka di ruang tamu rumahnya.
"Iya nak, kamu ingat bukan kalau saya pernah cerita kalau saya memiliki seorang anak laki-laki yang tidak tau keberadaannya dimana dan selalu kabur-kaburan? Nah ini anaknya," jelas John dan merangkul Ansel dengan bahagianya.
"Oh iya Syila ingat, jadi Pak John adalah papahnya Ansel? Masya Allah sempit sekali dunia ini ternyata. Jadi ini ada apa ya datang ramai-ramai? Silaturahimkah atau ada hal lain?" tanyanya yang to the poin.
"Begini Arsyila dan Bu Aisyah serta Zidan, maaf sebelumnya karena kedatangan kami sudah cukup malam dan membuat kalian terkejut. Kedatangan kami ke sini untuk menyampaikan niat baik putra kami ini. Ia berniat untuk melamar Arsyila untuk menjadi Istrinya. Bagaimana?" ujar John dengan hati-hati dan dengan penuh wibawa.
"Masya Allah, ini benar nak Ansel? Apa kamu yakin? Ada begitu banyak kekurangan di diri Arsyila, dan keluarga kami hanyalah keluarga yang sederhana," ucap Aisyah yang sama terkejutnya seperti Arsyila dan Zidan dengan penyampaian dari John.
"Ansel sangat yakin Bu, justru saya yang punya banyak kekurangan. Saya sebenarnya telah tertarik dengan Arsyila dari pertama kali saya mengenalnya. Saya sebenarnya ragu apakah Arsyila mau memiliki imam rumah tangga seperti saya? Terlebih saya seorang mualaf yang masih butuh banyak belajar," jelas Ansel menatap Aisyah dengan penuh keyakinan.
"Ibu serahkan hal ini pada Arsyila sendiri, kalau Ibu siapapun asalkan itu baik untuk anak Ibu jadi tidak masalah. Bagaimana Arsyila?" Aisyah merangkul pundak putrinya dan bertanya mengenai jawaban dari lamaran Ansel.
"Sebelumnya, Kamu tau kan kalau Ibuku baru keluar dari rumah sakit. Belum lagi adikku juga harus menyelesaikan kuliah tingkat akhirnya. Jika saya menikah denganmu, Apakah saya masih boleh tinggal bersama dengan Ibu dan adik saya? Apakah saya juga masih boleh untuk tetap bekerja?" tanya Arsyila kepada Ansel secara tegas.
"Saya sangat mengerti hal itu, Jakarta dan Yogyakarta bukanlah kota yang jauh. Saya siap jika harus bolak-balik antar kota. Jadi setelah menikah, jika mau mu kita tetap tinggal di sini insya Allah saya tidak masalah dan untuk soal kamu bekerja, selama itu membuatmu merasa bahagia jadi itu juga tidak jadi masalah."
"Baik terima kasih atas jawaban kamu. Bissmillahirrohmanirrohim, Saya Arsyila menerima khitbah dari Anselino Atmadja. Tapi jika boleh, apakah bisa akad dilangsungkan pada malam takbiran nanti?"
"Alhamdulillah..." seru semua orang yang ada di ruangan itu dengan sangat bahagia.
"Insya Allah bisa!"
Setelah malam itu, Ansel dan keluarganya kembali ke Jakarta. Ansel kembali ke rumah orang tuanya dan mengabari keluarga lainnya mengenai berita baik ini. Hanya tersisa 10 hari menjelang akad pernikahannya, membuat ia harus ekstra mempersiapkan segala keperluan. John sangat bahagia karena Ansel tidak salah memilih gadis yang akan dinikahi, terutama omanya juga.
#Flashback Off
***
Akad nikah berlangsung dengan sangat khitmad dan penuh dengan rasa haru bercampur bahagia. Semua sangat terharu begitu juga Anggi dan Neara yang mendapat kabar mengenai pernikahan mereka. Anggi bahkan melalukan livestreming atas pernikahan sahabatnya agar bisa disaksikan oleh Neara. Bulan yang selalu menjadi berkah bagi seluruh umat muslim, kini menjadi keberkahan yang sangat amat bagi Arsyila dan Ansel.
Setelah akad berlangsung dan kini hanya mereka berdua dalam satu ruangan dalam ikatan yang Allah Ridho atas keduanya. Mereka duduk di tepi tempat tidur dengan masih adanya jarak antara keduanya.
"Ekhem! Syila?" seru Ansel yang masih menunduk merasa sangat gugup.
"Iya Ans?" jawab Arsyila merasakan hal yang sama gugupnya.
"Terima kasih karena kamu mau menerima saya dan apa ya? Saya bingung hahaha," ujar Ansel yang kemudian tertawa renyah karena rasa gugup dan kebingungannya.
"Hm, kamu itu unik ya Ans, tidak ada yang lucu tiba-tiba tertawa. Oh iya satu hal lagi yang makasih itu saya, karena kamu mau memilih gadis sederhana seperti saya ini," ucapnya yang ikut tertawa ringan.
"Syil? Kamu gugup nggak sih cuma berdua sama saya di kamar ini? Jujur ya saya gugup banget sebenarnya,"ucapnya yang menggaruk tengkuk padahal tidak gatal.
"Kalau boleh jujur, iya saya sangat gugup. Pertama kalinya satu ruangan bersama dengan laki-laki." Jawabnya yang masih menunduk sambil memilin ujung jilbabya.
Ansel mencoba menghapus jarak keduanya dengan sedikit bergeser duduk di sebelah Arsyila tanpa ada jarak. Teteapi sebelum itu ia mengambil sebuah kotak yang sengaja ia simpan dalam tasnya.
"Syila? Boleh tanya sesuatu nggak? Ini isinya apa?"
"Kamu belum membukanya?"
"Belum, aku buka sekarang ya?" tanyanya meminta persetujuan Arsyila.
Ansel membukanya dengan sangat hati-hati dan dibantu Arsyila. Betapa terkejutnya karena isi dalam kotak itu adalah sebuah tasbih kecil dengan ukiran nama Ansel di ujungnya. Tasbih yang berasal dari kayu dengan pahatan yang begitu indah. Ansel memegang dan melihatnya merasa tidak percaya bahwa ini adalah hadiah paling indah yang pernah ia dapatkan.
Ansel merasa terharu dan tanpa sadar ia langsung memeluk tubuh Arsyila. Ansel memeluk Arsyila dengan eratnya dan hal itu membuat Arsyila terdiam mematung. Jantung Arsyila berdegub dengan sangat kencang dan merasa tidak percaya saat ini. Tapi ia merasa ada desiran rasa bahagia seperti menyelimuti hatinya.
"Ups, maaf Syila. Aku kelepasan, makasih ya untuk hadiah indah ini." Ansel melepas pelukannya setelah ia sadar karena rasa senangnya ia langsung memeluk Arsyila.
"Ekhem! Nggak apa-apa Ans. Kamu bebas memelukku karena kita sudah menikah bukan?"
"Serius? Jadi bolehkah aku memelukmu sekali lagi?" tanyanya karena merasa tidak percaya.
Arsyila tersenyum dan mengangguk. Ansel seketika langsung memeluk Arsyila dengan sangat eratnya bercampur perasaan yang mendebarkan. Rasa cinta dan rindu itu kini tersampaikan dengan ridho Allah yang menyertainya. Keduanya hanyut dalam kebahagiaan yang sesungguhnya. Malam akhir Ramadan sekaligus malam awal mereka menjalani kehidupan yang baru.
°°°
.
.
.
Yey akhirny
a menikah juga mereka
KAMU SEDANG MEMBACA
Turkish Airlines-67 (END)
SpirituellesBaca 3 Part dulu ya, kalau suka cus lanjutkan 😁 Btw jangan lupa follow ya .... Belum revisi ⚠️ _________________________________________ Ansel seorang laki-laki yang lekat dengan kehidupan malam tidak sengaja bertemu dengan gadis muslim pada perja...