Aldebaran mengerang kesal. Mobilnya benar-benar terjebak macet di jam-jam pulang kerja.
"Sial!" Umpatnya.
"Gimana Sa, ada pergerakan?" Tanyanya pada sepupunya itu.
Arsa yang di minta Al menemani mencari Andin, karena dia yang bisa melacak keberadaan mobil itu, menatap layar yang terdapat titik merah.
"Masih sama sih bang. Belum bergerak." Jawab Arsa.
"Masih berapa jam dari sini?" Tanya Al.
"Dua jaman bang. Itu pun kalau jalanan gak macet."
Perasaan Al sudah campur aduk. Kesal, marah, panik, takut campur aduk tak karuan.
Berkali-kali Al menekan kelaksonnya. Bahkan terlihat seperti kekesalan yang tak ujung usai."Bang sabar bang! Tenang!" Ucap Arsa berusaha menenangkan kakanya itu.
"Gue gak bisa tenang Sa. Calon istri gue lagi dalam bahaya."
Suasana mobil berubah hening. Hanya decakan Al yang sejak tadi terdengar.
"Suka banget sih Ndin bikin saya khawatir." Batin Al.Perlahan, dengan penuh kurasan emosi kesabaran, mobil Al bisa keluar dari kemacetan panjang itu, membuatnya bernafas lega. Kecepatannya semakin dia tambah. Mengikuti instruksi jalan yang di tunjukkan Arsa. Tapi perlahan memelan ketika sesuatu bergetar di kantong jasnya.
"Kring! Kring! Kring!"
Ponselnya berbunyi. Aldebaran masih fokus pada jalanan di depannya. Matanya melirik sekilas ponsel yang baru saja dia keluarkan, dan satu nama membuatnya ketar-ketir.
"Om Surya lagi." Gerutunya.
Aldebaran mengambil headsetnya lalu dia mengangkat telefon tersebut.
"Iya om?"
"Al Andin masih sama kamu kan?" Tanya pak Surya to the point.
Pertanyaan yang Aldebaran pun bingung untuk menjawabnya. Andin tak bersamanya. Dan jika dia mengatakan yang sebenarnya, entah seberapa marah ayah dari calon istrinya itu.
"Al? Andin masih sama kamu kan? Soalnya om telefon dari tadi gak aktif." Ucap pak Surya terdengar panik.
Aldebaran diam. Dia masih mencari kata yang tepat untuk menyampaikan berita buruk ini.
"Al?"
"Maaf om." Hanya kata itu yang keluar dari mulutnya.
"Kenapa? Ada apa? Maaf untuk apa?" Brondongan pertanyaan Pak Surya.
Aldebaran menarik nafasnya dalam, lalu menghembuskannya pelan.
"Andin di bawa orang." Jawab Al pasrah."Apa!"
"Kamu jangan ngada-ngada ya Al. Kok bisa? Bukannya tadi sama kamu?"Dengan sedikit takut, Al menceritakan semua yang telah terjadi. Dia pasrah kalau dia kena marah.
"Ya Allah Andin."
"Terus kamu sekarang di mana?" Tanya pak Surya semakin panik.
Aldebaran sedikit bernafas lega, terdengar tidak ada amarah dari seberang telefon.
Mendengar calon mertuanya itu panik, Al berusaha menenangkan. "Om jangan panik. Ini saya lagi menuju tempat Andin berada. Kebetulan mobil yang di bawa itu mobil pinjaman dari rental sepupu saya."
"Dan saya sudah menemukan ke mana arah mobil itu pergi. Jadi, om tenang ya." Ucap Al menenangkan.
"Gimana om bisa tenang Al. Om khawatir Andin kenapa-kenapa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity Of Love (END)✔
RomancePepatah Jawa mengatakan "Witing tresno jalaran soko kulino." (Cinta tumbuh karena terbiasa) Kisah yang menceritakan perjalanan cinta dua manusia. Rasa itu ada tanpa mereka sadari sebelumnya. Ketika takdir mempertemukan mereka dengan pertemuan yang b...