Olivia berjalan sendirian di jalanan belakang sekolah. Ia tidak bersama Randy karena Randy ada acara kumpul dengan teman-teman basketnya.
Ketakutannya semakin menjadi ketika 3 preman menghampirinya.Aduh gue takut,Batin Olivia.
"Eh,neng sendirian aja"goga salah satu dari mereka. Mereka semakin mendekati Olivia. "Iya neng,abang temenin yu"ucap salahsatu dari mereka sambil mencolek dagu Olivia. "EEHH.. BEE..BEE..RANI DEKET-DEKET SAMA GUE. GUE TERIAK KENCENG NIH"teriak Olivia mengancam. "Silahkan"jawab mereka dengan santai. "Oke kalo lo nantangin". Olivia menarik nafas panjang.
(Randy's PoV)
Gaktau kenapa tubuh gue malah bergerak halaman belakang sekolah. Tadinya gue memutar balikan badan,memutuskan untuk kembali ke lapangan basket. Tetapi saat sedang berbalik, gue mendengar teriakan seseorang.
"TOLONG..TOLONG... RANDYYY PLEASE TOLONG GUE"teriak seseorang.
Olivia?!
Aku pun kembali membalikan badan lalu melihat ke jalan. Mataku tertuju pada seseorang yang sedang diganggu oleh beberapa preman,
dia Olivia!
Aku melihat wajahnya yang sedang ketakutan. Aku segera berlari untuk membantunya.
BRAKKK...
Aku menendang preman-preman yang mengganggu Olivia hingga mereka jatuh tersungkur. "Mana lagi yang berani?"tantangku menatap mereka sinis. Tampaknya salah satu dari mereka akan mengeluarkan benda dari dalam kantung jaket kulitnya.
Apa itu?pisau?. Dia semakin mendekat. Tanganku menahan pisaunya.AAHHH...
Tanganku tertusuk ujung pisau itu. Darah pun mengalir dari telapak tanganku.
(Olivia's PoV)
Salah satu dari mereka akan mengeluarkan benda tajam dari kantung jaket kulitnya,lalu dia mengarahkan pisaunya pada tangan Randy.
Dan akhirnya,
tangan Randy terluka."RANDY"teriakku menghampiri Randy. Air mataku pun keluar begitu saja.
"Ga..pa..pa?"tanyaku sesegukan karena aku masih menangis. "Udah jj..angann nangis"ucap Randy."Maafin gue,Rand"ucapku merasa bersalah. "Ini bukan salah lo"ucap Randy santai. Aku mengeluarkan sapu tangan milikku untuk menutupi tangannya. Tentu,untuk menghentikan darah yang keluar terus menerus dari tangan Randy. Dengan hati-hati,aku melilitkan kain itu pada tangan Randy.
"Aww"teriak Randy meringis kesakitan. "Maaf"ucapku menunduk sedih. "Yaudah,ayo ke rumah sakit!"ajakku pada Randy. "Siapa yang nyetir kalo tangan gue kaya gini?"tanya Randy. Aku mengulurkan tangan kananku,dia menatapku bingung.
"Kunci mobil lo mana?"tanyaku. "Ha?Emang lo bisa nyetir?"tanya Randy tidak percaya. "Udah sinii,cepet elah!"paksaku. "Iyaiya bawel,di tas bagian depan cari aja"jawabnya. "ok"dengan cepat aku membuka tas lalu mengambil kunci mobilnya.
Dia kaya yang gak kesakitan.
💭💭💭
Author's PoV
Olivia sedang menunggu Randy yang sedang ditangani dokter di ruang UGD. Setelah lama menunggu,akhirnya Randy keluar bersama parasuster dan dokter.
"Hai"sapa Randy. Wajahnya pucat.
"Hai!Gimana?"tanya Olivia.
"Gak apa-apa,santai aja"ucap Randy.
"Okay. Muka lo pucet banget asli"ucap Olivia.
"Ohya?gue kan sehat-sehat aja sih. Udah boleh pulang"ucap Randy,Olivia menangguk.
Tiba-tiba saja Olivia memeluk Randy."Maafin gue,gue gatau lagi kalo misalnya tadi lo gaada"ucap Olivia sambil menangis. Randy mengelus halus punggung Olivia. "Udah tugas gue ngejagain lo. Lo inget waktu kita kecil?Inget kan apa janji gue?"tanya Randy. Olivia mengangguk.
💭💭💭
edited -170116-
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
Teen FictionMungkin tuhan cuma ngizinin kita untuk jadi sahabat. Gak lebih, dan gak akan pernah lebih dari itu.