Akaashi kembali melihat isi surat itu sekali lagi untuk memastikan sesuatu. Tidak mungkin dugaannya ini benar. Sulit dipercaya. Tulisan tangan yang sering Akaashi lihat itu benar-benar mirip dengan Bokuto Koutaro.
Menghela nafasnya kasar, Akaashi berpikir bagaimana caranya dia membuktikan tulisan tangan ini? Setahu dia, Bokuto tidak mungkin melakukan hal yang melewati batas seperti itu. Dia juga berpikir mereka berdua tidak memiliki perasaan romantis satu sama lain.
Tidak ingin memberatkan pikirannya. Akaashi memutuskan untuk mengunjungi kediaman Bokuto besok. Dia ingin bertemu dengan kakak kelasnya itu sebelum dia pergi jauh dari rumah untuk melanjutkan sekolahnya.
Waktu esok tiba dan Akaashi tidak bisa menutup rasa ragu dan takut jika bukti itu menjadi kenyataan pahit yang menampar dirinya. Mengetuk rumah Bokuto, Akaashi menunggu seseorang untuk membuka pintu, dia berharap kakak kelasnya 'lah.
"Oh! Akaashi-kun. Ada apa, ya?"
Suara lembut wanita masuk ke telinga Akaashi, dia berhadapan dengan ibu Bokuto. Entah keberuntungan atau kesialan.
"Aku ingin bertemu dengan Bokuto- maaf, maksudku Koutaro-san. Apa Koutaro-san ada di rumah?" tanya Akaashi langsung ke inti.
"Sayang sekali Kou baru saja pergi ke rumah yang dia beli baru-baru ini. Kenapa tidak telpon Kou saja?"
Akaashi terkejut mendengar penuturan ibunda Bokuto. Sejak kapan kakak kelasnya membeli rumah? Dia tidak tinggal di sini dan memilih berpisah?
"Maaf tapi aku sudah mencoba dan sepertinya ponselnya mati."
Ibu Bokuto mengambil nafas pelan kecewa. "Mau duduk di dalam? Bibi akan mencoba menelpon Kou."
"Tidak perlu, apa Bokuto-san tahu alamat rumahnya? Aku akan mengunjunginya saja."
Respon yang didapat Akaashi adalah gelengan. "Sayang sekali bibi juga tidak tahu. Tapi, Kou bilang tempatnya dekat dengan kampus yang ditempati Kou."
Setelah itu, Akaashi mengucapkan permisi untuk pergi dan tidak lupa berterima kasih pada ibu Bokuto yang sudah meluangkan waktunya.
Akaashi mengecek ponselnya lalu mengetik nama kampus di kolom pencarian internet, mencari perumahan terdekat dengan kampus itu. Namun, setelah Akaashi lihat dengan teliti. Kebanyakan apartemen daripada perumahan. Akaashi mengerutkan alisnya bingung, apa Bokuto berbohong pada keluarganya?
Terlalu banyak asumsi negatif yang datang ke pikiran Akaashi. Jika memang benar Bokuto 'lah yang menculik (Name), dia akan sulit memaafkan perbuatan kakak kelas yang dia kagumi itu.
Bagaimanapun juga, (Name) adalah seseorang yang berharga baginya.
❦
Selama tiga hari ini, Bokuto merawat (Name) penuh kasih yang membuat (Name) memasang curiga. Rencana macam apa lagi yang dikeluarkan Bokuto kali ini? (Name) sudah lelah dengan semua hal yang terjadi. Bahkan sesudah tidur pun dia masih merasa lelah.
"Bokuto... kenapa kau sangat senang?" tanya (Name) yang rasa penasarannya sulit untuk ditahan. Lagipula, tidak ada salahnya mencoba bertanya dimana mood Bokuto sangat bagus. Siapa tahu (Name) bisa mengajak Bokuto untuk pergi ke luar.
"Hah! Apa (Name)-chan masih belum mengerti? Aku senang karena setiap hari bisa bersamamu!" jawab Bokuto antusias lalu melanjutkan sesi cuci piringnya.
(Name) mengangguk pelan, dia menyadari beberapa perubahan Bokuto dari si ceroboh ke si terampil. Menurut orang lain ini adalah hal yang bagus, tapi bagi (Name) ini adalah sebuah ancaman karena kesempatan pelariannya semakin menipis.
"(Name)-chan.. aku ingin mencoba sesuatu denganmu."
Suara tenang Bokuto yang jarang terdengar itu membuat (Name) terperanjat sesaat lalu menatap Bokuto dengan sirat ketakutan. Apa yang ingin Bokuto coba?
"Tunggu sebentar di sini, ya!" ucap Bokuto lalu dia berlari ke arah kamar dengan cepat meninggalkan (Name) yang masih setengah ketakutan. Tidak ada yang tahu apa isi pikiran Bokuto Koutaro yang agak rumit itu.
Tidak lama kemudian, Bokuto membawa sebuah kotak berwarna emas lembut dengan pita yang menghias bagian penutupnya. Bokuto tersenyum hangat ke arah (Name) lalu membuka isinya. Gaun yang berwarna emas muda dengan panjang sampai di atas lutut. Lengan gaunnya pendek menggantung dibagian bahu, memberikan kesan elegan. Bagian dadanya tertutup dengan kain transparan hingga bagian belahan dadanya. Motif rumit dengan beberapa ornamen mengkilap melukis di gaun yang (Name) pandangi penuh kagum.
"Malam ini, aku ingin berdansa dengan (Name)-chan. Mau 'kan?" tanya Bokuto.
(Name) mengerutkan dahinya kesal dan bingung. Bagaimana... bagaimana Bokuto dengan beraninya membeli gaun ini untuk dipakainya semalam setelah apa yang dia lakukan pada (Name)?
Bibir (Name) membentuk garis lurus sambil berpikir. Dia tidak akan pernah mengerti pikiran Bokuto sampai kapanpun itu. Setiap kali (Name) mengatakan makian, Bokuto secara diam-diam membalas makian (Name) itu dengan dua cara.
Memberi (Name) rasa kasih sayang yang diinginkan banyak orang, dan yang kedua adalah mengingatkan (Name) siapa yang paling berkuasa dengan cara kasar.
Apa (Name) mulai kehilangan kewarasannya?
"Tentu, Bokuto. Aku mau."
―――――――
bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐢𝐠𝐧 | B. KOUTARO
Fanfiction✧ kenapa kau selalu menolaknya? apakah karena ini jelek? kalau begitu... akan aku buat kau menyukainya ✧ start → august 16 2020 end →