Part 26

3.2K 257 18
                                    

Shampo Tanpa Busa

Sebelum baca jangan lupa vote

****


Dengan hati yang sangat berat seperti baru saja melepas jangkar berat kedalam laut dalam--Danisha akhirnya membawa Takshaka untuk menginap ke hotel X. Tepat di kamar nya no. 105. Tolong jangan terlebih dahulu menghakimi Danisha karena membawa bocah tengik Takshaka itu untuk menetap di kamar nya. Dengar kan dulu faktor-faktor sialan yang sudah mengakibatkan bencana besar pada malam tenang Danisha.

Pertama, meskipun Takshaka melarang Danisha untuk menghubungi Nirmala--ibunda Takshaka. Akan tetapi Danisha tetap menghubungi nya, namun sayang sampai pada panggilan ke-enam Nirmala tidak juga mengangkat telfon nya, Danisha tidak tau pasti alasan nya karena apa. Alhasil karena kejadian tersebut Takshaka mencak-mencak seperti anak kecil yang tidak diberikan permen namun berakhir mengejek Danisha dengan wajah mengesalkan nya karena panggilan Danisha tidak di jawab.

Kedua, Danisha sudah meminta nomor telfon anj--kedua teman Takshaka. Tapi bocah tengik itu beralasan bahwa dia tidak mengingat nomor Yoga dan Soni. Danisha juga menanyakan nomor siapa saja yang Takshaka tau namun Takshaka hanya menjawab tidak ada. Danisha kesal? Tidak, dia stress sampai ingin memukul Takshaka lagi sampai babak belur. Tapi nanti dia yang susah karena harus mengobati laki-laki itu.

Ketiga, menelfon ambulans dan mengirim Takshaka kerumah sakit untuk mengobati luka bonyok nya. Tapi bocah itu menolak dengan keras, dia bahkan tantrum dan menuduh Danisha tidak bertanggung jawab. The hell! Tidak usah tanya bagaimana reaksi Danisha, karena dia kelepasan menggetok kepala Takshaka. Bencana kedua datang karena toyoran Danisha malah menyebabkan Takshaka jatuh kebelakang, terjerembab ke kolam taman yang tengah Takshaka duduki.

"What the fuck!" Takshaka melongo. Kaki panjangnya masih tertahan, sedang pantat dan setengah badannya sudah berada di dalam kolom, jangan lupakan tetesan air mancur yang mengenai kepala Takshaka.

"Lo! GLADIS!"

Danisha bukan manusia jail, bukan juga manusia yang akan tertawa diatas penderitaan orang lain. Tapi melihat bocah tengik seperti Takshaka berada dalam kondisi yang demikian berhasil memancing tawanya. Dia membelakangi Takshaka, menumpukan sebelah tangan pada pohon pinus besar sembari berjongkok dengan tangan memegangi perut.

"Berhenti ketawa!! Gladis!" Raung Takshaka murka.

Danisha mengusap sudut matanya, meredam kekehan-kekehan geli. Keadaan Takshaka mengingatkannya pada Tanisha. Tanisha akan mendapatkan karma instan jika dia berani membangkang kepada Danisha. Hal tersebut membuat Danisha merasa superior sebagai kakak, karena jika sang adik berani membantah maka dia akan kena kutukan. Danisha anggap apa yang menimpa Takshaka sekarang merupakan salah satu kutukan akibat terus mengganggunya.

"Tanggung jawab! Gue nggak bakalan bisa pergi kemana-mana basah kuyup begini. Dan ini semua salah lo, berarti lo yang harus tanggung jawab." Ungkap Takshaka setelah berhasil keluar dari kolam, tetes-tetes air mengalir dari badannya yang penuh luka membuat tampilan Takshaka makin terlihat menderita.

Sial. Iya juga ya. Ringis Danisha.

Lalu sekarang apa?

Terakhie, hanya tinggal satu pilihan. Yaitu membawa Thaksaka ke hotel X. Tapi disini Danisha juga kembali mencari akal. Sesampainya dia di resepsionis, Danisha langsung menanyakan apakah ada kamar kosong. Tapi sial sungguh sial, malam itu tidak ada kamar yang kosong, s-a-m-a s-e-k-a-l-i!!! Semua kamar sudah terisi, apa masuk diakal?. Dan, meskipun itu memang mungkin, tapi Danisha menolak untuk percaya. Dia masih menyalahkan takdir atas nasib nya yang harus kembali berada di ruang yang sama dengan Takshaka. Bagaimana jika nanti kamar hotelnya terbakar karena emosi Danisha dan Takshaka sama-sama panas. Pemadam kebaran mana yang bisa mendinginkan mereka.

The Plot TwistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang