Jangan Pergi (2)

2K 277 16
                                    

Baca pelan-pelan ya.
Selamat membaca😊

===================================

Panik. Semua yang ada di depan ruang ICU tampak tidak tenang. Air mata kembali tumpah entah untuk ke berapa kalinya. Menangisi perempuan yang tengah terbaring lemah di dalam sana.

Kondisi semakin buruk. Itulah yang di kabarkan dokter yang baru saja kembali masuk ke dalam ruang ICU.

Kecelakaan satu bulan yang lalu telah merenggut kesadaran Andin. Benturan yang di akibatkan kecelakaan itu membuat terjadinya pendarahan di kepalanya. Mobil yang di setiri Aldebaran kala itu membanting ke samping kiri, menghantam keras pohon besar di sisi kiri jalan. Itulah yang mengakibatkan kondiri Andin lebih menyedihkan di banding Al.

Segala upaya sudah di lakukan agar perempuan itu segera sadar. Tapi, kenyataannya sampai satu bulan lamanya, Andin tak kunjung membuka matanya.

Aldebaran. Laki-laki itu tengah berada di sana. Berdiri tepat di depan kaca transparan. Dia mengintip dari sela gorden yang masih menyibak, mengamati setiap pergerakan dokter yang tengah menangani Andin yang sempat kembali kejang.

“Kapan kamu bangun Ndin? Kenapa kamu hukum saya seperti ini?” gumamnya dalam hati.

Aldebaran berusaha kuat sekarang. Tidak lagi sehancur beberapa minggu terakhir. Percuma dia menangis, dan pada akhirnya tidak mengubah apa pun.

“Maaf. Saya benar-benar minta maaf. Karena kelalaian saya banyak senyum yang terrenggut. Seharusnya saya mendengar ucapan kamu dan tidak memaksakan keadaan buruk itu.” Batinnya rapuh.

Perhatian Aldebaran teralih, ketika pintu ruang ICU itu terbuka. Dari dalam seorang dokter yang sudah tidak lagi asing bagi Al keluar. Pak Surya yang sejak tadi berada dalam dekapan Bu Sarah berjalan menghampiri.

“Bagaimana dok keadaan putri saya?” tanya pak Surya.

Terdengar suara hembusan nafas dari dokter tersebut. “Tidak ada yang bisa lagi di lakukan selain berdo’a pak. Bertahan sampai saat ini saja sudah sebuah keajaiban. Mohon keluarga bantu do’a ya. Semoga Tuhan meridhoi untuk segera sadar.” Jelas dokter tersebut.

“Ya Allah nak.” Ucap Pak Surya miris.

“Saya boleh masuk dok? Saya mau lihat anak saya.” Pinta pak Surya.

“Sebaiknya untuk sekarang jangan dulu ya pak. Biarkan pasien lebih tenang untuk istirahat.” Jawab dokter tersebut.

Pak Surya beralih menatap kaca yang sudah tak lagi terhalang satir. Matanya kembali mengembun ketika menyaksikan betapa menyedihkannya kondisi putrinya itu.

“Kalau begitu saya permisi. Pesan saya bantu pasien dengan do’a ya pak, bu.” Ucap dokter tersebut.

“Baik dok. Terima kasih.” Ucap Pak Surya.

Aldebaran hanya mampu diam sekarang. Tidak ada lagi yang bisa dia lakukan. Uangnya yang seakan tak habis untuk tujuh turunan pun tak mampu membeli kesadaran Andin.

Aldebaran berjalan menghampiri pak Surya, lalu duduk di samping ayah dari calon istrinya itu.

“Al?” panggil pak Surya ketika sadar Al menghampirinya. Lalu menggeser tubuhnya memberi ruang untuk laki-laki itu.

Bu Sarah baru saja izin pergi ke kantin untuk membeli makan siang. Di sana hanya tersisa Al dan Pak Surya saja.

“Saya minta maaf om. Benar-benar minta maaf.” Ucapnya kembali menyalahkan diri sendiri.

Pak Surya menghembuskan nafasnya pelan. Entah sudah berapa kali kalimat itu keluar dari mulut Al. Bahkan tak bisa dia kira lagi. Pak Surya mengelus bahu Al lalu memaksakan senyum di tengah kesedihannya. “Enggak Al, kamu gak salah. Semua murni karena kecelakaan. Stop menyalahkan diri kamu sendiri.”

Sincerity Of Love (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang