12

972 230 6
                                    

Tidak terasa mereka menghabiskan waktu berjam-jam dengan menaiki beberapa macam permainan yang disediakan taman hiburan itu. Bokuto dan (Name) menikmati waktu yang mereka habiskan bersama, keduanya terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang berkencan. Bokuto tidak masalah jika orang-orang memandang mereka seperti itu, justru dia senang jika orang melihat dia dan (Name) itu cocok.

"Aku ingin membeli sesuatu untuk ibu nanti, Bokuto senpai bisa tunggu di sini?" tanya (Name) karena dia ingat, kalau ibunya menginginkan boneka dari taman hiburan.

"Aku antar saja, tidak masalah, (Name)-chan!" jawab Bokuto menampilkan senyuman mataharinya.

(Name) puas dengan jawaban Bokuto itu, mereka pergi ke arah toko cinderamata, (Name) melihat-lihat boneka yang mungkin disukai ibunya, sedangkan Bokuto tengah melihat gelang yang akan dia beli untuk (Name) dan untuk dirinya. Dia ingin memberi (Name) tanda bahwa secara tidak langsung kalau (Name) itu adalah miliknya.

Bokuto mengambil dua gelang yang berwarna biru cerah, bola-bola kecil dan hiasan warna cerah yang senada dengan biru itu membuat gelangnya terlihat lucu. Ketika Bokuto menghampiri (Name), dia terhenti ketika melihat seorang pria yang berdiri mencurigakan di belakang (Name).

"Apa yang dia lakukan?" gumam Bokuto setengah kesal.

Manik Bokuto menajam ketika tangan pria itu mengarah ke badan (Name), lalu dengan langkah geram dia memegang erat pergelangan pria tidak tahu diri itu.

"A-argh! Apa maumu?!" ucap pria itu setengah berteriak kesakitan.

(Name) berbalik dan dia terkejut karena melihat Bokuto yang memegang tangan pria asing itu hingga tangan Bokuto menampakkan uratnya. Wajahnya yang selalu ceria dan terang itu kini menggelap karena marah dan kesal.

"Menjauh darinya, jangan pikir aku tidak melihatmu mencoba melakukan pelecehan," ucap Bokuto dengan suara yang dalam.

Pria itu yang entah kenapa takut oleh Bokuto yang lebih muda darinya, akhirnya menyerah dan segera lari keluar dari toko. (Name) tidak bisa percaya jika Bokuto bisa menyeramkan seperti itu.

Manik Bokuto beralih ke arah (Name) lalu pandangannya melembut, "(Name)-chan tidak apa-apa?" tanya Bokuto khawatir.

(Name) menggelengkan kepalanya pelan. "Aku baik, terima kasih Bokuto senpai. Aku banyak membuatmu repot hari ini."

Bokuto menggelengkan kepalanya dan senyuman kecil terukir di wajahnya. "Aku tidak merasa repot," tangan Bokuto yang satunya menunjukkan gelang yang dia ingin berikan pada (Name). "Aku membeli ini untuk kita berdua, bagaimana menurut (Name)-chan?" tanya Bokuto memiringkan sedikit kepalanya lucu.

(Name) memegang gelang itu dan dia juga tersenyum melihatnya. "Sangat indah."

Bokuto terkekeh melihat wajah (Name) yang kagum itu. Setelah (Name) menemukan boneka yang dia cari, mereka keluar dari toko dan memutuskan untuk pulang. Sesuai dengan janji Bokuto, dia akan mengantarkannya ke rumah.

(Name) tidak bisa berhenti menatap gelang yang dibelikan Bokuto untuknya. Bokuto tidak bilang apapun kenapa dia membelinya, apa ini tanda persahabatan mereka? Atau Bokuto memberikan sebuah petunjuk soal perasaannya? Ah, (Name) jadi malu sendiri memikirkannya.

Bokuto tidak sadar dengan (Name) yang sedang memikirkannya itu. Dadanya dilanda kerisauan karena pria tadi mencoba melakukan pelecehan di tempat umum kepada (Name). (Name) adalah gadishnya kenapa pria itu berani sekali? Bagaimana jika (Name) mengalami hal itu lagi ketika dia tidak ada di sampingnya?

Bokuto tidak bisa memaafkan dirinya jika (Name) diperlakukan secara kotor oleh mereka. Dia harus melakukan rencananya secepat mungkin, agar (Name) aman dari dunia yang kejam ini.

"Sudah sampai sini, Bokuto senpai."

Bokuto mengedipkan kedua matanya berkali-kali karena baru sadar sudah sampai di depan rumah milik (Name). "Oh, kalau begitu. Jangan lupa istirahat, (Name)-chan!"

(Name) mengangguk senang. "Tentu, Bokuto senpai ingin ikut makan malam di sini?" tanya (Name) dengan suara pelan dan kedua pipinya merona malu.

Rasa khawatir dan amarah dalam diri Bokuto lenyap melihat wajah merah lucu (Name). Apa mungkin (Name) memiliki perasaan yang sama dengannya?

"Aku sangat ingin ikut tapi tidak bisa," jawab Bokuto sambil menggaruk belakang kepalanya. "Aku harus belajar untuk ujian nanti dan memperbaiki nilaiku." Bokuto tidak bohong untuk yang ini.

"Semangat belajarnya, Bokuto senpai. Aku yakin Bokuto senpai pasti bisa," semangat (Name) sambil tersenyum.

Bokuto menaruh tangannya di pinggang dan wajahnya terlihat angkuh dan percaya diri. Egonya terus diberi makan oleh pujian dari (Name) seharian ini.

"Terima kasih, kalau begitu. Aku pulang, ya, (Name)-chan! Sampai jumpa!" ucap Bokuto sambil melambaikan tangannya.

(Name) membalas lambaiannya dan pipinya masih merona malu. "Sampai jumpa, Bokuto senpai!"

―――――

bersambung

𝐒𝐢𝐠𝐧 | B. KOUTAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang