Tadi malam Olivia menceritakan semuanya pada Aldi . Tentang persahabatannya dengan Randy, perasaan yang dipendamnya, hingga permasalahanya dengan Randy. Menurutnya, Aldi termasuk pendengar yang baik. Setelah mendengar semuanya Aldi pun memberikan pendapat dan sarannya pada Olivia. Olivia pikir apa yang dikatakan Aldi benar, ia harus membuka hatinya untuk orang lain dan mulai move on dari masa lalunya. Untuk apa mengejar hal yang tak pasti?
Setelah bunyi klakson terdengar dari luar rumah, Olivia yang berada di meja makan langsung berpamitan kepada keluarganya seraya berjalan menuju pintu. Olivia tersenyum tipis saat melihat Aldi yang sedang menyenderkan badannya ke pintu mobil sambil meminum jus kemasan.
"Pagi Oliv"sapa Aldi setelah melihat Olivia keluar dari pintu rumahnya.
"Pagi ----"
"Olivia!!"seseorang memotong pembicarannya, Randy. Dengan segera Olivia melangkahkan kakinya ke dekat Aldi.
"Ayo Di berangkat sekarang! Takutnya ntar telat"Aldi mengangguk lalu mereka--Aldi dan Olivia-- masuk ke mobil. Randy yang melihat perubahan sikap Olivia hanya menunduk pasrah, walupun banyak pertanyaan yang ingin dilontarkannya pada Olivia. Tentu saja, agar semua kembali seperti semula.
"Kenapa lo ngehindar gitu sih, Liv?"tanya Aldi di dalam mobil.
"Itu cara gue buat ngebuang jauh-jauh perasaan gue ke dia"kata Olivia seraya membenarkan posisi duduknya.
"Buat ngilangin perasaan lo? Buat itu ga harus ngehindar Liv. Gak ada bedanya, kalo lo ngehindar tapi yang ada di pikiran dan hati lo itu tetep dia. Kalo gitu sih ya sama aja"
Aldi menarik nafasnya, "Ngelupain dia itu bukan menghilangkan dia dari hidup lo, tapi gimana caranya biar perasaan itu pergi dengan sendirinya dan ngerelain kalo seandainya dia jadi milik seseorang. Kalo lo mau ngilangin dia dari hidup lo gue rasa gak akan mungkin apalagi kalian yang terbiasa bersama" Olivia mengangguk, mengerti apa yang dimaksud oleh Aldi.
"Iya Di. Yaudahlah sekarang gak usah ngomongin dia, perasaan topik kita dia mulu sih"kata Olivia lalu terkekeh pelan.
"Elo sih, dasar ratu galau!"ucap Aldi seraya mencubit hidung Olivia. "Ih, Aldi!"
•••
"Pak, siomaynya dua porsi ya!"teriak Olivia pada Pak Tatang--pedagang siomay di sekolah--. Sekarang ini adalah jam istirahat, dimana semua murid berhamburan untuk ke kantin. Sebenarnya kelas Olivia sudah istirahat 20 menit sebelum bel karena jam pelajarannya dipakai untuk ulangan. Berhubung ulangannya gampang dan guru yang terlalu baik jadi mereka diberi waktu istirahat lebih lama.
"Nih neng Oliv, selamat makan!"kata Pa Tatang seraya membawakan dua piring berisi siomay.
"Makasih ya, Pak! Ini uangnya, siomaynya pasti enak banget deh"kata Olivia lalu mengeluarkan uang hijau--dua puluh ribuan-- dari sakunya.
"Ah si neng bisa aja, nuhun nya!"kata Pa Tatang lalu punggungnya menghilang di balik murid yang berlalu lalang.
"Ayo Di, makan siomaynya! Enak loh"ajak Olivia lalu memasukan satu potong siomay ke mulutnya. Aldi tersenyum lalu mengikuti hal yang dilakukan oleh Olivia.
Aldi mengangguk, "Enak juga, gue kira cuma siomay di kantin sekolah gue dulu yang rasanya enak"
"Yang enak mah banyak kali, hahahaha"Olivia lalu tertawa disela aktivitas makannya.
"Mau minum apa? Gue yang beliin"tawar Aldi pada Olivia yang terus menguyah siomaynya.
"Ews jwerwuk ajwa---" mungkin maksudnya "es jeruk aja", Aldi mengangguk dengan wajah yang menahan tawa lalu pergi dari hadapan Olivia.
"Nih es jeruknya, ibu ratu"kata Aldi seraya membawa 2 es jeruk di tangannya. Olivia tersenyum sumringah lalu mengambilnya dari tangan Aldi.
"Eh eh nyantai dong bos"Aldi lalu terkekeh setelah melihat kelakuan temannya yang satu ini.
"Makasih Aldi, emang dabest dah lo mah"Olivia tersenyum dengan wajahnya yang --so-- imut itu, Aldi mengangguk.
"Begini aja baru baik sama gue"Olivia menatap Aldi yang mengacak-ngacak rambutnya. "Diem!"Aldi lalu terkekeh, lucu.
"Ayo, ke kelas! Penuh banget sih kantin, lama-lama bisa bengek gue terus pingsan deh"kata Aldi.
"Lebay lo anjir, cowok apa bukan sih?"
"Ah, ngomong sama lo mah ga nyambung. Itu alesan gue aja sih. Ayo ke kelas!"Aldi menarik tangan Olivia lalu membawanya ke kelas. Di setiap langkahnya, ternyata mereka menjadi pusat perhatian di koridor maupun jalan di depan kelas-kelas.
"Sakit anjir. Nyantai dikit kali jadi cowo tuh ah!"Olivia lalu mengelus-ngelus tangannya yang merah karena mungkin cengkraman Aldi yang terlalu kencang.
"Iya maaf. Tadi niatnya biar cepet ke kelas, terus elo nya gak banyak bacot. Hehehehe"kata Aldi diakhiri dengan cengirannya.
•••
Bel pulang sudah berbunyi 3 jam yang lalu. Olivia yang merasa lelah kini sedang membaringkan badannya di atas kasur dengan earphone yang menempel di telinganya.
Tiba-tiba terlintas di pikirannya untuk meminta maaf pada Randy, walaupun bukan sepenuhnya salah Olivia. Ia hanya ingin memperbaiki hubungannya dengan Randy agar seperti semua, walau mungkin secara perlahan ia harus melupakan perasaannya itu.
"Liv?"seseorang mengetuk pintu sambil menyebut namanya.
"Masuk"setelah melihat orang itu masuk ternyata ia adalah Randy.
"Gue mau ngomong"ucap keduanya bersamaan.
"Jadi gu--"dan lagi, ucapan yang dilontarkan oleh mereka sama.
"Lo dulu ajaa"kata Olivia. Randy mengangguk.
"Gue mau minta maaf kalo gue banyak salah sama lo, suka buat lo bete, dan suka gak peduli sama lo akhir-akhir ini"kata Randy, Olivia tersenyum.
"Maafin gue juga ya. Gue emang terlalu egois dan gue harusnya sadar diri kalau gue cuma sebatas sahabat lo. Gue akan rubah semua itu kok, renang aja"Olivia menghembuskan nafasnya, lega.
"Jadi kita baikan, kan?"tanya Randy.
"Sejak kapan kita mu---- IH RANDY ENGAP GUE"tiba-tiba Randy memotong ucapan Olivia dengan sebuah pelukan yang erat.
"Jangan pergi dari gue ya, Liv"kata Randy yang mendapat anggukan dari Olivia.
"Gue gak akan pergi dari lo kok, Rand" Olivia tersenyum tipis, tapi mungkin suatu saat.
•••
10 Desember 2016.
Jangan lupa vomments🙋 Terimakasih buat readers dan semua yang ngevote cerita gajelas ini, i wuff u💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
Teen FictionMungkin tuhan cuma ngizinin kita untuk jadi sahabat. Gak lebih, dan gak akan pernah lebih dari itu.