Part 16

13.8K 1.6K 114
                                    

Rencana Pembatalan
.
.
.
.

Aku mengawali hari dengan mengucapkan mu selamat pagi, menutup hari dengan mengucapkanmu selamat malam, lalu tidur dan menutup mata, dengan harapan esok hari kamu akan membalas sapa dengan sama hangatnya.

Gladis Diary

                                   


........

Danisha menutup kasar diary milik Gladis. Ditaruhnya sembarang lalu dia mendengkus jengah. Isinya tak jauh-jauh dari kebucinan Gladis terhadap Takshaka yang dibalut oleh luka, air mata, cinta buta, dan kegilaan Gladis lainnya. Gadis itu seolah mendedikasikan hampir seluruh jiwa dan raga dengan melibatkan Takshaka disetiap sendi kehidupannya.  Sampai-sampai ia rela menjadi remahan tak berguna hanya untuk menjungjung Takshaka yang tak sekalipun menganggapnya ada.

Apa yang didapat dari itu? Tidak ada. Jika ada yang bilang usaha tidak akan menghianati hasil, itu memang benar adanya. Tapi tidak semua. lihat dulu apa yang kalian usahakan, lihat dulu apa yang kalian prioritaskan. Jika layak maka perjuangankan, jika tidak maka tinggalkan. Ada orang yang berusaha keras untuk bisa menggenggam angin tapi bukankah itu hanya kesia-sia saja? Maka sudah sepatutnya kita berhenti dan melakukan hal yang lebih berarti.

Maka malam ini, Danisha akan membebaskan Gladis dari tujuan semu yang hanya akan menenggelamkannya dalam lautan luka.

Dress hitam sampai bawah lutut itu melekat sempurna membungkus tubuh Danisha. Kemerlip pernak-pernik kecilnya membuat perempuan itu nampak berkilau, Danisha memberi hiasan elegan yang membuatnya kian terlihat menawan.  Gadis itu berdecak puas manatap cermin, lalu bersiap untuk pergi ke acara pertemuan dengan keluarga Takshaka.

Seperti biasa setiap kali turun dari tangga Danisha selalu disambut tatapan tajam diiringi dengusan muak oleh para penghuni rumah. Kenapa? Padahal Danisha tidak melakukan apa-apa. Yah, begitulah kalau benci sudah mendarah daging, kita menggunakan sayap malaikat pun akan tetap dianggap sebagai iblis.

"Kamu sengaja buat kami menunggu."

"Buang-buang waktu."

Sambutan itu tak digubrisnya. Danisha malah melengos elegan menuju pintu keluar.

"Dasar kurang ajar!" Geram Prita melihat Danisha malah mengabaikan mereka.

Danisha tetap tak mengubris sampai dia berada di luar halaman. Disana sudah ada dua mobil yang tersedia, mulanya Danisha akan pergi bersama sekumpulan orang yang teramat membencinya itu, tapi Danisha tidak mau mengotori paru-parunya dengan menghirup udara kotor yang tercemar karna kebencian mereka. Jadilah. Danisha menyediakan sendiri mobil yang akan ia tumpangi bertemu keluarga Takshaka.

"Kami nunggu kamu sudah lama, tapi kamu malah pergi seenak jidatnya saja? Dasar anak tidak tau diri!"

Langkah Danisha tertahan. Dia membalik badan. Ditatapnya tiga orang yang memandangnya tajam dengan alis terangkat meremehkan.

"Anak? Sejak kapan kalian mengakui saya sebagai anak?" Danisha menatap mereka dengan senyum kecut.
"Bukannya kalian cuma menganggap saya anak didepan keluarga besar Takshaka?"

Dua pria yang berada dibelakang Prita mendesis tajam oleh sindiran Danisha. Begitupula dengan Prita yang kini seluruh wajahnya memerah seperti ditambal sempurna oleh blush on.

"Kamu. Berani bicara besar pada kami." Ucap Prita dengan urat leher yang menyembul sebab emosi.

Danisha tersenyum miring, tentu, apa yang harus dia ditakutkan dari mereka yang memiliki mulut tajam yang senantiasa dengan tega menggores hati anak mereka.

The Plot TwistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang