19

933 226 14
                                    

(Name) meneguk ludahnya susah sambil memegang ujung bajunya. Pantulan dirinya di hadapan cermin dengan pakaian yang Bokuto belikan, membuat rasa takut dan ngeri kepada Bokuto semakin tinggi. Sampai level mana Bokuto mengetahui hal-hal tentang dirinya? Kaos panjang berwarna (favorite color) dengan gambar kartun kesukaannya dan ditambah jaket yang (Name) pakai ini adalah jaket yang (Name) lihat di etalase toko dan berpikir ingin membelinya. Tidak mungkin semua ini hanyalah kebetulan semata.

"(Name)-chan? Sudah siap belum?"

Suara Bokuto terdengar dari luar pintu diiringi dengan ketukan. (Name) mengambil nafas pelan dan mencoba menenangkan diri. Memantapkan jiwanya, (Name) berjalan keluar kamar.

Sesuai dengan perkataan Bokuto semalam. Dia akan mengajak (Name) jalan-jalan keluar. Dilihat dari pandangan (Name), di luar jendela hanya terlihat pohon-pohon tinggi, seperti dia berada di tengah hutan.

"Aku ingin memperlihatkan (Name)-chan sebuah danau yang tak jauh dari sini, saat musim semi atau panas tiba, (Name)-chan bisa berenang di sana denganku," ucap Bokuto sambil menggandeng tangan (Name).

Mereka berjalan bersampingan dengan (Name) yang memperhatikan lingkungan sekitarnya. Memikirkan kemana jalan keluarnya dari sini.

"(Name)-chan mendengarkanku 'kan?"

Mendengar namanya dipanggil dengan suara dalam itu dan pegangan Bokuto di tangannya mengerat membuat (Name) terperanjat kaget lalu dia mengangkat kepalanya. Berhadapan dengan wajah Bokuto yang tadinya ceria menjadi suram dengan kilatan mata yang kesal.

"A-aku mendengarkanmu, hanya sedang mengagumi hutan saja. Jadi..." (Name) mengutuk dirinya sendiri karena dia bingung alasan apa yang harus dia katakan.

Mendengar hal itu, Bokuto tersenyum kecil kalau (Name) menikmati jalan-jalan mereka sampai melamun. (Name) setengah bersyukur karena Bokuto bisa cepat merubah perasaannya itu dengan mudah.

"Senang mendengarnya, aku masih mempunyai banyak kejutan untuk, (Name)-chan ke depannya," ucap Bokuto antusias.

Dalam hati, (Name) tidak ingin menerima kejutan apa-apa dari penculiknya ini.

Lima menit berjalan, mata mereka disambut dengan danau megah. Bulan februari ini suhunya tidak terlalu menurun hingga danaunya kembali mencair. (Name) kagum dengan keindahan danau yang dilindungi oleh pohon-pohon tinggi dan (Name) bisa melihat ada beberapa bunga yang setengah mekar di sisi danau.

"Indah bukan?" tanya Bokuto.

"Hmmm, indah sekali," jawab (Name) jujur.

Bokuto tersenyum puas mendengarnya dan dadanya menghangat senang dengan adanya (Name) di sampingnya.

"Oh, kita bisa melakukan piknik di sini kalau suhunya sudah cukup hangat, aku jamin akan menyenangkan!"

(Name) menganggukkan kepalanya mengiyakan perkataan Bokuto. Mata (Name) memincing ke sebrang danau jika dia bisa melihat sesuatu namun hasilnya nihil.

Suara ponsel berdering membuat (Name) kaget karena dia kira Bokuto tidak membawa ponsel dan apa ada sinyal di tengah hutan sini?

"Maaf, (Name)-chan. Orangtuaku menelepon. Tunggu di sini, ya?"

"Baik," jawab (Name) cepat tanpa menatap Bokuto.

Lalu, (Name) merasakan dagunya dicengkram oleh Bokuto dan kedua mata mereka saling beradu pandang. Manik emas burung hantu Bokuto itu memberikan pesan peringatan dan mengeluarkan aura siapa yang menjadi penguasanya di sini.

"Kalau (Name)-chan mencoba kabur, aku tidak akan segan mengikat (Name)-chan, oke?"

―――――

bersambung






















mampir buat napas doang :3

𝐒𝐢𝐠𝐧 | B. KOUTAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang