19. Patah sebelum menyatakan

1.3K 164 2
                                    

Cuaca begitu tampak cerah, tetapi tidak terlalu terasa panas. Dua orang kini berjalan dan saling berbincang. Pembicaan itu terhenti sesaat, menyisakan sesak yang begitu mendalam bagi seorang laki-laki yang baru saja ingin memulai semuanya dari awal.

"Ans? Ada apa? Kok tiba-tiba kamu berhenti?" tanya Arsyila dengan masih memegang camera miliknya pada kedua tangannya.

"Iya? Oh bukan apa-apa Syil, tadi lo bilang apa?" jawab Ansel yang kemudian kembali beranya seakan ia tidak mendengar apapun sebelumnya.

"Kamu ini kurang fokus ya, aku tadi bilang kalau kamu bulan depan sudah pulang ke Indonesia maka datanglah ke pernikahanku." Arsyila berbicara dengan sambil memotret sekitar perkarangan masjid sultanahmet.

"Gua nggak bisa janji, tapi kalau memang saat itu gua sudah ada di Indonesia, gua bakal berusaha untuk datang di hari bahagia lo," balas Ansel dengan perasaan yang begitu kecewa.

"Oke baiklah, aku tunggu kedatanganmu ya, Ans."

°°°

Kali ini mereka sedang berada di salah satu bangunan masjid yang konon menurut ceritanya menjadi saksi sejarah cinta seorang seniman arsitek Sultan Suleyman. Arsitek itu terkenal dengan julukannya Mimar Sinan. Ada dua bangunan Masjid yang dibangun atas rasa cinta dan rindunya pada seseorang yang tidak bisa ia gapai.

"Ans, kamu mau tau nggak? Masjid ini tuh terkenal dengan nama Masjid Mihrimah loh," seru Arsyila yang memandang kubah masjid dengan bahagianya.

"Kenapa?" tanya Ansel yang penasaran.

"Konon katanya, ada seorang Arsitek kepercayaan Sultan yang terkenal dengan nama Mimar Sinan. Ia jatuh cinta pada putri Sultan yang bernama Mihrimah dan hendak melamarnya,"

"Serius? Apa dia berhasil menikah dengan putri Mihrimah?"

"Tidak, Mimar Sinan melamar putri Mihrimah bersamaan dengan adanya seorang gubernur muda yang juga melamar putri Mihrimah. Mimar Sinan adalah Arsitek hebat loh, tapi ia tidak berhasil dalam cintanya," jelas Arsyila menghembuskan nafas perlahan dengan gusar.

"Hah? Apa ia ditolak karena ia hanya seorang Arsitek?"

"Sabar dong, Aku belum selesai cerita, Ans. Mimar Sinan memang usianya tidak lagi muda, tapi aku tidak tau detail ceritanya. Putri Mihrimah menerima lamaran gubernur muda itu dan menikah dengannya. Mimar Sinan kecewa, tapi tidak semua cinta akan berhasil 'kan? Ya, suatu ketika Putri Mihrimah meminta di desainkan bangunan Masjid atas namanya dan dengan berat hati Mimar menyetujui permintaan putri Sultan itu."

"Mimar membangun dua masjid di tempat yang berbeda, salah satunya Masjid yang ada di hadapan kita ini, Ans. Satu Masjid di bangun dengan dua menara, sedangkan satunya hanya memiliki satu menara. Singkat cerita dari masyarakat, kalau desain Masjid ini adalah symbol kerinduan Mimar Sinan pada putri Mihrimah. Atas cinta yang tidak tersampaikan, terkait benar atau tidaknya yang pasti iu sangat menarik," jelas Arsyila mengambil posisi untuk memotret bangunan bersejarah sekaligus tempat ibadah itu.

Ansel mendengarkan cerita Arsyila dengan sangat serius. Ia tidak menyangka bahwa kisah cinta tidak selalu berhasil seperti kebanyakan kisah. Ada juga cinta yang hanya mampu tersimpan dan tidak mampu untuk di ungkapkan. Ansel bingung dengan perasaannya, tapi melihat senyum Arsyila membuat dirinya merasa harus ikut bahagia.

"Cerita yang menarik," ujar Ansel.

"Sangat menarik, Ans. Oh iya, kamu bilang tadi ingin mentraktir satu cangkir teh aple untukku?" gurau Arsyila yang teringat dengan Ansel yang ingin membawanya minum teh aple khas Turki.

"Gua lupa, yasudah yuk! Lihat, di sana ada semacam kaya cafe gitu, gimana kalau kita minum dan duduk di sana? Lo juga bisa sambil motret pemandangan laut Turki dari sana," ujar Ansel menunjuk salah satu cafe yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Hei, aku tadi hanya bercanda loh," ujar Arsyila.

"No, gua nggak bercanda soal ingin mentraktir lo, ayok kesana," ajak Ansel dan hampir saja ia menyentuh tangan Arsyila.

Arsyila yang melihat pergerakan tangan itu terkejut. Hampir saja, laki-laki yang bukan mahromnya menyentuh tangannya. Ia tau kalau Ansel tadi tidak sengaja.

"Maafin gua, Syil. Gua benar-benar lupa tadi,"

"Iya Ans, oh iya aku telepon Anggi dulu ya. Aku mau pastiin dia sama Neara baik-baik aja," ucap Arsyila dan segera mengeluarkan ponselnya.

Ansel memperhatikan Arsyila yang kini memunggunginya. Ia kemudian menunduk menatap beberapa kerikil yang ada di bawah dan tersenyum miris. Ansel berpikir bahwa jika memang yang Arsyila katakan bahwa semua terjadi atas kehendak Allah, kenapa? Kenapa dia harus bertemu Arsyila? Kenapa ia harus jatuh cinta dalam waktu singkat? Tetapi kenapa setelahnya ia juga harus hancur karena cintanya tidak terbalaskan?

Ansel merasa bahwa kisah Masjid mengenai cinta Mimar Sinan kini seperti dirinya. Cinta itu tidak tersampaikan. Ansel tidak tau setelahnya harus bagaimana? Salah kah jika dirinya jatuh cinta pada gadis Muslim seperti Arsyila? Apa tujuannya kini harus berhenti?

Tiba-tiba setetes buliran bening jatuh, untuk pertama kali setelah sekian lama tidak pernah sedikitpun keluar dari pelupuk matanya. Buliran bening itu berasal dari seorang laki-laki yang sebelumnya begitu keras hatinya karena kekecewaan. Laki-laki itu adalah Ansel, tanpa sadar matanya mengelurkan Air mata. Ansel mengusap matanya dan seakan ia tak percaya. Dirinya menangis hanya karena sebuah kabar pernikahan?

"Ans? Ayok kesana, nanti Anggi menyusul bersama Neara," ujar Arsyila dan membuat Ansel terkejut seraya segera menghapus jejak air matanya.

"Ans, kalau kamu mau tetap di sana, aku akan pergi sendiri," lanjut Arsyila karena tidak menerima jawaban dari Ansel.

"Hei, tunggu dong. 'kan Gua yang mau traktir lo," ujar Ansel segera menyusul Arsyila yang melangkah dengan cepat menjauh darinya.

Arsyila tidak menyadari bahwa kini Ansel terus memandangnya dengan penuh harap.

"Andai aja lo tau betapa gua berharap kalau perasaan itu nggak ada, kenapa perbedaan itu harus ada sih? Tapi gua juga berharap senyum itu akan terus berkembang dengan sangat indah," batin Ansel dengan senyuman tulus penuh harapan.

°°°

_________________________________

Setiap pertemuan itu sudah ditakdirkan,

Begitu juga dengan adanya perpisahan.

_________________________________
.
.
.
Jangan lupa vote dan coment nya ya 😇

Turkish Airlines-67 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang