Bertemu Tunangan Gladis
.
.
.
.
.Danisha berdecak puas melihat gaya rambut barunya. Sekarang rambut Gladis yang dulunya lurus, tipis dan lepek sudah berubah menjadi lebih ber-volume, kinclong dan bergelombang dengan Layer. Danisha mengibaskan rambutnya sembari tersenyum manis, dia berkecak pinggang lalu bergaya selayaknya model. Tubuhnya pun lebih terlihat berisi dan tidak kurus kering seperti sebelumnya. Dia sudah membuat tubuh Gladis ini kembali terawat.
Danisha dengan style modis dan penampilan barunya berjalan penuh percaya diri di Mall. Sekarang tujuan nya adalah mencari makan lalu kembali untuk berbelanja. Dia masih belum puas, Danisha harus menyetok baju lebih banyak karna baju Gladis yang tidak sesuai dengan seleranya, sebab sedikit kekanakan serta terlalu cerah.
Danisha kembali melanjutkan langkah penuh semangatnya, dia mendadak terdiam saat maniknya menyorot sebuah keluarga yang tengah berbelanja di tengah Mall itu. Mereka terlihat seperti gambaran keluarga bahagia. Ada ibu, dua anak perempuan yang manis, dan juga seorang ayah. Sebuah keluarga harmonis yang lengkap.
Sempurna.
Melihat sekilas, Danisha dapat menyimpulkan bahwa mereka berasal dari kalangan atas, terlihat dari bagaimana enteng nya dua pasangan itu yang meng-iyakan anak-anaknya mengambil barang tampa melihat price tag, sudah mencirikan bahwa mereka keluarga berada.
Dulu sekali...Danisha pernah merasakan hal itu. Dulu...dia pernah hidup semewah itu, dia akan mengambil apapun yang ia sukai, tak peduli apakah itu mahal atau tidak, tak peduli dia butuh atau tidak, dia hidup sangat terkecupi, membeli segala hal semudah membalik telapak tangan. Tapi segala kesenangan manis yang di cecap oleh Danisha berubah jadi pahit. Rumahnya yang asri dengan keluarga yang hidup penuh tawa bahagia bak di sapu badai. Hancur, suram, dan bergelimang tangis. Tak lain tak bukan karna adanya tangan kotor yang menjadi pemicu segala nestapanya.
Orang ketiga datang dan mengubah kehidupan damai mereka menjadi riweh dan penuh luka. Dia masih kecil dulu, tapi bisa mengerti bahwa ayah yang ia cintai tak lebih dari laki-laki brengsek yang selalu membuat ibunya menangis. Bahkan dengan tega menelantarkan mereka dengan segala pesakitan yang dituai nya dengan sedemikian rupa.
Hingga kini, Danisha tak pernah lagi berani untuk menghayalkan mempunyai keluarga yang lengkap. Cukup ia, ibu, dan adiknya. Dia bahkan enggan memikirkan kelak bagaimana hidup dengan suami dan anaknya. Tapi Danisha tau, suka tidak suka, dimasa mendatang nanti dia harus tetap mengarungi mahligai rumah tangga, meskipun terasa begitu berat dan sangat sukar untuk ia bayangkan.
Lantas sekarang? Tau-tau dia sudah punya tunangan. Meskipun yang bertunangan adalah Gladis, tetap saja Danisha yang akan menjalani hubungan sialan ini. Kenapa juga mereka bisa bertunangan di usia yang masih cabai rawit, konyol! Mendadak saja, dia kepikiran untuk memutuskan ikatan tunangan ini. Tapi, apa tidak apa-apa?
Dua jam lebih Danisha habiskan berkeliling Mall dengan tentengan belanjaan yang bisa dibilang tidak sedikit, wanita itu bahkan kesusahan saat akan mengambil Handphone nya yang berdering.
"Ya, pak?" Tanya Danisha sembari rempong dengan belanjaannya.
"Hah? Jemput sekarang? Tapi kan saya belum selesai belanja," Danisha mengernyit bingung, nampak tak setuju saat pak Gus sudah menunggu di parkiran.
Pak Gus lalu memberi balasan yang membuat Danisha syok ditempat.
"Tunangan nona datang berkunjung kerumah,"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Plot Twist
ChickLitPlot Twist ; an unexpected shit Danisha ; the plot twist itself _________________________________________________ Danisha Mahiswa, Bussines Woman yang memiliki zero experience dalam hal percintaan karena terhalang prinsip 'money comes first, men com...