(Name) menutup buku tulisnya lalu meregangkan otot-otot lengannya. Dia baru menyelesaikan pekerjaan sekolah dan akan pergi untuk tidur. Melirik sebentar ke arah jam dinding, (Name) terkejut karena sekarang sudah tengah malam.
Menyimpan kembali buku tulisnya ke tempat yang semestinya. Pandangan (Name) terhenti pada surat-surat yang ada di mejanya. Semua surat itu dari penggemar rahasianya yang sampai saat ini (Name) tidak tahu siapa dia.
Mina bilang tidak perlu dicari tahu karena nantinya mereka akan datang bertemu dengannya. Namun, (Name) memiliki firasat aneh.
Kembali duduk di atas kursinya, tangan (Name) mengambil surat-surat itu dan membacanya ulang. Sekitar enam surat yang sudah dia terima dan tiap suratnya itu ada hadiah yang berbeda juga.
(Name) tentu penasaran siapa yang menulis surat dan memberikannya hadiah seminggu ini. Terdapat perasaan ganjal di dalam hatinya ketika surat dan hadiah itu ada di dalam lokernya.
Menghela nafas pelan, (Name) memutuskan untuk pergi tidur. Besok dia harus membantu ibunya membereskan rumah karena besok adalah akhir pekan.
❦
Hari senin seharusnya terasa sama seperti hari-hari sebelumnyan Kecuali jika ada penggemar rahasia yang lagi-lagi mengantarkan surat dan hadiahnya kali ini adalah sebuket bunga mawar merah.
Tindakannya memang terlihat romantis dan manis, namun bagi (Name) tidak. Mina yang melihat wajah (Name) terlihat ketakutan itu angkat bicara. "(Name)-chan?"
"Aku lelah dengan semua hadiah ini," ucap (Name) lalu mengambil surat dan bunga yang memenuhi lokernya.
"Aku mengerti, (Name)-chan. Lalu, apa yang akan (Name)-chan lakukan?"
(Name) membuka surat itu dan seperti surat-surat yang sudah terkirim. Berisi pujian untuknya. (Name) memasukkan surat itu ke dalam tasnya.
"Sebenarnya aku tidak tahu. Tapi, aku akan minta bantuan Keiji-kun. Dia pintar dalam situasi detektif ini," jawab (Name) lalu memandang lama bunga yang ada dipegangnya.
Mina mengangguk paham lalu dia melirik ke sekitar. "Aku harap penggemar rahasiamu tidak ada di sini, dia pasti sedih mendengarnya," ucap Mina dengan nada kasihan.
"Mau bagaimana lagi, jika dia tidak menunjukkan dirinya aku takut kalau penggemar rahasiaku ini adalah orang yang melakukan lelucon atau lebih parahnya lagi.." (Name) berjalan ke tempat tong sampah lalu membuang bunga mawar merah itu. "Pembunuh," nada bicara (Name) terdengar pelan.
Mina mengusap kedua lengannya. "Tidak mungkin, jangan berpikiran yang aneh-aneh, (Name)-chan," balas Mina lalu menatap bunga yang sekarang sudah dibuang itu. "Yakin membuangnya?"
"Aku butuh surat ini sebagai bukti, ayo Mina-chan. Nanti telat masuk."
Mina memutar bola matanya malas. "Kita datang terlalu pagi, mana mungkin telat."
"Ah, benar juga."
Sementara itu. Bokuto yang melihat (Name) membuang bunga yang dia hadiahkan itu dan semua hal yang sudah dia lakukan tidak tahan dengan perasaan marah di dalam dadanya. Dia marah karena dia pikir tindakannya ini sudah benar, dan dia marah karena (Name) tidak menghargai semua hadiahnya.
"(Name) bilang dia akan minta bantuan Akaashi?" gumam Bokuto lalu kedua matanya membulat karena jika (Name) menunjukkan semua surat itu, Akaashi langsung tahu tulisan tangan miliknya.
"Tidak, aku harus melakukan sesuatu."
Bokuto keluar dari tempat persembunyiannya. Pikirannya kacau karena (Name) yang takut dengan hadiah dan suratnya dan dia tidak ingin (Name) memberikan surat itu pada Akaashi. Tidak seperti ini yang dia bayangkan. Seharusnya semuanya berjalan seperti yang dia rencanakan. (Name) seharusnya senang dan lebih sabar menunggu hingga Bokuto selesai dengan beberapa urusannya.
"Kenapa (Name)? Aku pikir kau menyukai hadiahku."
―――――
bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐢𝐠𝐧 | B. KOUTARO
Fanfiction✧ kenapa kau selalu menolaknya? apakah karena ini jelek? kalau begitu... akan aku buat kau menyukainya ✧ start → august 16 2020 end →