Sedangkan Aldebaran, laki-laki itu tak ampun-ampunnya memberikan hantaman kuat pada laki-laki yang dengan kurang ajarnya melecehkan calon istrinya.
"Lo emang pantas mati, dari pada hidup cuma nyusahin orang!" Ucap Al penuh penekanan.
Satu tonjokan berhasil mendarat di pipi Al, membuat laki-laki itu meringis.
"Sebelum gue mati, lo yang bakalan gue kirim ke alam baka Al!" Ucap Dion lagi sambil menghadiahkan tonjokan di perut Al.
Aldebaran merintih kesakitan dan tersungkur di lantai. Dion tertawa puas, lalu berjalan kembali medekat pada Andin.
Tapi, cekalan di kakinya membuat tubuh itu tumbang. Al kembali bangkit. Mengunci Dion di bawahnya.
Bogeman itu kembali dia hadiahkan berkali-kali membuat Dion tak lagi bisa melawan karena tubuhnya terkunci."Bang udah bang. Bang Dion bisa mati bang. Nanti malah jadi panjang urusannya!" Lerai Arsa yang baru saja sampai dengan tampilan tak kalah lusuh.
Aldebaran menatap sepupunya yang sudah tidak berdaya itu.
"Gue udah ngingetin sama lo, kalau lo salah sedang bermain-main sama siapa!" Ucapnya penuh penekanan."Kalu gak ada Arsa, lo udah mati Yon!" Ucap Al lalu bangkit dari jongkoknya.
Aldebaran bergantian menatap Arsa, "gue minta tolong Sa. Urusi mereka. Sebentar lagi polisi datang. Bawa mereka membusuk dalam penjara!" Tegas Al.
"Baik bang." Ucap Arsa patuh.
Aldebaran beranjak pergi dari arena pergulatannya tadi. Dan berjalan mendekat pada perempuan yang tengah meringkuk di bawah tutupan jasnya.
Andin yang merasa ada derap langkah mendekat, perlahan menggeser tubuhnya.
"Pergi!" Ucapnya bergetar.
"Ndin?"
Mendengar suara yang sangat dia kenal, Andin seakan dejavu dengan apa yang dia alami saat ini. Suara yang sama dalam momen menegangkan yang sama. Tapi kali ini lebih menakutkan baginya.
Tangis Andin semakin pecah, dan itu membuat Aldebaran mendadak panik.
"Hey kenapa? Ada yang sakit? Mana?" Tanyanya khawatir.
Aldebaran hanya berdiri dengan wajah khawatir. Dia tidak berani menyingkap jas yang masih menutupi seluruh tubuh Andin itu.
Dengan ragu-ragu Al meraih jasnya dengan memalingkan wajah ke arah lain."Pakai cepetan!" Perintahnya.
Andin menelisik tubuhnya yang sudah tidak benar dalam berpakaian. Mdnampilkan area tubuh depannya yang tak tertutup kain.
Jas itu dia sambar dan dengan cepat dia pakai hingga menutupi bagian depan badannya yang tadi sempat terekspose."Sudah?" Tanya Al tanpa menoleh.
Bukannya menjawab, justru suara isakan Andin kembali terdengar. Membuat Al memejamkan mata dan menoleh ke tempat Andin. Perlahan matanya mengintip memastikan penampilan Andin tak seperti pertama dia masuk tadi.
Tubuh itu sudah terbalut dengan jasnya yang terlihat kebesaran. Aldebaran memejamkan matanya sejenak. Lalu merendahkan tubuhnya hingga sejajar dengan Andin.
"Lama banget." Ucap Andin lirih dan bergetar.
"Maaf." Ucap Al lalu menarik tubuh Andin dalam dekapannya.
Lengan itu benar-benar mengeratkan pelukan di tubuh kekar Al. Sangat erat bahkan bergetar.
"Aku takut." Ucap Andin lirih."Hampir saja semua selesai." Ucap Andin lagi.
"Ssst. Udah ya nangisnya."
"Tidak ada yang bisa melukai kamu, selama saya masih hidup." Ucap Al."Aku takut, aku takut, aku takut." Ucap Andin berulang kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity Of Love (END)✔
RomancePepatah Jawa mengatakan "Witing tresno jalaran soko kulino." (Cinta tumbuh karena terbiasa) Kisah yang menceritakan perjalanan cinta dua manusia. Rasa itu ada tanpa mereka sadari sebelumnya. Ketika takdir mempertemukan mereka dengan pertemuan yang b...