---//---
Tidak baik membiarkan perasaan menganggu ini terus-terusan membayangi Iori jadi, dia putuskan untuk mencoba menjaga jarak.
Tidak lama kok.
Hanya sekedar untuk mengurangi dosis sakit kepala yang rajin mampir akhir-akhir ini.
Dia juga tidak bisa membuat dirinya berada di sekitar Riku terus menerus. Apalagi si surai merah sudah mendeklarasikan bahwa dirinya ingin mandiri, artinya dia harus punya kenalan atau teman selain Iori.
Berbekal alasan-alasan itu, Iori sengaja memberikan ruang dan kesempatan bagi para murid yang sudah memperhatikan Riku untuk mendekatinya saat jam makan siang.
Rencana sempurna. Iori mati-matian menahan Mitsuki dan yang lain untuk tidak menghampiri Riku dan memaksa mereka melihat dari jauh bagaimana perkembangan sosialisasi serta interaksi Nanase Riku setelah memulai akademinya tiga pekan setengah.
Hasilnya tidak memuaskan, malahan menempatkan Iori sebagai makhluk paling jahat karena membiarkan Riku makan sendiri di meja panjang yang terlihat jelas seolah dihindari.
Bagaimana tidak meja tempat Riku makan kosong sedangkan meja-meja lain di sekitarnya penuh sesak kekurangan tempat. Tidak ada yang mau duduk satu meja dengan Riku.
Itu bukan kesalahan Iori. Anak-anak lain yang penakut. Wajah Iori suram seharian karena kesal. mereka berenam buru-buru menghampiri Riku sebelum menjadi korban tusukan garpu Tenn.
Sayangnya hasil percobaan Iori yang kali ini berpindah tempat di ruang kelas tidak ada beda sedikit pun. Saat itu mereka harus membuat kelompok untuk mengamati bahan-bahan ramuan. Tidak ada satu pun murid yang menawarkan kelompok atau diri mereka untuk melakukannya dengan Riku. Sebelum si surai merah merasa sedih Iori sudah menariknya keluar dari ruangan.
Gagal lagi. Berdasarkan pengamatannya faktor yang memicu ketidakberhasilan ada pada Riku dan murid lain. Riku terlalu pemalu dan takut memulai percakapan dengan orang lain. Murid lain yang pastinya sudah tahu latar belakang keluarga Riku juga segan mendekatinya duluan.
Susah memang. Yah, mau bagaimana lagi, Iori terpaksa melanjutkan tugasnya dalam jarak dekat.
Ah, kalau diingat-ingat lagi usaha Iori tidak melulu gagal. Tidak bisa dibilang usaha Iori sih. Semuanya berjalan tanpa rencana. Seperti biasa semesta senang memberikan narasi yang tak terbayangkan di benak Iori.
Bermula dari kelalaian Iori yang membuatnya terpisah dari Riku. Si surai merah memutuskan selanjutnya dia akan belajar di kelas khusus, kebetulan saat itu mereka tidak bisa pergi berdampingan karena Iori harus bertemu Yuki dan Momo terlebih dahulu.
Iori hampir kehabisan napas di depan pintu kelas setelah berlarian dari lantai teratas gedung barat dan menyeberang naik ke lantai atas gedung timur. Bukannya dia takut Riku akan kesepian karena waktu yang dia habiskan terlalu lama dan membuatnya panik sampai lupa dirinya bisa menggunakan teleportasi- yang hanya boleh dipakai dalam keadaan mendesak- tapi malah lebih memilih menggerakkan kedua kaki dengan seluruh kekuatannya.
Iori mendesah kesal.
Sudah begitu ketika dia masuk kelas tidak ada satu pun orang yang ada di sana. Tidak ada tanda-tanda kelas sudah dimasuki oleh Riku atau orang lain. Kesal sekali mengingatnya.
Bagaimana bisa dari pada duduk dan mengatur kembali pernapasan, Iori malah berlari lagi meninggalkan kelas dengan pintu terbuka- sangat melanggar peraturan dan kaidah kesempurnaan miliknya- mencari Riku setengah panik. Iya. Hanya setengah.
Jangan sampai berpikiran kalau Iori mendobrak satu persatu ruang kelas untuk memastikan keberadaan Riku.
Mana mungkin dia melakukan hal menjatuhkan martabat seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Note [Olympuss Magic] [AU IDOLiSH7] (END)
FanfictionHey, itu semua hanya hasil kebosanan para leluhur. Jatuh pada takdir? Sepertinya bukan. Di dunia dengan hanya ada warna hitam dan putih, mereka mau tidak mau harus mencari sosok apel yang dapat melepaskan kutukan mereka. Iori tidak percaya, tapi beg...