Ujung senja di Boston

1.8K 241 11
                                    

Andin melirik Al yang sejak tadi hanya diam memandang ponselnya. Entah apa yang menarik dari layar ponsel yang tidak menyala itu.

Sejak masuk mobil tadi suasana benar-benar hening. Hening dari percakapan. Hanya alunan musik klasik yang berputar lewat radio mobil.

Andin merasa serba salah di sini. Ingin rasanya dia mengajak bicara Al ataupun ngebecandaain seperti biasanya. Tapi, dia tidak berani. Sama sekali tidak berani kali ini. Takut ketika dia mengajak bercanda justru candaannya malah membuat bosnya itu marah. Karena tampaknya suasana hati laki-laki itu sedang tidak baik-baik saja.

Sejak lima belas menit yang lalu, Andin hanya menatap ponselnya. Membuka sosial medianya, untuk menghilangkan suntuk. Tapi, tidak ada yang menarik dari semua sosial medianya.

Merasa semakin bosan, Andin memutuskan melihat jalanan saja. Barangkali ada sesuatu yang menarik dari tanah rata berbalut aspal itu.

Sepanjang matanya memandang, hanya ada beton-beton pembatas jalan. Pemandangan yang tidak kalah membosankan hari ini.

Hingga sesuatu tiba-tiba menarik perhatiannya. Mata Andin memicing, ketika dari jauh dia melihat keramaian.

"Wah apaan tuh?" antusiasnya.

Matanya berbinar, ketika mobil ini perlahan mendekati sebuah taman yang cukup luas. Bahkan berjejer-jejer jajanan ada di sana. Dan ramainya anak-anak semakin membuatnya tertarik.

"Stop! Stop!" Teriaknya spontan.

Mobil yang membawanya itu mendadak berhenti. Membuat Al yang dari tadi termenung terantuk kursi depannya.

"Apa-apan sih kamu Ndin. Bahaya!" tegurnya.

Andin menyengir. Menampakkan deretan gigi putihnya. Di sisi lain Andin bersyukur. Akhirnya bosnya itu mengeluarkan suara. Tidak seperti tadi yang cosplay jadi patung.

"Pak ke sana yuk!" ajaknya dengan tangan yang menunjuk keramaian tadi.

Al menatap arah telunjuk Andin, kemudian kembali menatap ponselnya. "Enggak!" tolaknya.

Andin berdecak kesal dengan bibir yang sudah manyun.

Seketika senyum jahil Andin terbit. Dengan gerakan cepat dia membuka pintu dan turun, kemudian menutup pintu mobil itu.

Kaca mobil itu perlahan turun, dan wajah marah Al menyambutnya. "Masuk!"

Andin menggeleng, menolak perintah Al.

"Ya sudah saya tinggal." Ucap Al enteng.

"Jalan pak." Ucap Al lalu perlahan kaca mobil di tutup.

Wajah Andin seketika berubah panik, ketika mobil itu perlahan bergerak menjauh. "Yah tega banget beneran di tinggal." ucapnya dengan mata yang tak berpaling menatap mobil itu.

"Ck! Ya sudah biarin. Palingan juga pak Al sendiri yang repot kalu gue gak ada. Kan yang tahu data-data hasil meeting tadi gue."

Sedikit ragu, Andin berjalan menuju keramaian itu. Matanya berbinar, ketika dia telah sampai di depan stan-stan makanan. Sepertinya dia tergiur untuk mencoba beberapa makanan di sini.

Andin mulai menelusuri. Mencari makanan mana yang sekiranya menarik untuk dia makan.

"Kamu itu suka banget ya Ndin ngerepotin saya!"

Andin membalikkan tubuhnya, ketika lengannya di tarik.

"Tuh kan balik lagi. Gak tega kan pak ninggalin saya."

"Balik!" tegas Al seraya menarik lengan Andin.

Andin melepaskan tangan Al dari lengannya. "Ayo lah pak. Kita jajan di sini dulu. Please??" Ucap Andin memohon dengan menampakkan Puppy eyesnya.

Sincerity Of Love (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang