De—demit?!
.
.
.
.Tolong tandai typo
Hantu, setan, arwah gentayangan, atau apalah itu, makhluk halus lainnya--Danisha tak pernah percaya.
Hal-hal tahayul yang sering diceritakan para orang tua dimasa kecil sebagai cara menakut-nakuti mereka, selalu dibalas lengosan oleh Danisha, bahkan cerita tentang Cinderella dan tuan putri lainnya, tak gadis muda itu percayai. Baginya semua itu hanya sekadar ilusi.
Tapi diantara pemikiran Danisha yang tak mempercayai hal-hal goib tersebut, dia meyakini jika ada satu makhluk yang menjelma sebagai hantu. Tepatnya seperti jelangkung yang sering diceritakan oleh Tanisha. Dia datang tak diundang, namun pergi harus diantar. Selalu muncul tiba-tiba dengan tak terduga. Sosoknya menjelma sebagai iblis pencabut nyawa, yang konon katanya selalu berhasil menjerat setiap hawa. Tapi bagi Danisha, hadirnya tak lebih dari hama, yang selalu berhasil membuat Danisha berkeringat dingin dengan berpeluh emosi amarah. Danisha biasa memanggilnya...
"D-Demit?!" Teriakan terkesiap itu mematikan suasana. Sejenak semua terasa mati rasa.
Perempuan itu terpaku. Memaku ditempat dengan tubuh kaku. Jarum jam seperti dipalu, hingga berhenti berdetak untuk sementara waktu.
Dua insan manusia itu saling memaku. Membeku, dalam kelam malam dan lampu jalan yang menyorot wajah mereka tampa ragu, seolah mereka adalah pemain panggung yang tengah berlakon tampa regu. Lambaian ranting dan dedaunan disamping jalan menjadi penonton setia. Gemersik angin lirih sebagai latar suara. Bak mengiringi sepasang kasih yang tak pernah bersua.
Lama...
Danisha akhirnya tersadar dari disorientasi yang membuatnya lupa rasa. Berdiri impulsif dengan kaki melangkah pincang yang dibawa tergesa. Sesampainya di depan sana...
"Pak. Pak Bos?!" Danisha meluapkan rasa tak percaya. Berdiri dengan keterkejutan yang tampak nyata. Matanya masih dibuka lebar untuk memastikan sosok ini bukan sekedar khayalan fana.
"Ini...pak bos?" Agresif tangannya tak Danisha kira, hingga tampa sadar jemari dingin itu menangkup seraut wajah beriak tenang yang berdiri tampa suara. Anehnya, meski disentuh sedemikian rupa, sosok itu tak bergeming, seolah memberikan Danisha kesempatan untuk menuntaskan kebingungan dengan segala racauannya.
Sedangkan Danisha masih memastikan bahwa ini bukan hanya ilusi semata. Entah patut bersyukur atau apa, tapi kehadiran sosok ini benar-benar tidak Danisha sangka.
Ditiliknya pahatan sempurna yang kata orang tak ada duanya. Dari ujung atas sampai ujung bawah memang benar dia.
Tapi pertanyaanya, kenapa harus dia? Tanya benak Danisha saat dia memang benar nyata.
"Pak bos 'kan? Ini..ini saya pak, Dan--"
Danisha terkejut, oleh sesuatu yang menjentik dikepala cantiknya. Kemudian kakinya dibawa melangkah mundur.
Kenapa dia bisa lupa?
Bahwa dimanapun sosok ini berada, dia selalu menjadi bencana.
Terkhususnya, bagi Danisha....
Tapi fakta itu terlambat datang. Karna sebelum benar-benar mundur, pinggang Danisha sudah lebih dulu ditarik kearahnya. Dibawa mendekat, lalu dibalik dengan cepat hingga punggung Danisha menekan tiang lampu. Danisha tak bisa bereaksi dengan tanggap kala jantungnya berdegup hebat dengan nafas memberat ketika sesuatu menakutkan tengah menghimpit dan merematnya kuat.
Hanya bola matanya yang bereaksi dengan terus melebar ketika benda dingin dan kenyal itu kian menempel didahi lebarnya. Tepat disana. Seolah itu memang tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Plot Twist
ChickLitPlot Twist ; an unexpected shit Danisha ; the plot twist itself _________________________________________________ Danisha Mahiswa, Bussines Woman yang memiliki zero experience dalam hal percintaan karena terhalang prinsip 'money comes first, men com...