05

1.2K 284 29
                                    

Tangannya menjadi bantalan kepala, kedua mata tajam burung hantunya menatap intens pada foto-foto yang dia ambil secara diam-diam ketika (Name) pulang sendirian tadi sore. Sebenarnya, tidak sendiri jika Bokuto ada mengawasinya dari jauh karena rasa khawatir jika (Name) terluka.

Terlihat agak kurang jelas tapi Bokuto masih bisa melihat manik (eye color)nya, bibir merah anggun yang sering Bokuto bayangkan bagaimana rasanya jika menempel dengan miliknya.

Menyadari pemikirannya itu. Bokuto mengusap bibirnya pelan dan membayangkan ciuman yang dia bagi bersama (Name) setelah pernyataan cintanya terbalas. Pipi Bokuto memerah dan senyumannya tercetak diwajahnya.

Menyimpan kembali ponselnya ke bawah bantal. Bokuto tidak sabar ingin segera hari esok. Dia sudah menyiapkan hadiah dan surat manis untuk (Name). Kali ini, dia menghadiahkan sesuatu yang (Name) sukai sesuai dari informasi yang dia dapatkan dari Akaashi.

Beruntungnya dia, Akaashi tidak banyak bertanya ataupun mencurigainya.

Bersembunyi di tempat biasa. Bokuto mengintip lewat celah pintu agar bisa melihat apakah (Name) sudah datanga atau belum. Matanya menangkap surai (hair color) dari kejauhan namun kali ini (Name) tidak bersama temannya Mina.

Tanpa banyak bicara, (Name) membuka lokernya dan dia kembali mendapatkan sesuatu dari penggemar rahasianya. Ada kotak kado kecil dengan dua warna favoritnya dan amplop dengan wangi parfum yang sama.

(Name) melirik ke samping kanan dan kirinya, siapa tahu dia bisa mengetahui dimana penggemar rahasianya bersembunyi. Tetapi, suasana sekolah masih agak sepi dan para siswa di sana juga berjalan menghiraukan ekspresi (Name) yang kebingungan.

Menghela nafasnya pelan, (Name) membuka kotak kado kecil itu dan menemukan beberapa buah permen dengan rasa favoritnya. (Name) tentunya kaget bagaimana bisa dia atau siapapun itu bisa mengetahui permen yang disukai (Name).

Menyimpan kotak itu dilokernya, dia membuka amplop dan membacakan isinya dalam hati.

'Aku pernah melihat (Name)-chan memakan permen yang seperti ini. Jadi, aku tebak ini adalah kesukaanmu? Rasanya manis sama seperti, (Name)-chan!'

Entah harus senang karena ada yang memanggilnya manis meski lewat tulisan atau takut karena orang yang mengirimkan hadiah padanya ini pernah melihatnya memakan permen.

Apa dia sering membuntuti (Name) kemana-mana?

"(Name)-chan?"

"Ah! K-Keiji-kun?"

Akaashi menatap bingung pada (Name) yang kaget itu. Melirik ke arah kertas yang dia pegang dan loker yang masih terbuka. Akaashi bertanya, "dari siapa itu, (Name)?"

"Sebenarnya... aku juga tidak tahu," jawab (Name) jujur lalu menyimpan amplop itu ke dalam loker dan mengambil beberapa permen dari kotak kado itu.

"Penggemar rahasia?"

"Sepertinya... iya, aku merasa aneh saja ternyata aku yang seperti ini punya penggemar," ucap (Name).

Akaashi diam tidak melanjutkan pembicaraan ini karena (Name) merasa tidak enak. Maka dari itu, dia mengganti topiknya. "(Name)-chan, bagaimana kalau kau ikut menontonku latihan? Aku lihat di berita akan ada hujan nanti sore, lebih baik pulang bersama denganku," ajak Akaashi.

"Hmmm, baiklah. Aku juga lupa bawa payung, hehehe," jawab (Name) sambil menggaruk pipinya canggung.

Akaashi hanya menghela nafas mendengarnya lalu dia mulai menceramahinya agar tidak lupa lagi.

Sedangkan di sisi lain, Bokuto merasa tidak enak hati melihat Akaashi dan (Name) yang begitu dekat seperti itu.. apalagi Akaashi mengajaknya untuk pulang bersama. Seharusnya, Bokuto yang mengatakan hal seperti itu.

Menggelengkan kepalanya cepat, Bokuto hampir tidak mempercayai apa yang dia pikirkan barusan. Seperti bukan dirinya saja.

Bokuto akan ikut bersama mereka untuk pulang. Dia tidak bisa membiarkan (Name) sendirian dengan pria lain selain dirinya.

―――――

bersambung

𝐒𝐢𝐠𝐧 | B. KOUTAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang