---//---
Iori mengambil napas pendek setelah dirinya terbatuk ringan. Aroma menusuk berembus di seluruh area akademi membuat hidung dan tenggorokannya tak nyaman. Ketika peciumannya pertama kali mendeteksi polusi udara pagi ini dia sudah tahu penyebabnya dan jujur itu sangat amat membuat Iori gusar.
Bagaimana kalau salah satu dari pembuat onar yang melakukannya? Entah sengaja atau tak sengaja waktunya terlampau buruk.
Tidak salah lagi. Pada hari pertama ujian tertulis akan dilaksanakan sesuatu terbakar.
Bukan kebakaran biasa.
Beruntung jam masuk ujian berbeda dari hari-hari biasa, tidak banyak murid yang sudah berangkat pagi ini.
Kasus Iori sendiri dia berangkat lebih awal untuk memastikan kedua muridnya sudah mempersiapkan ujian sekaligus menceramahi mereka sebelum ujian dimulai.
Sebab itu perasaannya sangat tidak enak. Bagaimana kalau Tamaki melakukan sesuatu?
Jantung Iori makin berdetak tak karuan melihat dua sosok yang sudah berada di area kebakaran. Buru-buru kakinya melangkah. "Yotsuba-san! Apa yang kau lakukan kali ini?!"
Terlalu panik Iori tidak sengaja menaikkan nada suaranya membuat orang-orang yang berkerumun— lebih banyak para guru— tersentak kaget. Iori mengabaikan pandangan yang tertuju pada dia, fokusnya tetap jatuh pada Tamaki. Sebelum dia bisa meraih Tamaki, Riku lebih dulu menghalanginya. "Iori," Riku menarik tangan Iori menjauh dari tempat kejadian begitu juga Tamaki.
Setelah beberapa Langkah Iori kehabisan kesabarannya dan menahan Riku kemudian berbalik menatap tajam ke arah Tamaki. "Aku tidak melakukan apa-apa," kata Tamaki dengan ekspresi tersinggung.
Iori memelotototi wajah Tamaki mencari kebohongan sebelum akhirnya beralih pada Riku yang menatapnya khawatir. Melihat ekspresi Iori yang meminta keterangan tambahan Riku mengangguk. Masih dengan kilat kecemasan di maniknya. "Tamaki tidak berbohong. Tamaki dan aku bertemu di gerbang. Kami masuk bersama dan kebakaran sudah terjadi," jelas Riku mantap.
Sekali lagi Iori mencari kebohongan, tapi dia tidak mendapatkannya. Iori mendesah berat menyentuh bagian pelipis atas alis kiri. Perasaannya menjadi lebih baik mengetahui tidak ada satu pun pembuat onar berhubunan dengan insiden ini. "Baguslah kalau Yotsuba-san tidak tahu apa-apa tentang ini. Sebisa mungkin kalian fokus pada ujian nanti," kata Iori lega.
Tamaki dan Riku berpandangan sejenak dengan hawa tak enak yang tiba-tiba muncul. Iori was-was menunggu sesuatu yang tidak dia ketahui. Riku akhirnya berpaling menatapnya dengan ekspresi lesu. "Ujiannya batal. Kau tahu? Ruangan yang terbakar itu tempat penyimpanan soal-soal ujian. Semuanya berubah menjadi abu,"
Mata Iori mengerjap kaget. Kepalanya langsung berputar menelusuri arang hitam yang menempel di tembok. Dua tempat terbakar. Salah satunya diperkirakan sebagai tempat kebakaran pertama adalah ruangan besar untuk praktik ramuan ajaib. Setelah membakar seluruh isi ruangan pertama api merambat ke ruang penyimpanan kertas ujian.
Kalau dilihat seberapa hangus dua ruangan itu tidak mungkin kebakaran terjadi pagi tadi.
Bukan hanya kapan insiden terjadi, tapi juga siapa dan kenapa.
Sejauh yang Iori tahu dan ingat tidak pernah ada sejarahnya ujian batal di akademi ini. Ah, tidak tahu juga 'sih.
Apakah semuanya hanya kebetulan? Ketidaksengajaan? Kecerobohan seorang murid?
Kemungkinan penyebab kebakaran dari murid yang ceroboh dan tidak sengaja memicu kebakaran. Kalau setingkat guru atau petugas akademi tentunya dapat mencegah api merambat. Panik dan rasa takut membuat pelaku kabur tanpa mengatakan apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Note [Olympuss Magic] [AU IDOLiSH7] (END)
FanfictionHey, itu semua hanya hasil kebosanan para leluhur. Jatuh pada takdir? Sepertinya bukan. Di dunia dengan hanya ada warna hitam dan putih, mereka mau tidak mau harus mencari sosok apel yang dapat melepaskan kutukan mereka. Iori tidak percaya, tapi beg...