Sebelum baca jangan lupa siap tisu ya 😁
Happy Reading 🤗
Warning Typo!
________________________________________________________________________________
Semua kuasa adalah milik Allah
Hanya Allah yang mampu mengendalikan hal yang tidak mungkin menjadi mungkin
Berserahlah pada-Nya
_____________________________________Setibanya di rumah sakit Ansel berlari bersama dengan Hariz menuju dimana Papah dan Omanya berada. Pikirannya hanya satu, yaitu keadaan Arsyila. Ansel hanya terus berdoa dan berharap agar kabar kristis mengenai keadaan istrinya tidaklah benar.
"Ansel sayang!" ucap Oma Sinta segera memeluk cucunya yang baru saja sampai.
"Bagaimana Arsyila dan anak Ansel? Mereka baik-baik saja kan? Kandungannya baik-baik saja kan?" tanyanya dengan suara yang bergetar.
"Arsyila masih di operasi, sudah 3 jam operasi berlangsung tetapi belum juga selesai," jawab John menepuk bahu putranya agar tetap tenang.
"Siang tadi semua baik-baik saja Pah, Arsyila masih berbicara ditelfon dengan Ansel." Ansel memeluk papahnya dan menangis.
"Kamu harus terus berdoa agar semua baik-baik saja."
"Lalu bagaimana keadaan Pak Din?" tanya Ansel seketika ingat kalau Arsyila pergi bersama supir keluarganya.
"Pak Din sudah meninggal. Mobilnya hancur parah Ans, nih." John memperlihatkan kondisi mobil yang hancur parah akibat kecelakaan itu. Foto itu di dapat dari polisi yang berada di TKP.
Ansel terduduk lemas dengan bertumpu pada kedua lututnya. Ia tidak habis pikir kecelakaannya akan separah itu.
"Astaghfirullah, Allahu Akbar," lirihnya mengusap wajahnya dengan putus asa.
"Jangan berhenti berdoa, Sudah memasuki waktu Ashar dan alangkah baiknya kita sholat dulu." Hariz menepuk bahu Ansel dan mengajaknya untuk sholat.
Ansel hanya mengangguk dan berdiri dibantu oleh Hariz. Oma dan Papahnya memandang Ansel dengan sanat iba. John sangat tau perasaan itu, perasaan dimana orang yang dicintai terluka. Perasaan dimana ketidakpastian akan kabar orang yang sangat dicintai saat berhadapan dengan taruhan nyawa.
John teringat hari dimana mamahnya Ansel dulu di operasi tetapi nyawanya tidak tertolong. John tidak bisa membayangkan hal itu bila terjadi pada putra semata wayangnya. Ansel sudah pernah hancur ketika kehilangan mamahnya dan dia berharap hal itu tidak terulang lagi. John bisa melihat cinta yang begitu besar untuk Arsyila pada mata putranya. Hal itu sama seperti dirinya.
"Tuhan, jangan kau ambil istri dari putraku. Aku tidak sanggup jika harus melihatnya hancur," ucap John dengan sangat pelan.
"Tuhan akan selalu bersama dengan orang baik. Arsyila adalah anak yang baik, maka Tuhan akan selalu ada untuk melindunginya," ujar Oma Sinta memeluk John dengan kasih sayang seorang Ibu.
"Aamiin."
***
Dokter menghela napasnya dengan pasrah. Cidera yang di alami Arsyila cukup serius, tapi mereka heran karena bayinya dalam keadaan baik-baik saja. Ada bayak keretakan pada tulang tengkorak dan belum lagi patah tulang leher yang sangat parah. Operasi yang sudah berjalan dengan memakan waktu 4 jam lebih itu akhirnya selesai.
Ansel dan keluarganya yang sudah menunggu dengan penuh kecemasan bangkit dari tempat duduk mereka. Dengan sigap Ansel menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi.
"Bagaimana istri dan anak saya dok? Mereka semua baik-baik saja 'kan?" tanya Ansel memegang bahu salah seorang dokter paruh baya tersebut.
"Selamat ya pak, bayi anda lahir dengan sehat dan berjenis kelamin perempuan," ucap sang dokter tersenyum yang tidak dapat diartikan.
"Lahir? Bukannya masih dua bulan lagi dok?" tanya Ansel yang merasa bingung.
"Anak anda lahir dengan prematur. Anda bisa melihatnya nanti di ruang incubator bayi," jelas dokter tersebut.
"Ohhh Alhamdulillah, baiklah Dok. Lalu bagaimana dengan kondisi istri saya? Dia baik-baik saja 'kan?" tanyanya dengan tangan yang bergetar menantikan jawaban dari dokter yang ada dihadapannya.
Semua dokter yang terlibat dalam operasi tersebut menghembuskan napas dengan pasrah dan mereka semua saling melirik satu sama lain.
"Maafkan kami, cidera di kepalanya sangat parah. Kami tidak bisa berbuat banyak lagi,"
Bagaikan petir dengan suara gemuruh yang sangat keras. Ansel tidak dapat berkata apapaun dan pandangannya benar-benar kosong saat ini. Oma Sinta yang seketika itu langsung pingsan dan John yang melihat itu segera membopong tubuh ibunya dibantu oleh beberapa perawat yang ada. Hariz memeluk tubuh Ansel yang kini terduduk di lantai tanpa pergerakan. Ia hanya diam seribu bahasa, namun matanya terus mengisyaratkan kalau ia telah hancur saat ini.
"Ansel, kamu kuat. Ayo bangkit dan kita ke ruang inkubator. Bayimu harus di azankan!" Hariz mencoba membantu Ansel untuk berdiri.
Ansel tidak bergeming sama sekali. Ia hanya diam dan tidak menggubris apa yang Hariz katakan. Pikirannya semua tertuju pada Arsyila. Senyum Arsyila dan semua kenangan yang ia ingat bersama dengan istrinya.
"Ansel bangun! Kamu tidak sendiri, kamu harus kuat!" Hariz mengguncangkan bahu Ansel.
Ansel mencoba bangkit sebisanya dibantu oleh Hariz. Dokter minta salah satu perawat untuk membawa Ansel melihat bayinya di runag incubator.
°°°
Guys jangan lupa vote dan komennya ya 😢
Gimana nih kira-kira kedepannya?
Apa Ansel akan benar-benar hancur?
KAMU SEDANG MEMBACA
Turkish Airlines-67 (END)
SpiritualBaca 3 Part dulu ya, kalau suka cus lanjutkan 😁 Btw jangan lupa follow ya .... Belum revisi ⚠️ _________________________________________ Ansel seorang laki-laki yang lekat dengan kehidupan malam tidak sengaja bertemu dengan gadis muslim pada perja...