Chapter 32: T.S.U.N.A.M.I

0 0 0
                                    

Riskha dan Vyra sedang beristirahat di sebuah kubah Lebah raksasa milik Nabila, "hei bodoh, apakah kau mempunyai sesuatu untuk dimakan?" ucap Vyra kepada Nabila yang sedang menata pasukan Lebahnya.
"Slurp" secara diam - diam Riskha sedang menjilati dinding kubah raksasa itu, "aku hanya ada Madu ini saja" sambil menyodorkan sebuah tampah yang berisi cairan Madu kepada Vyra. "Woi...nyam....nyam...Vyra...hau...hebih vaik menhilati ihi aha (Vyra kau lebih baik menjilati ini aja)" ucap Riskha dengan mulut penuh Madu yang ia jilati dari dinding, Vyra menatap dengan wajah penuh jijik kepada Riskha "idih amit - amit deh, lebih baik aku tak makan dari pada aku seperti mu yang menjilati dinding kotor itu" ucap Vyra.

Saling membalas serangan dari atas, "Asakusha.....panah besi penjagal!!!" Jay memberikan panah berwarna hitam dengan daya lesat 150km/jam "blash" ke arah Amelia "Tarian Naga Es....Sabdo Geni....!!" Amelia meliuk liuk bagaikan ular dan memunculkan barrier es

"Duar!" ledakan besar terjadi.

Sektor 8 seberang Stasiun, "sepertinya kita terlambat" ucap seseorang yang sedang memarkirkan mobilnya, "Kya!!!" seorang gadis berteriak dari atas atap rumah.

Seekor Anaconda terlihat ingin menyantap gadis itu, "Gerbang ke 9....Sembrani kuda gledek....!!!" seseorang melancarkan serangan ke Anaconda itu, "krak...jder!!" bangunan pun roboh.
Gadis itu terjatuh dari atap rumah, "ini tak bagus....gerbang ke8....tanah gelombang!!" seseorang itu memuntahkan tanah liat yang membentuk menjadi tanah bergelombang dan menyelamatkan gadis itu.

Hari mulai gelap,

Jay yang sedang melompat diudara sambil menghindari serangan peluru air dari Amelia "akan ku bawa air laut kehadapanmu...brengsek!! Vishaka...!!" air Danau pun membui "blub blub" seketika air Danau berubah warnanya menjadi biru.
Jay melihat Apri yang sedang terkapar kembali di pundaknya, "sial dia hanya menjadi beban saja".
"Hah...rasakan ini, Tarian naga es.....tingkat 2, Andara....!!!" Amelia menari sambil memunculkan es yang membentuk naga berwarna merah delima.
"Wuunggggg" menuju ke arah Jay dengan kecepata 60 km/jam, "wengi....!" Jay memunculkan Barrier dari serbuk bunga di anak panahnya.
"Blash!!!" Meledak akibat beradu, gerakan mereka berdua semakin menggila.

Disisi lain Anisa yang masih melawan Joko, mereka berdua bertarung dengan kecepatan yang melampaui kedipan mata orang normal.
"Sial luka tusukan ini memperlambat ku untuk menyerangnya" gumam Joko sambil memegangi dadanya yang sobek.
"Kau lambat....Gatot kaca....! Cangkang pertama....bor Tutut beracun!" Anisa membor Joko dengan sadis "brrrrrr".
"Duar!!" Meledak sampai mengaung di udara.

Sisi lain Durga yang mengejar Astina menuju sesuatu rumah yang hampir roboh di tepi jalan raya, "dimana kau brengsek!!!" Durga yang mencari Astina, "gubrak" di dalam rumah sesuatu terjatuh.

"Disitu kau rupanya brengsek, jangan kabur!" Sambil melesat ke arah benda jatuh itu, " keris.... petir" Astina melesat dari bawah lemari yang terjatuh sambil memegang keris dari petir yang ingin ditancapkan ke arah Durga.
"Nahnanakajop...gulungan batu keras" Durga melapisi tubuhnya dengan pasir yang mengeras menjadi batu, "percuma saja .....!" Keris Astina berhasil menembus batu keras milik Durga "sraat" tubuh Durga tergores.
"Apa....?!" Durga pun terkejut, "mati kau" ucap Astina yang menghempaskan keris petirnya.
"Dasar kau fans boboboy, biarkan aku membalasnya juga.....Golem....!!" Durga memerisaikan dirinya dengan sebuah tanah yang mengeras.

Astina mendarat ke sebuah atap rumah yang hampir roboh. Lalu Astina mengambil kuda - kuda kembali untuk menembakan keris petirnya kembali, "crssst" tetapi kali ini keris pun memperbanyak jumlahnya dan Astina pun melompat untuk menghempaskan keris - keris petir itu.
"Kali ini aku akan mencabikmu serta pelindungmu....!! Sewu gledek....(Seribu Petir)" petir - petir itu menuju ke arah Golem yang melindungi Durga "duar...duar!" Golem pun masih tak hancur setelah Seribu petir itu menghantamnya.
"Percuma saja...bodoh!!, sekarang giliranku. Hawa panas berhembuslah dan rubah tanah yang mengeras ini menjadi Magma, Merapi.....!" seketika Golem menjadi Magma yang akan menyembur ke arah Astina yang berada di atap rumah.

"Blash!!" Magma - magma itu meluncur, "gawat...!" Astina yang mulai panik.
"Blar!" magma mendarat dan melelehlan atap rumah itu, "wush" dengan cepat Astina menghindarinya.
Magma - magma itu merobohkan satu persatu rumah yang di bawah kaki Astina, "rasakan itu bodoh" ucap Durga.

Di tempat lainnya tepatnya di tengah Danau, Jay dan Amelia saling beradu kemampuannya.
"Duak!!" Jay membabat habis pasukan Ikan terbang yang melompat lompat milik Amelia dengan teknik beladiri Karate sambil melayang di udara.
Amelia membuat kubah dari gelembung yang berasal dari air Danau untuk melapisi dirinya agar dapat terlindungi dari serangan apapun.
Tiba - tiba " Blas!!" Tiara membakar Ikan - ikan itu serta membakar Jay dari atas, Api Tiara tak memandang bulu.
"Sialan....Tiara selalu saja menggerecoki ku!!" Amelia dengan kesal, "blub...blub...brrss....brasssh" seekor Buaya raksasa keluar dari dalam air dan menerkam kubah yang melindungi Amelia.
"Zashh!!" sebuah biji Mentimun muncul di atas kepala mereka "duar!" jatuh seperti titihan air hujan dan tepat meledak di kepala mereka bertiga " ck ck ck dasar trio wek wek yang hanya bisanya
"Baya....!! Hei, Kidul....kau lupa kalau kami ada dan ini bukan kerja kelompok tetapi ini Liga...!! Siapa yang kuat maka dialah yang menang" Sarah yang berdiri diatas Buaya raksasa itu, "crrssst...Greb...blar!!" Fitri dengan kilatnya menyambar Sarah dan Amelia.
"Kau juga bodoh...kau lengah dan terlalu fokus ke Kidul" ucap Fitri,

"Bwos!" muncul hujan biji mentimun dari atas kepala mereka, "apa ini?!!" ucap Amelia. "Keparat Bocah itu licik" ujar Sarah, "Pengganggu kau....Diana sialan!!" teriak Fitri.
"Tup ....tup ....duar!!!" ribuan biji mentimun itu meledak tepat di wajah mereka, "kantung hijau....biji peledak" dari semak - semak di seberang Danau yang tak terlihat itu Diana yang menebarkan biji Mentimun tadi.

Jay yang terbakar dan jatuh ke dalam air, tiba - tiba "brush!!" sesosok bayangan hitam menyelamatkan Jay yang ingin terjatuh.
"Kau baik - baik saja?" sesosok bayangan itu mengeluarkan kata - kata yang terdengar bagai suara Iblis, Jay kaget "Apri!!!" ia pun di rebahkan di sebuah pohon yang ingin roboh oleh Apri yang saat ini bertranformasi dengan wujud Kuntilanak bergaun hitam.
Dari kejauhan Tiara melihatnya, "si bangsat itu ternyata bisa berubah bentuk juga ya?!" ucapnya sambil mengeluarkan Api dari kakinya.

Sementara Fitri, Sarah dan Amelia tumbang bagaikan sebuah daun yang berguguran.
Tetapi Amelia seketika bangkit dan berwajah kesal "Diana....si bocah....sialan....dimana kau!!" sambil melirik ke segala arah, "bwosh" diatasnya Tiara meluncur ke arah Apri yang sedang merebahkan Jay di tepi Danau.
"Wah....wah, abaikan Diana keparat itu. Ini dia si Apri.....saatnya aku mendapatkannya lebih cepat daripada si petasan korek Tiara itu"  Amelian mencelupkan tangannya ke dalam air Danau dan ia berteriak sambil menatap ke arah Apri "Danau keluarkan semua air mu......T.S.U.N.A.M.I!!!" seketika air berkumpul dan membuat sebuah ombak sangat besar sampai menutup langit.

Ombak yang tingginya mencapai 15 meter itu menggulung gulung dan "apa - apa an itu?!!" Tiara yang menoleh dan menatap ombak besar itu, "byur" Tiara termakan ombak dan kemudian ombak dengan cepat ke arah Apri.

"A...Apri meng...hindarlah" ucap Jay tertatih, Apri hanya menoleh kearahnya sambil melemparkan senyum kearahnya "tenang saja kawan aku tak akan mati dengan ombak sekecil itu" langsung melompat kearah ombak.
"Kau siap, Maria?" gumamnya.

"Durmo....!! Darah hitam pelenyap!!"

Apri menyemburkan sebuah darah berwarna hitam pekat dari mulutnya dan menuju langsung tepat ke arah ombak, "Bwos!!" darah yanh langsung bercampur dengan ombak seketika berwarna hitam.
"Zuuurrppp" dikit demi sedikit ombak mengecil bagaikan menguap, lalu ombak pun lenyap.

LIGA MANTAN season 1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang