Gladis anak sultan
.
.
.
.Danisha keluar dari mobil. Dia masih belum menyadari saat mobil mewah itu berhenti disebuah kediaman yang tak kalah mewah.
Pak Gus yang menyadari nonanya melamun sedari tadi, segera menegur "Nona, kita sudah sampai rumah."
"Eh, oh-Wow!?" Iris bening Danisha terkejut melihat penampakan rumah dihadapannya. Rumah itu menjulang megah dan gagah. Interior luar dengan halaman luas sudah menunjukan bahwa penghuni didalam rumah adalah orang kaya.
ini istana bukan sih?
Rumah bak istana itu berdiri mewah. Ada pintu panjang yang seolah menyambut kedatangan Danisha. Tak terasa, perempuan 26 tahun itu meneguk ludah. Entahlah, dia merasa Ndeso saat melihat penampakan rumah itu yang begitu Wow! Maklum, meskipun Danisha hidup di kota Metropolitan, Jakarta--Danisha tetap hidup sederhana tampa mengikuti gaya hedont yang kebanyakan orang kota terapkan.
Pintu mewah itu terbuka lebar, menampilkan seorang wanita bertubuh berisi berjalan kearah mereka dengan senyum haru.
Huhu.. jadi inget Tanisha, si-adik bontot nya.
"Noon...Aduh Nona, akhirnya pulang." Ternyata itu Bik Ris, kepala Art di kediaman Gladis. Wanita berisi itu menyambut Danisha dengan suka cita. Terasa begitu tulus, tapi Danisha sedikit menyayangkan karna lagi-lagi orangtua Gladis absen untuk tugas mereka sebagai orang tua, Padahal dia sudah kepo, sepeti apa bentukan dari mereka karna begitu tega sampai tak peduli pada anaknya yang baru saja bangun dari koma.
"Makasih atas sambutannya bibik." Balas Danisha dengan senyum kecil di bibir. Bik Ris merespon dengan sedikit lebay, dia menangis sambil membersihkan tetes air matanya dengan kain lap yang bertengger dibahu lebar milik nya. Danisha mendadak tak enak hati, rada khawatir juga kalau lap yang digunakan bik Ris untuk mengelap air matanya bisa saja bekas mengelap dapur yang kotor.
Aduh gue salah ngomong ngak sih? Si Gladis kalok ngomong sama Art macem mana?
"Khem!" Sebuah dehaman mengintrupsi tangis Bik Ris.
"Eh, mari non saya anter ke kamar." Bi Ris segera mengakhiri tangis melow nya saat pak Gus berdehem di belakang Danisha, dengan isyarat segera menyuruh Bik Ris untuk membawa Danisha a.k.a Gladis agar segera beristirahat.
Danisha melangkah ragu. Sampai didalam rumah, dia makin mlongo, takjub. Semua yang ada didalam sana membuat matanya silau. Jelas saja, setiap perabot rumah nampak mengkilap licin, terlihat begitu mahal dan mewah. Jika di animasi, mungkin mata Danisha sudah berubah menjadi hijau saat melihat barang-barang mahal yang ada didalam sana.
Gilak! Ini kalok maling masuk bakal bingung mau ambil yang mana, ngak ke-angkut semua pasti.
Maklum, Danisha kan suka uang. Mendapati bahwa dia akan tinggal dirumah sebesar dan semegah ini membuat perasaannya mengembang, jiwa materialnya bersorak sorai.
jangan khilaf!
"Mari non, saya antar ke kamar,"
Danisha mengikuti langkah bik Ris yang membawa dia kesebuah tangga."kamar nona ada di lantai atas. Nona kayaknya ngak sanggup harus naik tangga. Sebentar, saya minta pak Gus buat ambilin kursi Roda." Bik Ris bergerak cepat, meninggalkan Danisha yang hendak menolak.
"Eeh..nggak usah, saya bisa naik ke atas."
"Maaf nona. Nona baru bangun dari koma, jadi jangan terlalu kelelahan." Sela pak Gus.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Plot Twist
ChickLitPlot Twist ; an unexpected shit Danisha ; the plot twist itself _________________________________________________ Danisha Mahiswa, Bussines Woman yang memiliki zero experience dalam hal percintaan karena terhalang prinsip 'money comes first, men com...