03

1.4K 321 23
                                    

Selama empat malam berturut-turut, Bokuto tidak berhenti memikirkan (Name). Sering melamun ketika ingin tidur, makan bahkan saat latihan bola volli di sekolahnya. Pikiran Bokuto seperti dicuci dan hanya tentang (Name) yang dia ingat. Dia tidak berani membicarakan hal ini pada orang-orang bahkan pada Akaashi sekalipun. Sesuatu dalam dirinya bilang, akan lebih baik jika hanya ada dia yang tahu dan menyimpan rahasia kecil ini sendirian.

Dia sering menyempatkan waktunya untuk pulang bersama (Name) dan pastinya Akaashi juga ikut. Bokuto menepis rasa yang membuncah senang dalam dadanya ketika berada di dekat (Name) agar bisa menutupi rahasianya ini, dia ingin mencari tahu apa yang dia rasakan ini sendiri.

Malam itu saat rumahnya sepi karena bulan sudah pada titik tertingginya. Bokuto membuka situs pencarian untuk mencari tahu apa yang sebenarnya dia rasakan pada (Name). Semakin dekat dia dengan (Name), semakin besar juga perasaannya tumbuh.

Melihat beberapa hasil dengan jawaban yang sama. Bokuto terdiam sesaat sambil menatap dalam kata 'jatuh cinta'. Dia tidak pernah tahu kalau dia bisa jatuh cinta, apalagi pada gadis sesempurna (Name).

Tersenyum senang dengan jawaban itu, dia mengetikkan tentang bagaimana dia harus menyatakan perasaannya dan muncul banyak trik serta cara untuk melakukannya. Bokuto menggigit bibir bawahnya karena kebanyakan dilakukan secara terang-terangan.

Menambah kata kunci di belakangnya, Bokuto akhirnya menemukan gaya menunjukkan perasaannya pada (Name) sesuai dengan yang dia inginkan. Secara diam-diam ini lebih baik dan terlihat romantis juga. Bokuto mencatat semuanya dalam buku yang dimana isinya tentang catatan perasaannya kepada (Name).

Selesai menulisnya, Bokuto segera mematikan lampu kamarnya serta ponselnya dan meletakkan buku itu di bawah bantalnya. Menarik selimut hingga dadanya. Sebelum terlelap tidur, dia membayangkan wajah (Name) yang tersenyum ke arahnya.

Ah, Bokuto merasa akan mendapat mimpi indah malam ini.

Keesokannya, Bokuto datang ke sekolah sangat pagi, dia berlari cepat agar bisa menjalankan rencana pertamanya untuk memberikan petunjuk kepada (Name) bahwa Bokuto menyukainya.

Sampai di sekolah, Bokuto melirik ke sekitar dan dia menghela nafas lega karena belum ada orang-orang. Melihat ke arah loker dengan penuh harapan itu, Bokuto menyelipkan amplop ke dalamnya. Bagaimana Bokuto bisa mengingat loker yang mana milik (Name)? Katakan saja, mata tajam Bokuto yang seperti burung hantu itu dan otaknya yang berfungsi dua kali lebih cepat pada hal yang dia sukai tentunya dia bisa mengingatnya dengan jelas.

Puas dengan apa yang dia lakukan. Bokuto segera mencari tempat yang pas agar bisa memastikan amplop dari suratnya itu terbaca oleh (Name) pada saat dia membuka lokernya.

Menunggu di tempat persembunyian yang pas. Berjalannya waktu semakin banyak orang yang memasuki sekolah. Bokuto juga melihat Akaashi yang lewat tanpa menyadari kalau dia sedang bersembunyi. Bokuto tertawa senang dalam hatinya karena Akaashi tidak merasakan hawa keberadaannya.

"Hari ini tidak mau ikut ke cafe? Aku dengar mereka menyajikan minuman baru, loh!"

"Tidak, terima kasih. Aku ingin segera menyelesaikan tugas kelompok dulu."

Bokuto menegapkan badannya ketika mendengar suara lembut nan indah itu terdengar ke telinganya. Dia melihat (Name) bersama salah satu temannya. Mereka sepertinya berjalan ke sekolah bersama-sama.

"Ayolah~ Istirahatkan otakmu itu dan mari bersenang-senang!" rengek teman (Name).

"Maaf, Mina-chan, tapi tidak bisa," tolak (Name) sekali lagi lalu membuka lokernya.

(Name) terkejut melihat amplop putih yang ada dalam lokernya, mengambil pelan amplop tersebut dia mengamatinya sebentar.

"Wah!! Ada surat cinta!" teriak Mina senang melihat ada amplop yang dipegang (Name).

"Kurasa bukan, ini hanya surat kaleng," balas (Name) lalu dia membuka isi amplop itu. Hidungnya bisa mencium harum parfum yang menenangkan, membuat wajah (Name) memerah membayangkan siapa yang mengiriminya atau ini hanyalah sekedar kejahilan seseorang.

"Ayo bacakan isinya!"

"Teruntuk (Name)-chan yang aku kagumi, aku selalu merasakan sesuatu yang bergejolak dalam diriku ketika aku melihatmu. Senyumanmu, tawamu, semua yang kau punya mengisi kembali energi dalam diriku. Bisa dibilang (Name)-chan adalah seseorang yang istimewa bagiku. Aku harap (Name)-chan menganggapku seperti itu suatu hari nanti," jeda (Name) dan Mina tidak tahan dengan teriakan kesenangannya karena mendengar isi surat itu. "Jangan lupa jaga kesehatanmu dan jangan pulang sendirian, aku tidak ingin (Name)-chan terluka. Tertanda, Pengagum Rahasia," ucap (Name) lalu dia melihat ada gambar berbentuk bintang dan cinta di akhir surat itu.

"Wahh!! (Name)-chan punya pengagum rahasia!! Pasti dia sangat tampan." Mina membayangkan pemuda ideal yang cocok dengan (Name).

"Uh.. entahlah, tapi aku akan menyimpan ini."

"Oh! Apakah (Name)-chan akan mencari si pengirim surat itu?" tanya Mina dengan mata berkilau semangat.

"Mungkin? Aku juga penasaran siapa dia," jawab (Name) jujur.

Di sisi lain, Bokuto memegang erat bagian dada kirinya, wajahnya memerah merona dan senyuman tidak luntur dari wajah tampannya. Dia sangat.. sangat, sangat senang melihat (Name) yang membaca surat darinya dan (Name) juga ingin mengetahui siapa pengirim surat itu.

Bokuto mengusap rambutnya dan mencoba mengontrol nafasnya, dia kelihatan seperti terkena serangan jantung atau rasa gugup yang luar biasa, namun yang dia rasakan sebenarnya adalah rasa senang yang tidak bisa dia tahan. Dia ingin segera memiliki (Name) dan mereka pasti akan menjadi pasangan yang sempurna.

"(Name)-chan akan jadi milikku..."

―――――

bersambung

𝐒𝐢𝐠𝐧 | B. KOUTAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang