Momen memalukan
****
Sial, sungguh sial.
Danisha berencana menendang Demantara seperti bagaimana dia menendang Soni dan Yoga, namun rupanya Demantara jauh lebih gesit karena kaki jenjangnya sudah berada diantara kaki pendek Danisha dan mengapitnya, bagaimana dia melayangkan tendangan jika posisinya seperti ini? Terlebih Danisha hanya menggunakan flatshoes bukan high heels.
"Ini pelecehan." Danisha sungguh geram hingga giginya terdengar bergemelatuk.
Demantara memindai posisi tubuh mereka yang 'ambigu' dan siapapun yang nantinya berada didepan lift akan berpikiran yang macam-macam dengan posisi mereka saat ini. Tapi apa Demantara peduli?
"Aku cuma mau bicara," Sangkalnya sok polos.
Jawabannya tidak.
"Orang normal macam apa yang bicara dengan posisi kayak gini?!" Danisha mulai memberontak.
"Orang yang pacaran, mungkin?"
"Dan kita bukan orang yang pacaran! Now, let go." Sungguh kesabaran Danisha diujung batas, dia merasa sangat dipermainkan terlebih kondisinya sedang datang bulan saat ini.
"Okey, tenang sebentar Gladis." Ucap Demantara tapi berakhir menahan kedua tangan Danisha diatas kepala.
"Lepasin. Demantara sialan, mau lo apa?!"
"Aku cuma mau tanya. Kita bicara baik-baik Gladis."
"Nggak ada bicara baik-baik kayak begini, Demantara." Geram Danisha.
"Tapi kalau aku lepas kamu bakalan mengigit," Demantara terkekeh, "mirip chihuahua."
Danisha semakin memberontak, "Gue bukan hewan!" Sehingga Demantara harus menahan pinggangnya.
"Tapi mirip."
"Lo yang mirip gorila, sialan."
Demantara meringis, entah berapa kali perempuan itu mengatainya sialan. "Ssh, mulut kamu manis sekali Gladis." Dan juga, jelek sekali hewan yang perempuan itu samakan dengan dirinya. Gorila?
"Tenang Gladis. Aku bahkan nggak punya pemikiran untuk bertindak buruk. " Kata seseorang yang sempat-sempatnya mengelus pinggang Danisha.
"Enyah!" Akhirnya Danisha menyerudukkan kepalanya pada dagu Demantara sehingga membuat laki-laki tersebut meringis kesakitan.
Demantara cukup takjub ketika Danisha dengan cepat beringsut kesudut lift ketika Demantara sedikit lengah, dia terkekeh melihat tampang awas Danisha, "Astaga, apa tampang ku keliatan kayak orang jahat?"
"Tampang penipu, tukang ngalus, modduus!" Danisha segera berjalan tergesa ketika lift terbuka, dia bahkan menabrak seseorang yang tengah kesulitan membawa barang belanjaanya.
"Maaf, maaf bangett Mbak."
Wanita yang ditabrak Danisha tentu marah bukan hanya karena ditabrak tapi juga karena dipanggil 'Mbak' tapi hanya seperkian detik berganti dengan senyum maklum ketika Demantara menawarkan diri bertanggungjawab atas nama Danisha.
"Saya minta maaf atas nama perempuan yang tadi nabrak Mbak." Demantara membantu memasukan barang belanjaan wanita itu.
"Owh, santai aja.. panggil Nini." Ucap wanita itu manis. Demantara terlihat sungkan karena jelas terlihat jika umur perempuan yang ada didepannya kini jauh diatasnya, setara tantenya.
"Demantara."
"Namanya manly banget ya." Ujar wanita itu terkekeh sembari menutup mulut dengan sebelah tangan dan sebelahnya lagi memegang lengan Demantara yang kini memegang belanjaanya. Demantara bergidik ngeri, melihat bagaimana jari panjang bewarna merah darah itu menyentuh lengannya. Bagaimana mungkin ada jari tangan sepanjang dan setajam itu. Bagaimana kalau kena mata?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Plot Twist
ChickLitPlot Twist ; an unexpected shit Danisha ; the plot twist itself _________________________________________________ Danisha Mahiswa, Bussines Woman yang memiliki zero experience dalam hal percintaan karena terhalang prinsip 'money comes first, men com...