Part 13

15.6K 1.8K 167
                                    

Drama babak 2
.
.
.
.
.

Danisha sudah lelah protes akan ketidak masuk akalan yang melatar belakangi cerita ini. Alhasil, dia hanya mangut-mangut malas saat tau-tau sudah berada di sebuah pesta ulangtahun salah satu teman kelasnya yang bahkan tidak Danisha tau siapa namanya.

"Gila Ven, pesta lo bener-bener mewah. Look! This is crazy."

"Yoi nih, mantep bener. Bisa puas dan bebas kita party disini," ungkap seorang pemuda dengan binar penuh menatapi berbagai minuman yang tertata rapi dimeja Bar.

"Puasin diri lo semua disini. Jangan sungkan, nikmati pesta gue. Ssst... lantai atas juga aman." Bisik Venika dengan seringai nakal yang disambut riuhan para muda-mudi yang mengelilinginya.

Pergaulan bebas!

Danisha memijat pangkal hidungnya. Tak tau harus berucap apalagi. Kenakalan remaja seperti ini memang sudah tak lazim lagi, Danisha hanya menyayangkan masa depan mereka.

Para muda-mudi itu mulai membuat huru-hara. Lampu disko dinyalakan pun dengan musik ribut yang memekakkan telinga. Danisha hanya mendengkus dan merapatkan cardigannya, sedikit menyesal kenapa malah memesan jus lemon bukannya segelas kopi panas.

"Coba liat siapa yang datang gaes!"

"Wah, wah. Mari kita sambut tuan putri kitaa!!"

Seruan bernada mengejek itu tidak lagi ditujukan pada Danisha, melainkan seseorang yang baru saja memasuki pesta.

"Pangerannya mana nih?"

Orang-orang disana tampak menemukan hiburan mereka. Para mata pun kini memfokuskan perhatian pada Aisha yang tengah meremas gaun sederhananya. Gadis itu berdiri tepat ditengah, dengan tubuh ringkih sedikit gemetar bak kelinci putih yang dikelilingi para anjing lapar yang menitikkan liur ingin segera menyantapnya hidup-hidup.

Danisha juga pernah berada diposisi itu. Tapi bukan sebagai kelinci lemah seperti Aisha, melainkan sebagai singa kuat yang mampu mengoyak para anjing lapar itu dengan kuku tajamnya.

Aisha mengabaikan seruan itu,  memberanikan diri menghadap Venika. Dia terlihat sudah bisa mengendalikan dirinya.
"Selamat ulang tahun, Ven. Aku harap kamu bahagia dan selalu mendapat perlindungan dalam keadaan apapun." Ucapnya dengan tulus, lantas mengangsur sebuah kotak sedang pada Venika.

Venika mengambil kado itu, menerbitkan senyum manis pada bibir mungil Aisha. Venika kemudian mengangkat kotak itu ke udara, menggoyangnya sedikit keras sampai menimbulkan bunyi, gadis dengan gaun mewah itu lalu tersenyum remeh.
"Isinya udah ketebak nih. But thanks. Tapi gue pikir, doa itu jauh lebih cocok buat lo." Venika memberikan tatapan prihatin, seolah menyadarkan bahwa keadaan Aisha terlalu menyedihkan untuk memberikannya doa seperti itu.

"Gue setuju. Mending lo ber'doa untuk diri lo sendiri dulu, supaya nanti lo bisa lepas dari bahaya yang sebentar lagi bakalan datang."

Mata Aisha kembali menampilkan kilat takut. Pandangannya mengedar gelisah kesegala arah, mencari-cari.

"Cari siapa? Pangeran lo 'kan nggak dateng kesini."

Danisha mengerutkan dahi. Matanya juga ikut mengedar. Dia baru sadar bahwa para dayang yang selalu menemani Aisha tak terlihat batang hidungnya, bahkan Takshaka dan dua ekornya pun tak terendus baunya. Dia berpikir sejenak, menatap orang-orang yang kini mengerubungi Aisha bagai semut.

Oh, begitu. Danisha bergumam. Sepertinya Venika sengaja tidak mengundang para dayang Aisha agar leluasa membully gadis itu.

Sosok Luvena kemudian muncul membelah kerumunan. Dia praktis berjalan sejajar ke arah Aisha yang masih berdiri tegang dengan air muka keruh. Danisha sedikit iba, tapi tak sebaik itu untuk jadi pahlawan dengan mencelupkan diri pada masalah konyol yang diciptakan para remaja ini. Dia juga cukup yakin jika tokoh utama seperti Aisha, akan selalu dilindungi dengan jalan dramatis melalui para dayang yang entah berada di mana saat ini.

The Plot TwistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang