Kamu Lagi

1.7K 167 6
                                    

Sudah hampir satu jam Andin berdiri di pinggir jalan. Matahari semakin meninggi, jalanan semakin ramai dipadati dengan kendaraan.

Entah sudah berpa kali dia menatap jam tangannya dengan tidak tenang. Dan berpindah melihat aplikasi ojek online di ponselnya.

“Sudah setengah jam yang lalu, kok orderanku gak ada yang ngambil sih!” kesalnya.

Andin menyeka keringat yang perlahan muncul di pelipisnya, kemudian mengibas-ngibaskan map berwarna merah yang dia bawa untuk mengurangi rasa gerah yang perlahan datang.

“Pak, pak!” panggil Andin pada seorang laki-laki yang tengah mengayuh becak.

“Mbak mau naik becak?” tawar bapak-bapak tersebut.

Andin menghampiri tukang becak itu. “Oh, enggak pak. Saya cuman mau tanya. Dari tadi saya di sini kok gak ada satu pun angkot yang lewat ya?” tanya Andin.

“Oh. Iya mbak. Para sopir angkot pada demo hari ini. Gara-gara harga BBM kembali naik.” Jawab bapak tersebut.

“Ya pantesan dari tadi gak nemu yang lewat.” Batinnya.

“Oh begitu ya pak. Terima kasih kalau begitu.” Ucapnya lalu pergi kembali ke tempatnya berdiri tadi.

Andin kembali berselancar ke dalam aplikasi ojek online di ponselnya. Dan hasilnya masih sama, tak satu pun driver yang mengambil pesanannya.

“Ini driver ojol pada kemana sih?  Apa pada ikutan demo juga? Mana sudah jam setengah delapan lagi.” Ucapnya gusar.

Sudah hampir seminggu Andin berkeliling memasukkan surat lamaran kerjanya ke kantor-kantor yang ada di kota ini. Sembilan dari sepuluh perusahaan yang dia datangi tak satu pun menerima surat lamarannya. Hanya satu perusahaan yang menelefonnya kemarin. Telefon  dari pihak HRD perusahaan tersebut benar-benar memberinya angin segar. Ini kesempatan baik untuknya, dan dia tidak akan menyia-nyiakannya.

“Mas-mas!” panggil Andin pada seseorang yang baru saja memarkirkan motornya di pos ronda dekatnya berdiri.

“Iya mbak. Ada apa ya?” tanya laki-laki tersebut.

“Mas ojek kan?” tanya Andin memastikan.

“Iya mbak saya tukang ojek.” Jawab laki-laki tersebut.

“Alhamdulillah!” Seru Andin sambil menengadahkan tangannya.

“Mas bisa antarkan saya ke alamat ini?” tanya Andin sembari melihatkan tulisan alamat yang berada di ponselnya.

“Bisa mbak, bisa.” Jawab tukang ojek itu dengan semangat.

“Sepuluh menit sampai kan mas?” tanya Andin lagi.

“Wah, kalau jam-jam berangkat kerja begini bisa dua puluh menit mbak. Jalanan macet.” Jelas tukang ojek tersebut.

Andin berdecak, lalu menatap jam tangannya yang melingkar manis. “Ya sudah mas enggak apa-apa.”

“Masih ada sisa waktu lima menit lah nanti buat aku siap-siap di sana.” Batinnya.

Tukang ojek itu menyerahkan satu helm kepadanya. Dengan gerak cepat Andin memakainya lalu naik di jok belakang. Dan dramanya pagi telah berakhir.

Tepat dua puluh menit, motor yang membawanya berhenti di depan sebuah bangunan yang menjulang tinggi. Perusahaan yang cukup besar, yang tidak hanya bergerak di satu sektor saja.

Andin tersenyum menatap tulisan besar yang terpampang di pagar beton tinggi itu, “PT ALDEBARAN SEJAHTERA” begitulah ejaan tulisannya. Dia merasa beruntung bisa melewati puluhan orang yang melamar di perusahaan ternama ini. Meski masih ada rintangan lagi untuk wawancara pagi ini.

Sincerity Of Love (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang