Chapter 30: Keris ganjil Chandrakirana

5 0 0
                                    

"Duar! "
Ledakan di atas langit.

"Bajingan kau Joko! " Anisa melemparkan 1000 pukulan dengan sarung tinju yang berbentuk mata bor lancip ke Joko, sebaliknya Joko pun melemparkan 1000 pukulannya dengan sarung tinju berwujud baja murni bercahaya "aku tak akan menarik serangan ku, kecuali aku mati........! " ujar Joko, "duar..... Bruak..... Jger!! " menggema sampai langit ketujuh.

Langit ke tujuh, singgasana Malaikat Israfil tepatnya di sebuah taman cawan madu.

"Sepertinya Durga sudah memulai agresinya" Israfil yang sedang menatap ke bawah awan, "ya begitulah, Tuan? Sepertinya Putri mu juga memulai langkahnya" sahut Nur sang assisten para malaikat.

Anisa yang menatap Joko penuh amarah saat mereka saling melemparkan tinju,

#Suara dari dalam batin Anisa
"Percayalah bahwa mereka semua lah yang menyebabkan aku menderita bagaikan seekor kecoa di kamar mandi" ucap seseorang lelaki yang terbaring di ranjang ruang UGD.

*FLASBACK
Tebet, street Boutique.

Saat itu sedang ramai akibat ada pencurian di tengah pengunjung.
Semua karyawan pun di jejer kan untuk di interogasi, sang bos yang berwajah merah bagaikan seseorang yang di bakar jenggotnya.

"Siapa diantara kalian yang mencuri Jumpsuit yang seharga 500ribu....!!!"sang bos dengan suara lantang mengatakannya dengan amarah yang meluap, seluruh karyawan berwajah pucat termasuk Anisa yang saat itu sedang menemani kakaknya yang bernama Temon.
Terlihat Apri yang bergemetar sampai mengucurkan keringat sebesar biji jagung, "sudahlah.... Mengaku dong...? Gue capek nih woiii....! " seru Jay atau yang biasa dipanggil Kojay.
"Bagaimana kita cek cctv saja bos" celetuk Joko, "ide bagus" sahut Fajar seseorang karyawan yang paling senior di Boutique itu.
"Baik semuanya......mari merapat ke meja layar cctv " ujar bos.

5 menit kemudian,
Bos dan semua Karyawan melihat cctv, terlihat Temon dan Apri sedang membereskan rak pakaian yang berisi hanger kosong.
Beberapa menit kemudian Apri terlihat keluar dan menyangkutkan sebuah baju terusan berwarna hitam ke abu - abu an.
"Kalian lihat..... Aku tak disana!! " ujar Apri, mereka semua pun menatap sinis ke Apri.

Tiba - tiba "brak" suara dari belakang kamar ganti, "apa itu?! " ujar Bos, "kita lihat saja" sahut Fajar.

Semuanya ke ruang ganti itu, terlihat sebuah plastik yang tergeletak di lantai ruang ganti.

"Meng, coba kamu cek apa di dalam plastik itu?! " suruh Bos sambil menunjuk plastik, alangkah terkejutnya mereka melihat sebuah Jumpsuit di dalamnya dan ada kertas bertulisan untuk Anisa.
Anisa pun melangkah dengan gemetaran, bola matanya membulat bagaikan bulan purnama.

Bos pun mengambil kertas itu di lantai dan memperlihatkan kertas itu, "apa ini?!!! " dengan wajah memerah bagaikan terebus air panas dalam panci.
Semua karyawan pun mendadak tegang dan saling menatap satu sama lain, Temon yang di tempat itu pun seketika membuka mulutnya dan menatap dengan takut.
Suasana tertegun bagai mengheningkan cipta, seketika Anisa menampar kakaknya itu.
"Mengapa kau lakukan hal ini!!! " seru Anisa kepada Temon, dengan wajau berkaca kaca Temon pun menjawab "sumpah aku tak mengetahui hal itu, nis?! " ucapnya.

Setelah kejadian itu Temon pun di pecat oleh Bos Fahmi, dengan rasa penuh dendam ia pun kembali ke butik sambil menatap Bos dari kejauhan.
Beberapa hari kemudian kami semua mendapatkan kabar bahwa Temon dirawat dirumah sakit, ia terjangkit Virus Covid 19.

Dirumah sakit tempat Temon dirawat, Apri dan Joko pun menjenguknya dengan membawa makanan kesukaannya.

"Assalamualaikum..... Mon" sambil membuka pintu kamar dan menenteng sebungkus Seblak pedas yang terliat kuah kentalnya. Apri dan Joko pun mendekati Temon dengan masker menutupi hidung dan mulut mereka.
Wajah Temon pun menjadi cerah karena kedatangan kedua sahabatnya itu, "kalian... " ucapnya kegirangan.

Satu jam berlalu, tak lama kemudian Anisa datang dengan menenteng sebuah tas berisi pakaian dan makanan "eh ada kalian" ucapnya dengan wajah datar dan penuh kelelahan.
"HanyeongHaseyo.... " ucap Apri memberikan salam kepada Anisa lewat bahasa Korea, Anisa membalas hanya dengan senyuman.
"Maaf kalian berdua sebaiknya keluar sebab jam besuk siang hari sudah hampir habis dan bukannya kalian harus ke butik ya? " ucap Anisa dengan wajah yang sedikit lelah, "hehehe iya iya, emm.... Tapi aku kesini juga ingin melihat mu loh? " tergambar wajah merah di senyum manis Joko yang menatap Anisa dengan kebahagiaan, "bisa saja kau, ish.... Dasar Buaya...! " ucap Anisa yang sedikit kesal.

Apri dan Joko keluar ruangan, Anisa menatap wajah Temon yang termenung menatap kepergian dua sahabatnya itu.
"Apa yang kau pikirkan, Mon?" ucap Anisa yang tertegun menatap wajah Temon.
"Tidak, aku hanya memikirkan seutas perkataan mereka tadi" jawab Temon sambil menyilap bibirnya, dengan kening yang mengkerut Anisa menatap Temon.

"Twinkle... Twinkle" nada dering dari handphone Anisa, Anisa mengambil handphonenya dan menatap layar dengan wajah ceria. "Dari siapa,Nis?" tanya Temon, "si Apri. Ih...dia so sweet banget loh?" wajah yang tersipu terlihat dari Anisa yang sedang memperlihatkan handphonenya kepada Temon, "bagaimana ini, Mon? Aku harus jawab apa? " Ucap Anisa.
"Jawab sudah Nis, Apri sepertinya orang baik loh" jawab Temon, tiba - tiba "Gedebuk!! " suara benda jatuh yang berasal dari luar ruangan.
Anisa dan Temon terkejut "apa itu?! " Anisa pun melangkah kepintu untuk melihatnya.

Seorang wanita berdiri di depan pintu ruangan sebelah, Anisa pun menoleh ke arahnya.
Lalu Wanita itu menoleh ke arah Anisa dengan wajah yang berkilauan, "si.... Si.... Siapa.... Kau?! " ucap Anisa yang mulai takut menatap Wanita itu.
Wanita pun menjawab "sadarlah jika kau adalah calon kandidat Dewi penjaga Neraka, dan dirimu dilahirkan ke dunia untuk membunuh sang Raja Iblis yang menghancurkan dunia di hari kiamat" lalu wanita itu menghilang, tiba - tiba Anisa merasa pusing di kepalanya "apa yang ter...ja..di" gumamnya sambil memegangi kepala.

Setelah itu Anisa pun bangkit berdiri dan melangkah ke dalam untuk melihat keadaan kakaknya lagi, Temon yang saat itu sudah terbujur lemas dengan wajah pucat berkata kepada adiknya "Nis aku ingin kau menjaga ini untukku sebab ini adalah barang berharga dari keluarga kita dan aku ingin kau tahu bahwa ada seseorang yang mengetahui tentang kejadian ku di butik waktu itu" ucapnya sembari memeberikan sebuah keris kepada Anisa.
Dengan wajah yang berkaca kaca sambil menahan air matanya Anisa menjawab "hiks...Mon akan ku jaga keris ini untuk mu dan hiks....hiks ku mohon kau bertahan di keadaanmu saat ini" ucapnya dengan lirih.

Temon tersenyum "waktu ku hampir habis di dunia ini tetapi aku mempercayaimu untuk tekad yang ku tinggalkan ini, ku berharap orang itu mau membukanya kepadamu dan ia tak akan berbohong padamu, Nisa" Temon pun memjamkan matanya.

"Tiittttt" bunyi alat detak jantung yang melengking, terlihat garis datar dan seketika keadaan hening.
"Temon.....temon....Mon, jangan pergi...aku masih membutuhkanmu dan aku menyayangimu .....hiks...Mon......!!!!!" teriak Anisa yang melihat sang kakak sudah terbujur kaku.
Lalu Dokter dan Suster menghampiri, "maaf mbak Anisa kami sudah melakukan semampu kami tetapi Tuhan berkendak lain dan Tuhan lebih mencintainya" ucap sang Dokter sambil menutup wajah Temon dengan kain putih, disamping itu Anisa terus meneteskan air matanya sambil meneriaki Temon.
Suara Anisa yang terdengar sangat pilu atas kepergian Temon dari dunia ini.
Dihari pemakaman Temon Anisa terus menerus menangis sambil memegangi keris pemberian Temon, Apri mencoba menenangkan Anisa dengan cara memeluknya.

#saat ini
Anisa yang sedang terpojok oleh Joko, ia pun melesat ke belakang Joko sambil mengeluarkan sesuatu yang bercahaya dari cangkang yang sudah retak di tangan kirinya,

"PERGILAH KAU KE NERAKA JOKO!!!!!,cangkang ke 11..... KERIS GANJIL CHANDRAKIRANA.....!!!!" sambil menikam dari belakang Joko ia pun meneteskan air mata.

Di benak Anisa terbayang senyum sang kakak yang sedang memegang keris yanh di pegangnya itu, "jleb" keris bercahaya emas itu berhasil menembus baju Zirah Joko sampai ke jantung Joko.

"Ugh!!!" Joko kesakitan dan mengeluarkan darah dari mulutnya, "mati kau....brengsek!!" teriak Anisa dengan penuh tekad membara.

LIGA MANTAN season 1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang