Bayaran
.
.
.
.
.
Danisha adalah wanita dewasa yang mempunyai harga diri tinggi juga ego.Ego...
Ada orang yang memiliki sensitifitas tinggi jika ego nya disentil, mungkin Danisha tidak termasuk didalamnya. Tapi tetap saja. Apa lagi yang mengusik egonya adalah bocah ingusan seperti mereka. Baiknya, Danisha seharusnya memilih abai. Tapi anak-anak kaya dengan privilege seperti Takshaka punya kesemena-menaan yang akan menjadi-jadi saat pancingan mereka tidak di tangkap. Mereka akan nekat memancing dengan lebih ekstrim lagi sampai ekosistem disekeliling target mereka rusak. Menyambut pancingan merekapun punya resiko yang sama besarnya.
Tapi Danisha harus tetap memilih.
Maka disinilah dia. Memenuhi undangan mereka.
Danisha menatap hiruk piruk muda mudi yang berbaur tampa batas, tampa sekat. Mereka berbusa tapi seolah tak memakai baju. Menyatu tampa status seakan itu bukanlah hal tabu. Memasang wajah nikmat tampa tau malu. Lenggak lenggok mereka mencandu dunia dengan sebegitunya seakan tak pernah tau bahwa kiamat itu ada. Bahwa dunia sama dengan fana. Bahwa pasti, kelakukan mereka hanyalah ke sia-sia'an yang merugi. Tapi sampai disana, mereka bahkan tak ambil peduli.
Hingar bingar seolah menulikan telinga mereka pada seruan norma. Tak ada satupun logika yang Danisha tangkap saat otak mereka penuh dengan nafsu. Alkohol dan minuman lainnya membuat hambar segara indra mereka terhadap setiap resiko yang sigap menyergap ketika kesadaran mereka mulai lengah. Menancap pada titik vital mereka hingga seketika dunia mereka menjadi gelap, suram, kelabu dan hancur. Disaat itu, apakah uang orang tua mereka bisa mengembalikan segalanya?
Dunia seperti ini terlalu menjijikan. Dan Danisha sekarang bersyukur bukan Tanisha yang ada disini, melainkan dirinya. Oh tuhan, apa yang akan gadis lugu itu lakukan saat terperangkap dalam dunia mainan yang sialannya begitu penuh dengan kebuasan gelap.
"Gladis," sepasang mata itu menatapi diri Danisha dari atas sampai bawah. Seolah memastikan bawah perempuan dihadapan mereka memang benar Gladis.
Kemeja longgar warna abu tua, dipadu dengan sebuah blazer, serta celana kain warna hitam dan sebuah stilleto dengan hak tinggi. Jam silver yang melingkari pergelangan tangan menambah ke-formal an dalam penampilan itu.
Itu Danisha. Dengan style kerjanya. Juga riasan yang mempertegas rahangnya, membuat kesan lebih dewasa yang menghilangkan ke luguan pada wajah Gladis.
Jadi, Danisha kesana benar-benar sebagai dirinya. Si wanita matang dewasa berusia 26 tahun. Yang memasuki bar untuk mengambil banyaran atas tersentilnya ego sebagai wanita yang punya harga diri.
"You look different,"
"Langsung aja," balasan Danisha membuat dua manusia beda genre itu terbelalak.
"Udah nggak sabar rupanya," mereka memberi tatapan ganjil, dan Danisha tidak terkejut akan hal itu.
Akhirnya dua pasangan itu memandu Danisha melewati tiap lorong yang sepanjang jalannya dilatari suara-suara laknat. Dua pasangan itu pun makin memanasi suasana dengan berciuman di depan Danisha.
Perempuan 26 tahun itu mendengkus muak dan tak jua habis pikir. Masih muda tapi penuh jamahan. Kualitas yang buruk. Benar-benar menggelikan.
Mereka sampai pada kamar yang cukup ujung, disana sunyi tampa ada suara bising seperti tadi. Dua pasangan itu memastikan Danisha memasuki ruangan yang telah disediakan. Sesaat setelah tubuh Danisha memasuki kamar, suara klik langsung terdengar. Danisha tak memberikan reaksi berarti ketika temaram kamar serta siluet seorang pria menyambut indra tajamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Plot Twist
ChickLitPlot Twist ; an unexpected shit Danisha ; the plot twist itself _________________________________________________ Danisha Mahiswa, Bussines Woman yang memiliki zero experience dalam hal percintaan karena terhalang prinsip 'money comes first, men com...