Roller Coaster Kehidupan

1.4K 216 10
                                    

Diatas ranjangnya Al merasa tidak tenang. Hari hampir pagi, tapi matanya masih tak mau terpejam.
Tangannya mengepal, lalu memukul-mukulkan pelan pada keningnya, menandakan kepalannya yang perlaha terasa pusing.

Kemarin, setelah mamanya tenang, Al berakhir di kamarnya. Rasa gelisah menghantui pikirannya. Bahkan hingga hampir subuh, dia tidak menemukan cara untuk menghentikan pergerakan Dion.

"Al mikir Al mikir!"
"Lo harus segera bertindak. Jangan biarkan laki-laki itu mengacak-acak lagi hidup lo." Ucap Al.

Katanya cobaan adalah cara Tuhan menaikkan derajat manusia. Ketika manusia menaiki tingkat maka cobaan itu yang menjadi pengujinya. Sejauh apa dia bertahan dan melewati apa yang telah di rancang Tuhan.
Dan kali ini, untuk ke sekian kalinya, Tuhan seakan tidak membiarkan dirinya berada di titik yang sama. Selalu ada cobaan setiap dia melangkah. Al lelah? Sudah pasti dan itu manusiawi.

Hingga kokokan ayam jantan dan kicauan burung bersahutan mengiringi pagi, Al sama sekali tidak tidur.
Dion. Aldebaran tidak bisa menganggap remeh laki-laki itu. Al harus waspada. Jangan sampai kecolongan seperti kemarin.

****

Kota Jakarta. Kota mertopolitan yang tidak pernah lengang. Sekalipun tengah malam yang terselimut kelam.
Di ruangannya, Angel tengah sibuk dengan semua pekerjaannya. Sepuluh menit lagi jam makan siang, tapi perempuan itu masih bergelut dengan data-data kantornya.

Pergerakannya terhenti ketika suara ketukan pintu membuyarkan fokusnya. Perempuan itu menoleh, menatap sekretarisnya yang baru saja masuk.

"Ada apa Ri?"

"Itu Bu, di ruang tamu bawah ada seseorang yang mencari anda." Jawab Riri-sekretaris Angel.

Angel mengernyit, pasalnya hari ini dia sama sekali tidak ada jadwal dengan siapapun. Lantas siapa yang mencarinya.

"Siapa?" Tanyanya penasaran.

"Saya juga tidak tahu bu. Sepertinya bukan kolega ibu yang hari ini sudah terjadwal."

"Ya sudah suruh dia pergi!" Jawab Angel enteng.

Perempuan yang sudah sejak lama menjadi kepercayaan Angel itu tak kunjung pergi. Dia masih stay di sana. Bingung menyampaikannya bagaimana.

"Ri? Masih ada hal lain lagi?" Tanya Angel ketika sekretarisnya itu tak kunjung pergi.

"Tapi, orang ini memaksa bertemu bu. Tadi sudah sempat di tolak resepsionis."

Mendengar penuturan sekrerarisnya, membuat Angel penasaran dengan tamu yang tak di undang ini. Angel berdiri lalu beranjak dari ruangannya menuju lantai bawah.

Di sisi lain. Di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta. Dengan telatennya Aldebaran menemani Andin untuk jadwal terapi yang kesekian kalinya. Kabar baiknya, kaki Andin yang sempat mati rasa itu sudah bisa merasakan sentuhan. Setidaknya usaha mereka tidak sia-sia. Meski Andin belum sepenuhnya bisa menggerakkan kakinya walu hanya sekedar jari kaki. Tapi, itu cukup membuat perempuan itu menangis haru.

"Heh udah tau nangisnya!"

Andin yang baru saja memasang seatbelt itu menatap Al, "terima kasih ya sudah selalu ada, meski di saat aku terpuruk sekalipun." Ucap Andin.

Sincerity Of Love (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang