Setelah pulang sekolah, Aldi berdiri di depan kelasnya. Ia menunggu seseorang. Olivia? Mungkin saja. Tak lama kemudian orang yang ia tunggu datang. Dengan langkah santai ia menghampiri orang itu, yap, Olivia.
"Hey, Liv"sapa Aldi tersenyum. Olivia tersenyum kikuk.
"Ada apa, Di?"Olivia membenarkan tali tasnya.
"Mau gue anter balik? Dari pada mahal-mahal bayar gojek, mas-masnya juga belum tentu sewangi gue"tawar Aldi sambil bergurau.
"Tapi kan kita udah ga---"ucapan Olivia terpotong.
"We're bestfriend now, right?"Aldi tersenyum dan Olivia membalasnya. Aldi memang tulus mencintainya.
"Gak ngerepotin nih?"tanya Olivia lalu menaikkan sebelah alisnya.
"Lebay lo kaya gak pernah aja. Ayo, naik cepetan ke tempat parkir nih keburu gue berubah pikiran"Aldi lalu berjalan duluan.
"Eh iya iya"Olivia pun berjalan dibelakangnya.
Setelah keduanya berada di dalam mobil, Aldi langsung menancapkan gasnya ke rumah Olivia. Lagu-lagu terus diputar di radio. Cuaca sedikit mendung dengan suhu dua puluh lima derajat selsius.
"Gak ngerepotin nih Di? Rumah lo ke gue ujung-ke ujung loh"Olivia buka suara,
"Engga sih, sans aja. Sekalian ada perlu juga"jawab Aldi
Tiba-tiba ringtone ponsel Aldi berbunyi. Seseorang menghubunginya. Tepatnya orang yang ia ajak bertemu di cafe dekat rumahnya.
"Halo"
"Lo harus dateng. Ini penting"
"Yaudah, terserah lo"
Sambungan itu terputus. Olivia memasang wajah datarnya, padahal di dalam benaknya ada banyak pertanyaan yang menumpuk. Ada apa? Siapa yang menelfon Aldi? Untuk apa dia menenfon? dan lain-lain. Ah sudahlah, yang ia bisa lakukan hanya diam dan memendam semua pertanyaan yang ada di benaknya. Setelah tiga puluh menit berada di perjalanan akhirnya mereka sampai.
"Makasih ya, Di. Mau mampir dulu?"ujar Olivia sambil membuka seat beltnya.
"Sama-sama. Gak usah deh, Liv. Salam aja ke tante. Gue mau langsung pergi"setelah keluar dari mobil, Olivia tersenyum lalu melambaikan tangannya. Aldi membalasnya lalu ia kembali menancap gas.
Di tempat yang berbeda, tepatnya di sebuah cafe dalam mall ada dua orang remaja lawan jenis yang sedang bercengkrama. Tertawa mengingat kejadian yang dulu terjadi. Randy dan Freya.
Dulu, saat SMP di tingkat akhir. Saat dimana Randy pertama kali mengenal cinta, atau mungkin sebatas cinta monyet. Ia dan Freya berada dalam satu kelas yang sama, saat itu Freya murid pindahan dari Surabaya. Saat Freya mengenalkan dirinya di depan kelas, Randy jatuh cinta pada mata Freya. Parasnya memang cantik bahkan lokernya dipenuhi oleh surat cinta yang dikirimkan para secret admire. Apa kalian tahu? Ternyata Freya juga memiliki perasaan pada Randy. Beberapa bulan kemudian mereka jadian. Tapi hubungan itu hanya bertahan dua bulan. Kenapa? karena sesuatu terjadi.
"Jadi gimana kabar lo di Palembang?"tanya Randy.
"Baik-baik aja. Adaptasinya agak susah sih. Hampir setiap hari gitu makan pempek, sampe pernah dirawat seminggu gara-gara lambung gue ga cocok gitu, hahahah"Freya tertawa dan Randy menatapnya. Freya makin menarik sekarang.
"Ooohiya, gimana Oliv?"Freya melanjutkan.
"Ya dia sih gitu-gitu aja, lo mau ketemu? Kayaknya dia ada di rumah"jawab Randy.
"Tumben kalian ga berengan gitu kaya pas di SMP hahaha"ujar Freya.
"Udah dianterin dia, sama pacarnaya"jawab Randy lalu menyeruput chocolate latte miliknya.
"Wih kece banget emang Oliv"mereka berdua tertawa.
"Eh Rand, kayanya gue harus duluan deh janjian sama temen lain juga soalnya"kata Freya lalu mengambil tasnya.
"Oh iya, hati-hati Freyy"Randy tersenyum. Freya tersenyum lalu melambaikan tangan ke arahnya. Lalu punggung itu perlahan menjauh.
Aldi sedang berada di perjalanan menuju ke rumahnya. Ia tidak jadi ke cafe, Randy yang membatalkannya karena ia bilang ada tamu yang datang. Ntahlah, terserah dia saja. Tiba-tiba vibra ponselnya menyala menandakan ada sebuah pesan masuk.
+6282354976807
Di, ini gue, Randy. Handphone gue lowbatt jadi minjem punya temen. Kayaknya gue bisa. Cafe deket rumah meja nomor 21. Gue tunggu jam 4.
Ini orang maunya apa sih? Tadi ngebatalin seenak jidat terus sekarang bisa,batin Aldi berbicara. Ia memutar bola matanya pelan.
Karena pesan itu, akhirnya Aldi memutuskan untuk memutar balik di lampu merah depan. Sekarang pukul 15.30 dan tiga puluh menit cukup untuk sampai di sana. Saat ia sampai di sana, jam digital mobik menunjukkan pukul 15.55 itu berarti sebentar lagi. Tetapi Aldi memilih untuk keluar sekarang. Ia mencari meja nomor 21 tetapi, orang yang duduk disana adalah perempuan. Akhirnya ia menghampiri pelayan untuk memastikannya. Saat ia bertanya atas nama Randy, pelayan itu menunjukkan meja 21. Kalau memang iya, dimana Randy? Mengapa hanya ada seorang perempuan disana? Aldi mengucapkan terima kasih pada pelayan itu lalu berjalan ke meja tersebut.
"Aldian Adrianditya, aren't you?"ujar perempua yang berada di meja 21 itu.
"Lo siapa?"
...
Haloo!! Ada apa ya sama Freya? HAHAHAHAH. Semangat bgt saya nulisnya. Btw, ada satu cerita di draft aku yang nyeritain tentang cinta sendiri di sebuah hubungan gitu. Soon bakalan di post. Ohiya, vommentsnya jangan lupaa. Makasiii🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
Teen FictionMungkin tuhan cuma ngizinin kita untuk jadi sahabat. Gak lebih, dan gak akan pernah lebih dari itu.