Part penutup. Lumayan panjang. Semoga gak ngantuk ya bacanya.☺️
Suasana pagi di kediaman Aldebaran terlihat sepi. Hanya terdengar dentingan spatula yang beradu dengan wajan yang memenuhi seluruh ruangan dapur yang cukup luas itu.
"Mbak Andin!" Kaget Kiki yang baru saja masuk dari sehabis membuang sampah.
Kiki yang melihat Andin sibuk dengan peralatan dapur berjalan cepat dan meraih benda yang sejak tadi di mainkan Andin.
"Mbak Andin kenapa di dapur? Kalau ketahuan mas Al bisa di tebas Kiki mbak." Ucap Kiki lebay.
Andin memutar bola matanya malas. Lalu kembali meraih spatula yang tadi sempat di rebut Kiki.
"Gak usah lebay Ki. Lapor mbak kalau mas Al marahin. Mbak cuma pingin bikin nasi goreng doang. Ini gak berat."Jengah. Itulah yang selama ini Andin rasakan. Semenjak hamil, Aldebaran berubah drastis sikapnya. Menjadi laki-laki menyebalkan menurutnya. Sikap over protektifnya membuat dirinya menjadi minim ruang gerak. Di larang ini lah, di larang itu lah. Dan puncaknya beberapa minggu terakhir, ketika laki-laki itu memutuskan cuti kerja.
"Tapi kan, mbak Andin baru saja pulang dari jalan pagi. Pasti capek. Mbak Andin mandi aja biar seger. Ini biar Kiki yang nerusin." Ucap Kiki.
Andin menghela nafas lelah, lalu memindahkan nasi goreng yang sudah matang itu ke dalam mangkuk besar. Semua orang yang ada di rumah ini benar-benar membuatnya menjadi orang yang tidak berguna. Apa lagi setelah kehamilannya menginjak usia 8 bulan.
"Sudah selesai Ki. Mending bantuin saya taruh piring ke ruang makan." Ucap Andin sambil berjalan sedikit kesusahan dengan membawa nasi goreng hasil karyanya tadi.
Sedangkan Aldebaran. Laki-laki itu keluar dari kamar mandi dengan wajah lebih segar. Kaus lengan pendek, dengan celana se lutut menjadi outfitnya hampir beberapa minggu terakhir. Tidak lagi jas dan kemeja yang menjadi awal paginya.
"Ndin, gih mandi. Habis itu kita keluar sarapan. Airnya sudah saya siapkan." Ucapnya sambil menaruh handuk basah di tempatnya.
Hening. Tidak ada sahutan apapun dari seseorang yang dia ajak bicara, membuatnya menoleh ke arah ranjang, di mana tempat Andin tadi sebelum dia tinggal mandi. Matanya mengernyit, ketika tidak mendapati istrinya di sana.
"Loh Andin ke mana?" Herannya.
Aldebaran yang menyadari istrinya tak ada di kamar, bergegas keluar kamar dan mencari keberadaan perempuan itu. Sejak kehamilan Andin memasuki usia 8 bulan, Al memilih pindah kamar di lantai bawah. Hanya sementara sampai Andin melahirkan. Dirinya tidak mau mengambil resiko, jika Andin naik turun tanggal dengan kondisi perutnya yang besar. Melihat istrinya jalan saja dia sudah ngilu. Apa lagi melihatnya naik turun tangga, bisa jantungan nantinya.
"Ndin!" Panggilnya ketika baru saja keluar dari kamar.
Tidak ada sahutan, membuatnya berjalan menuju ke ruang keluarga. Tempat biasanya Andi menghabiskan waktu dengan membaca majalah-majalah parenting yang dia belikan dulu.
"Kemana sih ini anak?" Kesalnya ketika mendapati ruangan itu juga kosong.
"Ndin! Andin!" Panggilnya lagi.
"Apa sih teriak-teriak!"
Aldebaran yang baru saja akan berjalan ke arah dapur, di kagetkan dengan kemunculan istrinya dari pintu yang dia tuju. Dengan langkah lebar, Al menghampiri Andin yang berjalan dengan susah payah menghampirinya.
"Ngapain sih di dapur? Kan saya bilang jangan keluar kamar!" Omel Al sambil menuntun Andin ke arah sofa.
"Mulai deh mulai." Sindir Andin sambil melirik Al.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity Of Love (END)✔
RomancePepatah Jawa mengatakan "Witing tresno jalaran soko kulino." (Cinta tumbuh karena terbiasa) Kisah yang menceritakan perjalanan cinta dua manusia. Rasa itu ada tanpa mereka sadari sebelumnya. Ketika takdir mempertemukan mereka dengan pertemuan yang b...