Part 20

12.2K 1.4K 33
                                    

Nasihat berharga

Semoga jiwa Gladis mendengar

***
Tandai typo

Karena perkara kemarin, Danisha berniat untuk membolos sekolah hari ini, Pertama kali dalam hidup ada keinginan jail seperti itu, entah... rasanya sangat menyebalkan waktu dia mengingat perjuangannya naik di atas closet, menaiki dinding pembatas toilet, lantas mendarat ke lantai, meski tak susah-susah amat dikarena dulu Danisha sering diminta untuk memanjat pohon mangga untuk dijadikan manisan--tapi tetap saja Danisha sebal.

Danisha jelas tidak bisa menangis pilu lantaram terkunci di toilet sembari berteriak meminta pertolong orang-orang dan menggedor-gedor pintu seperti Aisha, owh.. itu jauh lebih melelahkan dari pada memanjat dinding seperti aksinya kemarin. Danisha juga tidak mungkin melalukan saran yang sudah dia berikan kepada Aisha 'menghubingi seseorang' siapa yang akan Danisha hubungi? Takshaka? bahkan nama itu tidak terpikirkan dikepala Danisha saking tak mungkinnya. Lalu pemeran lain? lebih tidak mungkin, sayangnya lagi Danisha tidak membuka pertemanan dengan teman sekolah yang lain, karena dia pikir itu tidak perlu, tapi ternyata menjalin relasi dengan siapa saja,kapan saja, dan dimana saja itu perlu, meski didunia antah berantah sekalipun.

Di kontak Danisha juga hanya ada beberapa kontak, tak lebih dari dua puluh, itupun kebanyakan dari pada reseller dan suppliernya, tak mungkin Danisha meminta bantuan mereka hanya untuk membuka toilet yang berkarat dan dikuncin entah oleh siapa. Memang sialan yang mengunci Danisha kemarin.

Perempuan yang kini berjalan dengan wajah datar itu masih tak henti mengumpati kejadian itu. Bahkan Danisha  nekat ingin menyusup ke ruang cctv untuk meng-gap siapa yang sudah berbuat iseng padanya. Tapi saat itu mood Danisha sudah keburu tidak ingin melakukan apa-apa selain tidur, yang berakhir dia benar-benar tidur di perpustakaan dan melewatkan kelas setelah istirahat kedua.

Setelah pulang pun Danisha kira dia akan mulus sampai rumah lalu melanjut tidurnya, tapi mungkin itu memang hari sialnya Danisha, dia malah bertemu dengan Demantara yang menawarkan dirinya untuk mengantar Danisha pulang dengan tiba-tiba, lengkap dengan Aisha di sampingnya. Waktu itu Danisha hanya butuh satu detik untuk berkata tidak sembari berjalan cepat menuju gerbang. Sampai di gerbang pun dia dicegat oleh Takshaka dengan tatapan mencibir khas nya, pemuda itu seperti biasa melayangkan hinaan, terlebih lagi mengetahui Danisha membolos seusai jam istirahat, makinlah caciannya menjadi-jadi. Tapi Danisha abaikan tanpa membalas satupun ucapan sampah Takshaka. Membuat pemuda itu jadi keki sendiri.

Bell istirahat pertama berbunyi. Jam yang baru-baru Danisha ketahui adalah jam-jam yang sangat rawan terjadinya adengan drama dari para pemain, entah itu dari para protagonis nya ataupun antagonis nya. Jadi Danisha membenci jam istirahat, dia juga harus berpikir keras tempat apa yang sekiranya bebas dari adengan drama para pemeran.

Bergegas, Danisha membawa bekalnya dan segera meninggalkan kelas setelah mata pelajaran kedua usai. Tujuannya adalah perpustakaan,  tempat yang sejauh ini cukup aman menurut Danisha. Karena biasanya drama para pemain lebih sering berlatarkan kantin, koridor, lapangan, dan ruang kesenian. Perpustakaan jarang karena ternyata Aisha tidak suka membaca buku, tapi lebih suka melukis, Demantara dan Takshaka yang katanya suka bermain musik, serta Realita yang suka menari--sebab itulah ruang kesenian ramai.

Berjalan dikoridor, Danisha berdoa dalam hati agar tidak ada siapapun dan kejadian apapun yang akan mencegatnya, namun saat akan mencapai tangga seseorang memanggil namanya membuat Danisha refleks mengumpat dan ingin melarikan diri. Tapi seseorang yang baru saja memanggil namanya bukan orang yang patut Danisha abaikan.

Siapa?

Danisha berbalik tepat saat orang itu sampai dihadapannya, Danisha memberi senyum sopan yang tak sampai mata namun terlihat manis.

The Plot TwistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang