---//---
Iori ikut masuk ke dalam arus kerumunan panik murid-murid yang kini berebutan masuk berlindung ke dalam akademi. Berbeda dari yang lain Iori memiliki tujuan arah yang berbeda. Iori berulang kali mengucap kata maaf ketika dirinya berbenturan dengan murid lain. Sesekali beberapa pasang mata akan menampilkan sorot aneh melihat Iori yang turun padahal hampir seluruh murid berlarian naik mencari perlindungan.
Akhirnya perjuangan Iori berdesakan berakhir. Begitu Iori sampai di lantai paling bawah dia segera menyingkir dari jalur mengungsi. Tidak mengambil jarak terlalu jauh. Iori memposisikan dirinya agar bisa dilihat siapa pun sekaligus bisa mencari orang yang ingin sangat dia temui sekarang.
Sepertinya hampir semua murid-murid yang ada di luar bangunan akademi udah diarahkan ke tempat aman. Cukup mengesankan. Dewan siswa benar-benar bekerja dengan baik. Seharusnya tidak mengejutkan karena keadaan darurat tak terduga seperti ini pasti juga masuk ke dalam hal yang harus diperhatikan meski pun kemungkinannya kecil. Tidak semua orang bisa mengendalikan rasa panik mereka, tapi dewan siswa seberapa besar pun rasa terkejut-- dia yakini tidak jauh berbeda dari murid-murid yang berteriak histeris-- mereka bisa langsung bergerak tanpa ragu. Bahkan ketika Iori sendiri tahu kalau pemimpin dewan siswa saat kejadian menggemparkan terjadi tidak berada di tempatnya, mereka melakukan hal dasar antisipasi bencana sebelum diperintah.
Yah, Iori jadi berharap besar pada dewan siswa di masa depan. Iori mengerjapkan matanya kaget. Dia sempat melamun atau merenungkan kemampuan dewan siswa cukup lama sampai dirinya tak sadar kalau tangga yang tadinya penuh sesak sudah lengang tak ada seorang pun. Ah, orang yang terakhir ada di sana adalah tiga dewan siswa. Mereka pasti yang sudah memberikan arahan pada murid-murid agar tetap tenang dan mengungsi dengan baik.
Iori berbicara pada mereka terlebih dahulu. Tentu saja alasan ketiga dewan siswa itu menghampiri Iori yang mematung menanyakan keadaannya dan pastinya memintanya untuk segera pergi ke atas. Beruntung Iori memang sudah dari sananya bisa menyakinkan siapa saja-- mungkin-- jadi, tanpa perlu menawar lebih lama ketiga dewan siswa itu segera menyusul yang lain. Mereka masih harus menenangkan para murid.
Begitu dewan siswa tadi sudah tak terdengar tapak sepatu Iori baru menyadari sesuatu. Apa ketiga dewan siswa tadi adalah murid terakhir yang berada di luar ruangan?
Padahal dia sengaja berdiri di sini menunggu anak itu. Sayangnya tidak berakhir seperti harapannya. Iori mengacak surai hitamnya. Haruskan dia pergi memeriksa ke bangunan akademi yang lain?
Sudah jelas jawabannya iya. Dia juga harus memastikan keberadaan Mitsuki dan yang lain. Iori membalikkan tubuhnya bergegas, tapi langkah kaki mantapnya terhenti begitu melihat siluet orang-orang yang amat sangat dia kenal.
Mitsuki berlari ke arahnya dengan wajah penuh peluh dan ekspresi-- lega, khawatir, takut, senang, dan kesal-- diikuti rombongan setia. "Kau kemana saja?? Apa kau terluka??"
Pertanyaan Mitsuki yang bisa ditebak langsung terlontar bahkan saat mereka berada dalam jarak lima belas langkah membuat kakaknya itu harus setengah berteriak dengan suara serak penuh rasa cemas. Iori menggeleng. "Aku tidak apa-apa, Nii-san. Bagaimana dengan Nii-san dan yang lain? Kalian dari mana saat hewan itu muncul?"
Mengabaikan pertanyaan Iori sesaat, Mitsuki begitu sampai di hadapan Iori langsung memeriksa tiap jengkal keadaan adiknya. "Nii-san, aku tidak bertemu hewan itu. Aku baik-baik saja," kata Iori meraih tangan Mitsuki yang tadinya sibuk membaik-balikan kepalanya meneliti wajah Iori. Mitsuki memandang Iori sejenak sampai akhirnya dia mengembuskan napas lega. "Maaf. Aku benar-benar terkejut tadi. Aku pikir ini ada hubungannya denganmu. Satu-satunya orang yang tidak bersama kami hanya kau jadi, aku cukup ketakutan,"
Iori menepuk pundak Mitsuki memberikan sentuhan yang membuktikan bahwa dirinya kini berada di depan Mitsuki dalam keadaan tanpa cela. Mitsuki tersenyum meski matanya masih belum sepenuhnya bersinar. Mitsuki menyentuh tangan Iori yang berada di pundaknya menyakinkan diri sendiri semuanya baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Note [Olympuss Magic] [AU IDOLiSH7] (END)
FanfictionHey, itu semua hanya hasil kebosanan para leluhur. Jatuh pada takdir? Sepertinya bukan. Di dunia dengan hanya ada warna hitam dan putih, mereka mau tidak mau harus mencari sosok apel yang dapat melepaskan kutukan mereka. Iori tidak percaya, tapi beg...