Matahari masih terasa terik. Senja masih satu jam lagi. Al berlarian mengejar Reyna yang beberapa kali menyiratinya dengan air, membuat kemeja putihnya terlihat basah.
“Entar kalau om Al tangkap Reyna, om Al ceburin ke laut ya?” Ucap Al menakut-nakuti bocah 5 tahun itu.
“Ya tangkap kalau bisa om!” teriak Reyna dengan menjulurkan lidahnya.
“Oh, nantangin om ya.” Ucap Al lalu kembali mengejar Reyna.
Dua manusia berbeda generasi itu tengah asyik dengan dunia mereka. Sedangkan di bawah pohon kelapa, Andin tengah menatap kosong ombak yang berkali-kali menghantam karang besar itu.
Seolah menjadi gambaran hatinya saat ini. Berkali-kali rasa sakit menghantamnya. Memberikan lubang di mana-mana. Membuatnya seakan mati rasa.
Seolah tidak cukup laki-laki yang telah lama mengisi harinya itu melukainya. Dulu luka itu hadir karena perselingkuhan, sekarang justru berakar ke mana-mana. Kali ini tidak hanya luka untuk dirinya saja, mungkin juga untuk keluarganya. Jika papa dan mamanya tahu.
Matanya beralih menatap laki-laki yang tengah asyik bermain air itu. Dia tidak mau menaruh harapan lebih pada dia yang katanya berjanji akan mengembalikan rasa itu. Rasa cinta yang nyatanya kini hampir mati dalam hatinya.
“Berharap lebih hanya akan membuat diri ini kecewa.” Monolognya.
“Aku sudah lelah, menaruh cinta jika akhirnya cinta itu yang melukaiku terlalu dalam.” Ucap Andin lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Sudah cukup dengan kisahnya bersama laki-laki yang dia temui tadi. Cukup sakit goresan itu, dan dia tidak berani memulainya lagi.
Sedangkan Aldebaran masih berusaha menangkap gadis kecil yang terlalu gesit itu.
“Hap! Dapat kan!” teriak Al dengan mendekap tubuh Reyna.
“Ih, om lepasin om lepasin!” teriak Reyna dengan meronta-ronta.
“Om ceburin ya?”
“Jangan! Jangan om! Kan Reyna gak bisa berenang. Nanti Reyna tenggelam.” Ucap Reyna polos.
Al tertawa terbahak-bahak melihat Reyna yang ketakutan. Padahal dirinya hanya bercanda tadi.
“Ok. Om gak akan ceburin Reyna. Tapi, Reyna harus di hukum.”
“Apa?” tanya Reyna.
Aldebaran membisikkan sesuatu pada Reyna, membuat gadis itu mengangguk paham. Lalu Al menurunkan Reyna dan membiarkannya menghampiri Andin.
Al menatap dua gadis yang sedang berinteraksi itu. Lalu dia memilih berjalan mendekati mereka, ketika Reyna tidak berhasil menjalankan hukumannya.
“Tidak ada gunanya kamu berdiam diri. Itu hanya akan mengingatkanmu lagi dan lagi.” Ucap Al berdiri di depan Andin.
Andin yang sejak tadi berdebat dengan Reyna mendongakkan kepalanya, menatap tubuh yang menjulang tinggi itu.
Al berjalan ke arah samping Andin lalu mendudukkan dirinya di sana. Deburan ombak yang tengah menghantam karang itu mencuri perhatian laki-laki itu.
“Lihat karang itu. Terlihat kokoh meski ombak beribu-ribu kali menghantamnya.”
Andin tertawa lirih, “apa gunanya jika berlubang dan meninggalkan bekas.”
Al tersenyum mendengar penuturan Andin, “kamu salah. Dari lubang itu kehidupan baru hadir, yang mungkin jauh lebih indah dan lebih nyaman.”
Aldebaran diam sejenak, dengan tatapan mata yang masih tak teralih. “Seharusnya kamu bersyukur. Justru Tuhan sedang menyeleksi orang-orang yang akhirnya nanti pantas memiliki hatimu.” Ucap Al lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity Of Love (END)✔
RomancePepatah Jawa mengatakan "Witing tresno jalaran soko kulino." (Cinta tumbuh karena terbiasa) Kisah yang menceritakan perjalanan cinta dua manusia. Rasa itu ada tanpa mereka sadari sebelumnya. Ketika takdir mempertemukan mereka dengan pertemuan yang b...