"Ansel!" teriak seseorang yang melambaikan tangannya dan mencoba menerobos kerumunan wartawan yang saat ini saip menyerbu seorang pengacara muda.
Ansel yang merasa namanya dipanggilpun tersenyum dan segera berjalan melangkahkan kakinya menuju sumber suara. Ia dengan style jas hitam yang terlihat begitu gagah dan kini lengkap bersamaan dengan kacamata berlensa hitam berjalan penuh dengan kemenangan yang baru saja ia raih. Kemenangan yang ia nantikan dan perjuangkan selama empat tahun lamanya. Ya, sudah empat tahun waktu berjalan dengan sangat lambat bagi dirinya tapi terasa sangat cepat bagi orang lain yang tidak merasakan seperti dirinya.
"Hariz, Alhamdulillah semua berhasil." Ia memeluk Hariz yang tadi memanggilnya.
"Gak sia-sia perjuangan kamu, Ans. Lihatlah semua orang kagum denganmu," ucap Hariz membalas pelukan sahabatnya.
"Semua juga tidak akan terjadi jika kalian semua tidak membantu dan mendukungku."
"Sudahlah, sekarang ayok kita pergi dari sini sebelum lebih banyak lagi wartawan yang datang!" ajak Hariz kepada Ansel untuk meninggalkan kantor pengadilan.
Ansel hanya mengangguk dan mereka segera melangkah menuju mobil dengan cepat. Wartawan dari berbagai stasiun televisi terus berdatangan dan mengejar Ansel. Mereka terus mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan keberhasilan seorang Anselino dalam memenangkan kasusnya.
"Bagaimana pak Atmadja atas pencapaian anda dalam memenangkan kasus ini?"
"Bagaimana perasaan anda saat ini setelah berjuang dengan sangat lama, pak?"
"Tolong jelaskan kepada kami Pak!"
Ansel membalikkan tubuhnya sebelum membuka pintu mobilnya. Ia tersenyum menghadap para wartawan.
"Alhamdulilah, semua bisa terjadi atas kehendak Allah dan ini juga atas izin-Nya saya dipertemukan orang-orang baik yang membantu saya dalam kasus ini. Itu saja, terima kasih semua, Assalamu'alaikum," ujarnya dan segera masuk ke dalam mobil.
"Wa'alaikumsalam," jawab para wartawan dengan serentak yang kagum dengan penuturan Ansel.
Mobil pajero sport itu melesat pergi meninggalkan tempat yang menjadi saksi kemenangan Ansel. Selama empat tahun lamanya ia berjuang mencari bukti dan saksi yang berkaitan dengan kecelakaan istrinya yang diduga kuat adalah suatu kesengajaan. Dugaan Ansel ternyata tidak melesat, kecelakaan Arsyila memang disengaja dan itu semua dilakukan oleh Rio sebagai balas dendamnya terhadap Ansel. Rio yang statusnya adalah anak dari orang penting di Negara ini membuat Ansel sedikit kesulitan mencari segala bukti, tetapi semua itu bisa ia lewati atas kehendak-Nya. Kini Ansel berhasil membuat Rio dipenjara seumur hidup atas kasus pembunuhan berencana.
***
"Abi!" teriak seorang gadis kecil dengan lesum pipi yang membuat siapa saja merasa gemas ketika melihatnya.
Gadis kecil itu berlari dengan riangnya. Gadis kecil berpakaian muslim khas anak seusianya yang baru berusia empat tahun. Semua orang tersenyum melihat aksi sang gadis yang berlari dengan kencangnya menghampiri sang ayah yang baru saja turun dari mobil.
"Hap! Kok kamu lari-lari sih? Nanti kalau jatuh gimana?" ujar Ansel segera menangkap dan membawanya dalam gendongan.
"Abi, kita jadi 'kan hari ini perginya?" tanya sang gadis kecil sembari tersenyum lebar menanti jawaban sang ayah.
"Jadi dong sayang, kamu sudah siap kan? Yuk kita pergi sekarang gimana?" tanya Ansel mendudukkan putrinya di kursi samping kemudi.
"Dadah Oppa, Ayah Hariz dan Bunda Anggi! Miru pergi ya sama Abi dan baba Zidan, Assalamu'alaikum." Ia melambaikan tangannya kepada orang yang kini berdiri di depan terasan rumah keluarga Atmadja.
![](https://img.wattpad.com/cover/257735581-288-k92391.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Turkish Airlines-67 (END)
SpiritualBaca 3 Part dulu ya, kalau suka cus lanjutkan 😁 Btw jangan lupa follow ya .... Belum revisi ⚠️ _________________________________________ Ansel seorang laki-laki yang lekat dengan kehidupan malam tidak sengaja bertemu dengan gadis muslim pada perja...