Part 25

5.6K 517 56
                                    

Harus Tanggung Jawab

****

Karena insiden mengerikan kemarin malam, Danisha memutuskan untuk keluar dari rumah Gladis malam itu juga. Malam itu Prita tidak berhenti mengamuk hebat karena Danisha berhasil membatalkan pertungan dengan Takshaka. Malam itu Prita ingin menghabisi Danisha, namun seperti nya ayah Gladis dan kakak nya itu masih memiliki sedikit nurahi. Mereka berdua menahan Prita dan menyuruh Danisha untuk pergi dari hadapan Prita. Jadilah Danisha menginap di hotel malam itu dan untuk beberapa hari kemudian, sebelum akhirnya menemukan apartemen yang cocok untuk ia tinggali.

Danisha sama sekali tidak merasa berat hati untuk keluar dari rumah neraka itu. Dia hanya merasa berat karena belum kesampain untuk balas memukul Prita. Andai saja Prita bukan orang tua, Danisha sudah pasti akan langsung menamparnya bolak balik.

Jam sudah menunjukan pukul setengah dua belas malam. Danisha keluar dari supermarket yang buka 24 jam. Danisha tidak berniat untuk pergi keluar malam selarut ini, tapi dia baru saja menyelesaikan negosiasinya dengan salah satu pemberi kerja yang menawarkan Danisha untuk menjadi model dari brand bajunya.

Danisha mendengus kesal karena belum ada taxi yang lewat. Taxi yang dia pesan juga tidak kunjung datang. Akhirnya Danisha memutuskan untuk berjalan sebentar, siapa tau nanti dia bertemu tukang ojek. Tapi kalau dipikir-pikir memang nya ada ojek di dunia ini? Danisha saja tidak bisa menemukan aplikasi gojek di handphone Gladis. Untung saja hotel tempat Danisha menginap tidak terlalu jauh dari Supermarket.

Sekitar kurang  lebih sepuluh menit berjalan Danisha sampai di sebuah  taman yang tidak jauh dari hotel. Danisha memutuskan untuk bersantai sejenak disana sembari memakan camilan yang baru saja dia beli, cuaca malam ini juga sangat mendukung dengan terang bulan sabit yang melengkung indah dan taburan bintang yang meskipun tak terlalu banyak tetap cukup untuk membuat langit malam itu terlihat memukau.

Hem. Danisha menghirup udara segar malam itu. Sudah lama tidak merasa damai dan rileks sejak Danisha berada disini. Tapi Danisha tau ketenangan yang barusan dia rasakan tidak akan bertahan lama. Cepat atau lambat dia akan menghadapi para manusia-manusia sialan itu.

Dan benar saja, Danisha tidak perlu menunggu besok, karena sekarang pun Danisha sudah kembali bertemu dengan salah satu dari manusia sialan itu.

Siapa?

Tidak jauh dari tempat Danisha berdiri segerombolan pemuda yang entah dari mana, muncul dari area gelap di taman tersebut, mereka berlari ricuh sembari sebagian dari mereka membawa kayu di tangan, umpatan dan sorakan sesekali mereka utaran. Celaka, apakah mereka baru saja tawuran malam-malam begini? Bagaimana jika Danisha juga kena batunya?

Dasar anak muda!

Apakah keputusan Danisha untuk bersantai di taman ini adalah suatu hal yang salah. Danisha segera menyembunyikan tubuhnya di balik pohon rindang disamping bangku tempat dia duduk tadi, sembari menunggu pemuda-pemuda itu benar-benar pergi dari taman.

"Sialan! Dia nggak mati kan?" Salah satu dari pemuda tersebut bertanya.

"Anj*ing gue nggak tau."

"Siapa yang mukul dia pakek kayu tadi."

"Bukan gue, bukan gue." Sahut yang lain panik.

"Udahlah, dia nggak bakalan mati. Pingsan doang palingan." Yang satu berusaha menenangkan.

"Kalok kita di laporin polisi gimana?"

Yang lain terlihat baru menyadari hal itu, para pemuda itu mulai terlihat panik.

"Cepat kabur. Cepat kabur."

Akhirnya para pemuda itu benar-benar sudah pergi dari area taman. Danisha keluar dari persembunyian dan mendesah lega. Tapi Danisha kepikiran, siapa gerangan yang tadi dibicarakan oleh para pemuda itu.

The Plot TwistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang