14

908 226 12
                                    

"Setelah ini ada tempat yang ingin (Name)-chan kunjungi?"

(Name) terdiam sesaat lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak ada, untuk hari ini aku hanya disuruh membeli bahan memasak saja."

Akaashi mengangguk mengerti mendengar jawaban dari (Name). Keduanya kebetulan bertemu di mini market dan pada akhirnya mereka memutuskan untuk berbelanja bersama. Akaashi tadinya hanya ingin membeli minuman dan cemilan dan setelah itu dia akan pulang cepat ke rumahnya. Namun, melihat (Name) yang belanja sendirian membuat Akaashi merubah rencana.

Dia khawatir karena belakangan ini dia menemukan kejanggalan yang sepertinya hanya dia yang tahu.

"(Name)-chan, masih belum ada tanda-tanda dari penggemar rahasiamu? Maaf aku mengungkit ini lagi," tanya Akaashi sambil menoleh ke arah (Name) yang berjalan di sampingnya.

"Sayangnya tidak ada. Aku rasa, dia sudah menyerah," jawab (Name) dengan bahu terangkat tak peduli. "Aku juga tidak yakin kalau dia itu penggemarku, paling hanya orang jahil," tambah (Name) sambil tersenyum kecil.

Akaashi diam tidak menanggapi masalah seperti ini secara sepele. Bagamainapun juga, surat serta hadiah itu terlalu serius jika digunakan untuk bahan bercanda.

"Sebenarnya.." Akaashi menggantungkan kalimatnya karena ragu untuk mengatakannya. "Setiap malam aku selalu melihat seseorang yang berjalan sendirian dan arahnya selalu dari lewat rumahmu."

(Name) merasa merinding mendengarnya namun pikirannya mencoba positif. "Setiap malam? Sungguh?"

"Iya," singkat Akaashi untuk meyakinkan (Name). "Mungkin saja dia memiliki masalah dan ingin jalan-jalan di malam hari namun yang membuat dia aneh ini adalah, dia pergi dari rumahmu."

"B-bagaimana Keiji-kun tahu?" tanya (Name).

Uap hangat keluar dari bibir Akaashi. "Aku pernah melihatnya ketika aku mencoba mencari tahu alasan orang itu jalan di malam hari. Aku beruntung dia tidak menyadari kalau aku melihatnya."

Perasaan menghantui ketika malam itu kembali merayap ke tubuh (Name). Rasa dingin di bulan Desember tidak terasa karena ketakutan yang menyelimuti tubuh (Name). Apa jangan-jangan suara aneh yang dia dengar malam itu dan surat-surat dari penggemar rahasianya saling berkaitan?

"Jangan panik dulu, (Name)-chan." Akaashi mengusap bahu (Name) pelan. Dia merasa tidak enak hati malah menakuti (Name) dengan fakta yang dia temukan. "Kita akan mencari jalan keluarnya, untuk sekarang aku rasa lebih baik tidur bersama orangtua (Name)-chan dulu."

(Name) mengangguk mengerti lalu menunjukkan senyuman ke arah Akaashi. "Terima kasih, Keiji-kun. Selama ini Keiji-kun masih ingat soal masalah ini sedangkan aku.."

"Sudah jangan dipikirkan lagi. Aku melakukan hal ini semua karena aku peduli padamu."

(Name) nyaman mendengar kalimat penenang dari Akaashi yang selalu berhasil meluluhkan kekhawatirannya.

Bokuto yang mendengar pembicaraan mereka itu meremas kepalan tangannya erat hingga uratnya terlihat. Dia seharusnya lebih pandai dan berhati-hati karena penghalang dari jalannya rencana ini adalah seorang Akaashi Keiji. Padahal, Bokuto tidak ingin melakukan sesuatu yang melewati batas wajar.

"Malam ini, (Name)-chan akan pergi bersamaku." Bokuto mengatakannya dengan nada percaya diri dan kilatannya menunjukkan keseriusan apa yang dia ucapkan.

Manik emas yang terlihat ceria itu perlahan memudar dimakan kegelapan.

―――――

bersambung

𝐒𝐢𝐠𝐧 | B. KOUTAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang