---//---
Hidup Iori memang sudah lama menjadi tidak mudah. Serius. Semenjak dia masuk ke akademi terpandang ini, perjalanan hidupnya sangat menantang. Berkali-kali hampir mati membuatnya sadar kalau pilihannya masuk ke akademi yang sama seperti Mitsuki adalah kesalahan. Iori akui tempatnya menuntut ilmu luar biasa bagusnya, hanya saja semua berubah berkat makhluk yang mampir tanpa permisi dan menjungkir balikkan kehidupan tenangnya.
Iori yakin kenapa dia masih bisa berdiri sampai sekarang berkat kekuatan sihir miliknya.
Tapi untuk sekarang dia merasa benar-benar berdiri di ujung tebing.
Matanya secara alami melirik ke arah pintu masuk ruangan kepala akademi, di sana orang yang sudah menghancurkan bangunan kantin bersandar sambil melipat tangan di depan dada. Mata itu masih menyorot ke arah mereka-- Iori, Yamato, Mitsuki, Tamaki, Sougo, dan Nagi-- dengan pandangan penuh amarah. Tajamnya seperti menusuk ke jantung- membuat napas mereka tercekat.
Iori membuang napas berat. Sebelum mereka berenam diserang dengan membabi buta-- skenario terburuk yang Iori buat-- Ryuu dan Gaku muncul dengan wajah penuh keringat dan napas pendek-pendek, mereka pasti berlari segenap tenaga dan sepenuh hati mengejar Tenn. Gaku menyeret Tenn paksa sedangkan Ryuu menghampiri mereka dengan wajah panik. Menyuruh mereka untuk mengikutinya.
Begitulah cerita bagaimana mereka terdampar dalam ruangan milik orang nomor satu di akademi. Pria yang sudah melewati asam manis kehidupan lebih banyak dari mereka tersenyum paksa. Matanya terpejam-- kebiasaan-- sambil mengelus kelinci ajaib primadona di kalanagan murid perempuan dan juga beberapa murid laki-laki. Iori berkali-kali melirik hewan menggemaskann-- menjijikan itu.
Selain kepala akademi yang berambut pirang tua, ada juga orang yang dua hari ini mereka cari keberadaannya. Yuki tersenyum lebih rileks dari yang lain. Di sampingnya pasangan hidup-- Soulmate Yuki, Momo cengengesan seperti melihat pertunjukkan menarik. Terakhir adalah pengajar kesayangan mereka berenam-- karena selalu tabah menghadapi anak-anak pembuat onar seperti mereka-- Ogami Banri tersenyum gugup.
Takanashi Otoharu, pemegang posisi kepala akademi berdehem singkat mengambil perhatian orang-orang di sekitarnya. Tersenyum penuh wibawa ke arah mereka berenam-- terdakwa di ruangan itu. "Apa kalian tahu kenapa aku memanggil kalian?"
Iori tergelitik dengan kalimat pembuka Otoharu, jelas sekali mereka bukan dipanggil. Lebih tepatnya digiring seperti penjahat dengan acungan panah di belakang kepala. "Tidak," jawab mereka serentak.
"Tenn ingin membicarakan hal penting," lanjut Otoharu. Iori berdehem menahan senyum. Seperti biasa Otoharu selalu bercanda di saat genting. "Tentu saja Takanashi-san," jawab Iori sarkas.
Otoharu tertawa singkat. Matanya beralih jatuh pada Tenn. "Tenn-kun,"
Tenn memejamkan matanya sebentar, sepertinya menahan emosi atau meredamkan amarah. Bersamaan dengan itu mereka berenam menahan napas. Lagi pula mereka sudah tahu apa permasalahannya. Kalimat yang pertama kali Tenn lontarkan tentu saja merujuk ke arah kejadian dua hari lalu. intinya Tenn punya hubungan dengan sosok yang membebaskan mereka dari kutukan.
"Kalian terbebas dari kutukan?" tanya Tenn dengan suara berat. Mereka mengangguk bersamaan dalam diam. Tenn menghembuskan napas dalam-dalam. "Aku benar-benar ingin menghajar kalian, tapi setelah mendengar cerita Yuki-san aku tahu kalau itu bukan kejadian yang direncanakan,"
Tenn menegakkan tubuhnya, memandang ke arah mereka berenam dengan pandangan kosong. "Pastikan tidak ada yang tahu tentang alasan kutukan kalian hilang,"
Mata Tenn beralih memandang Otoharu. Memberikan tatapan serius dan dingin. "Aku menolak Riku untuk masuk ke akademi, begitu juga dengan pertunjukkan festival," bersamaan dengan pernyataan tak terbantahnya, Tenn menundukkan kepalanya sedikit, pamit dan pergi dari ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Note [Olympuss Magic] [AU IDOLiSH7] (END)
FanfictionHey, itu semua hanya hasil kebosanan para leluhur. Jatuh pada takdir? Sepertinya bukan. Di dunia dengan hanya ada warna hitam dan putih, mereka mau tidak mau harus mencari sosok apel yang dapat melepaskan kutukan mereka. Iori tidak percaya, tapi beg...