Part 18

12.5K 1.5K 55
                                    

Perjanjian Konyol

***

Seharusnya Danisha menghindar dari segala hal yang dapat mengusik dan merugikannya. Seperti kuman, Danisha harus menjauhi nya agar tidak terserang penyakit, seperti pusing-pusing, mual, dan darah tinggi misalnya. Tapi dalam beberapa keadaan hal tersebut tidak dapat dihindari, karena seberapa keraspun seseorang tidak ingin terkena penyakit, pasti suatu saat nanti dia akan tetap terserang penyakit.

Pernah dengar istilah, menjauhi masalah bisa saja akan menambah masalah baru? Kenapa? karna kita menghindari masalah tersebut sehingga tidak terselesaikan dan malah semakin menambah buntut dari permasalahan tersebut.

Karena itulah Danisha bersedia duduk berhadapan dengan Takshaka. Ya, si point dari masalah yang harus diselesaikan oleh Danisha. Oleh karena itu, seberapa besar pun keinginan Danisha untuk hengkang dari segala macam eksistensi bernama Takshaka dan ekor-ekornya, Danisha tidak akan bisa  merealisasikannya, karena Danisha harus menyelesaikan Takshaka, Karna menghindari Takshaka disaat masalah pertunangan ini masih mengambang tak jelas hanya akan menambah masalah lainnya lagi.

Suasana cafe terasa tenang, tidak terlalu ramai pengunjung, Cafe dengan gaya klasik dan nuansa vintage dengan dekorasi semi modern itu terlihat menarik mata untuk mendudukan bokong di sana. Sangat cocok sebagai tempat kencan bagi sepasang kekasih. Sama seperti pasangan Danisha dan Takshaka. Ugh, tunggu...pasangan? ya, siapapun yang melihat kearah Danisha dan Takshaka pasti akan mengira bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih yang  tengah berkencan di sebuah Cafe dengan iringan music lofi yang diputar ringan di cafe itu. Tidak tau saja mereka bahwa Danisha dan Takshaka merupakan rival dalam hal saling menyingkirkan. Beberapa gadis yang sedari tadi memperhatikan kedua sejoli itu dengan tatapan berbinar iri, memuji betapa gentlemen nya Takshaka  yang kini terlihat berlari untuk memesankan makan untuk gadisnya yang terlihat tengah merajuk.

Berbeda dengan persepsi para gadis itu, Danisha malah mengerutkan kening saat melihat Takshaka berlari terbirit seperti takut terkencing dicelana, dia mencibir punggung Takshaka yang kini terlihat memesan makanan langsung dimeja pelayanan, padahal  tinggal melambaikan tangan maka pelayan akan lengsung menghampiri mereka tampa perlu bersusah payah berlari seperti Taksahaka tadi.

"Dasar Bodoh." Danisha mencibir ketidak efisienan sistem kerja Takshaka.

Selang beberapa lama Takshaka kembali, anehnya wajah pria itu seperti baru diterpa angin segar. Danisha kembali menyergit, tapi tidak punya sepersen pun rasa penasaran untuk mempertanyakan segala tingkah Takshaka, dia lebih memilih untuk memfokuskan diri terhadap tujuan apa yang akan mereka bicarakan.

"Jadi." Ajaib, wajah segar Takshaka langsung berganti menjadi masam saat Danisha membuka mulut, itupun hanya satu kata. Danisha terkesima, sepertinya hanya dengan bersuara Danisha sudah berhasil membuat Takshaka merasa seperti di neraka.

"Kita bahas setelah makan." Balas Takshaka singkat dan enggan.

Danisha kontan mendelik, apa salahnya membahas masalah itu selagi menunggu pesanan untuk mempersingkat waktu mereka.

"Sekarang aja." Ujar Danisha kekeuh.

Takshaka yang sibuk melirik ke arah depan, tepatnya dapur restoran-- entah untuk apa, kembali memasang wajah tak suka kepada Danisha. "Keras kepala banget sih, kalok gue bilang nanti ya nanti."

"Kalok gue bilang sekarang ya sekarang." Danisha menaikkan alis saat berhasil membalik perkataan Takshaka. 

"Lo lebih-lebih menyebalkan dari sebelumnya Gladisya." Ujar Takshaka menatap jengkel ke arah Danisha.

The Plot TwistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang