---//---
Iori sedang dalam masa berpikir setiap waktu. Dia melamun sepanjang hari. Jangankan fokus mendengarkan pelajaran, berjalan pun tersandung angin atau kaki sendiri. Dia juga sadar wajahnya terlihat lesu dari biasanya. Pencapaian paling buruk untuk pertama kalinya dia melewatkan sarapan, karena kesiangan. Bayangkan seorang Iori yang hidupnya sembilan puluh persen sempurna bisa kesiangan.
Dua hari ini hidupnya benar-benar berantakan.
Berkat kejadian yang amat sangat mengejutkan terjadi, dia benar-benar kesulitan berpikir jernih. Syok, kaget, atau bingung menjadi temannya seharian penuh.
Yuki memang sudah menjelaskan kalau Soulmate bukan melulu berhubungan dengan hal berbau romantis. Dia juga menjelaskan Soulmate bisa siapa saja atau Soulmate yang bisa lebih dari satu.
Hanya saja. Apa ini benar-benar bisa diterima dengan mudah?
Iori kaget setengah mati melihat warna yang menghilang tiba-tiba menyerbu pandangannya. Tidak ada aba-aba. Tanpa mengenal. Tanpa berbicara. Hanya melihat sosok itu, semuanya langsung terlihat. Bagaimana dia tidak gila, ditambah kenyataan teman-temannya yang lain juga terbebas dari kutukan secara bersamaan.
Mata mereka hanya bertatapan singkat, tapi Iori bisa melihat dengan jelas manik merah berlinang air mata yang penuh dengan kelembutan. Wajahnya juga sangat menenangkan dan yang terpenting suara itu. Aish, sekarang dia benar-benar gila.
Berbicara tentang kejadian kemarin, setelah mereka berenam bengong dengan wajah dungu saling berpandangan, tiba-tiba sosok misterius itu menutup wajahnya sambil berlari meninggalkan mereka yang masih memproses kejadian membingungkan dan mengejutkan.
Oh, si surai merah juga menangis heboh.
Setelah sadar dari keterkejutan, Iori dan teman-temannya mencari ke seluruh sudut akademi tapi tidak menemukan sosok itu. Menelan dalam-dalam kekecewaan dan kembali menjalani hari dengan dihantui rasa penasaran dan kebingungan. Mereka tidak membicarakannya setelah kembali ke kelas dengan tangan kosong. Lebih memilih memikirkannya di kepala masing-masing.
Mitsuki juga sampai tidak menunjukkan ekspresi yang seharusnya dia pasang. Bisa dibilang yang paling heboh adalah keluarga mereka. Tuan dan Nyonya Izumi hampir pingsan mendengar laporan anak-anaknya terbebas dari kutukan. Tidak menyangka anak-anaknya akan meninggalkan mereka secepat ini. Orang tua mereka menangis tersedu-sedu sambil merestui siapa pun yang menjadi apel bagi anak-anaknya.
Iori memijit pelipisnya pelan. Dia menjelaskan pada orang tuanya hampir dua jam. Bukan karena memang memakan waktu sebanyak itu, hanya saja dia harus memilih kata-kata yang pas, baik, dan benar untuk menghindari hal-hal buruk. Untungnya orang tua mereka tidak berlama-lama dalam mode heboh dan berlebihan. Mereka bisa menerimanya dan ikut memberikan pendapat tentang masalah ini.
Terima kasih pada penjelasan sederhana yang dia dapatkan dari Yuki, semuanya berjalan kembali normal dengan cepat. 'Ya untuk orang tua mereka. Kalau Iori sendiri dia masih butuh alasan logis.
Pagi ini Mitsuki berseru riang dan ceria seperti biasa. Bisa ditebak, semua itu karena untuk pertama kalinya dia bisa melihat penampilannya dengan seragam dalam warna penuh. Walaupun dia suka marah-marah pada orang yang memanggil dan memperlakukannya seperti anak kecil, Mitsuki sendiri mudah tertarik dan bersemangat dengan hal kekanakan. Sangat imut.
Ekspresi lesu dan aura suram yang makin menjadi dari Iori memang mengambil perhatian keluarga Izumi, tapi mau bagaimana lagi, dihibur pun tidak akan mempan. Toh dia sendiri juga tidak mau diganggu atau butuh pembicaraan yang menghibur.
Dua hari lalu setelah terbebas dari kutukan dan kembali ke akademi, mereka juga mencari Yuki. Sayangnya si surai abu-abu ada urusan di luar akademi dan tidak kembali sampai sore. Kemarin dia tidak muncul di akademi. Orang yang biasa ditempeli dan menempeli juga tidak tahu kemana. Mereka sudah bertanya pada pengajar lain dan mendapat jawaban kalau Yuki serta Momo memiliki masalah serius yang harus diselesaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Note [Olympuss Magic] [AU IDOLiSH7] (END)
FanfictionHey, itu semua hanya hasil kebosanan para leluhur. Jatuh pada takdir? Sepertinya bukan. Di dunia dengan hanya ada warna hitam dan putih, mereka mau tidak mau harus mencari sosok apel yang dapat melepaskan kutukan mereka. Iori tidak percaya, tapi beg...