09

1K 247 14
                                    

"(Name)-chan yakin penggemarmu ini tidak memberikanmu hadiah atau surat lagi?"

Akaashi bertanya kepada (Name) yang duduk di sebrangnya. Mereka berada di kamar (Name) sedang mendiskusikan perihal penggemar rahasia (Name). 

"Iya.. sudah seminggu tidak ada sesuatu yang aneh di lokerku," jawab (Name) lalu menaruh dagunya di atas meja. Raut wajahnya terlihat gugup bercampur bingung.

Akaashi diam kembali sambil memikirkan kemungkinan yang terjadi kepada penggemar (Name). Jika dia memang mengagumi (Name), bahkan seseorang yang spesial di matanya, tidak mungkin dia berhenti memberikan surat dan hadiah itu tanpa sebab.

Ditambah lagi, surat-surat dari penggemarnya ini yang diterima oleh (Name), menghilang secara misterius. Akaashi jadi kesulitan untuk mendapatkan petunjuk, jika saja dia bisa melihat tulisan dari penggemar rahasia itu, mungkin saja dia bisa menemukan sesuatu.

Kembali menatap ke arah (Name), dimana sekarang dia murung dengan informasi sedikit ini. Akaashi tidak bisa diam saja dan membiarkan perasaan meneror ini terus ada kepada (Name).

"Jangan khawatir (Name)-chan. Kita akan menemukan pelakunya bersama-sama," ucap Akaashi memecah keheningan di antara mereka.

(Name) menatap dua manik tenang Akaashi itu. "Aku percaya padamu, Keiji-kun," jawab (Name) menunjukkan senyumannya.

Akaashi membalas senyuman (Name) dengan miliknya. Ya, dia harus segera bertindak sebelum penggemar rahasia (Name) melakukan gerakan yang akan membawa (Name) dalam bahaya.

"Tidak ada kabar mengenai penggemar rahasiamu, (Name)-chan?" tanya Mina dengan nada penasaran ke arah loker (Name). 

Sudah beberapa bulan berlalu dan kabar mengenai penggemar rahasianya ini belum kunjung datang. Dia berhenti mengirimkan surat dan hadiah. (Name) merasa lega karena akhirnya dia pergi dari kehidupan (Name), namun perasaan diawasi selalu merayap ke tubuh (Name) dimanapun dia berada.

"Sampai sekarang aku tidak menerima apapun," jawab (Name) dan ketika membuka lokernya, isinya tetap sama. Tidak ada yang berubah.

"Sangat aneh bagiku jika dia tiba-tiba melupakan (Name)-chan. Padahal, (Name)-chan ini cantik dan imut!!" ucap Mina sambil mencubit sebelah pipi (Name).

"M-Mina-chan! Pipiku sakit tahu!" protes (Name) sambil berusaha melepas cubitan dari Mina.

"Hey, hey, hey! Selamat pagi, (Name)-chan!"

Mina dan (Name) menoleh ke sumber suara dan di sana ada Bokuto yang berjalan mendekati mereka. Aura bahagianya seperti virus yang menyerang ke orang-orang.

"Pagi, Bokuto senpai!" sapa Mina balik dengan senyuman.

"Pagi juga, Bokuto senpai," balas (Name) dan tangannya mengusap sebelah pipinya yang perlahan memerah.

"Aku ingin tahu apakah kalian akan ikut menonton pertandingan musim semi Inter High nanti?" tanya Bokuto.

Mina menepukkan kedua tangannya senang. "Pasti kami akan ikut menonton! Iya 'kan, (Name)-chan?"

(Name) menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan perkataan Mina. "Kami berdua ingin memberikan dukungan juga pada tim Fukurodani."

Senyuman Bokuto melebar mendengar alasan dari (Name) itu. Dia merasa ingin menunjukkan seluruh kemampuannya di depan (Name) saat ini juga.

"Aku tidak sabar ingin segera bertanding! Pastikan kalian berdua dapat tempat duduk yang paling depan!" saran Bokuto dan kedua maniknya berkilau senang membayangkan (Name) yang akan menyemangatinya.

"Ah, aku harus segera pergi ke kelas. Sampai jumpa nanti, (Name)-chan! Mina-chan!"

Bokuto berlari meninggalkan dua adik kelasnya yang menatap punggung lebarnya menjauh dari penglihatan mereka. Bokuto merasakan dadanya ingin meledak karena dia sudah lama tidak bicara dengan (Name).

Bokuto juga bisa memanggil (Name) dengan nama kecilnya dan hal itu semakin membuat Bokuto merasa istimewa! Siapa yang tidak menyangka tanpa dia meminta, (Name) sudah memberikannya izin untuk memanggilnya dengan nama kecil.

Sekilas manik emas Bokuto menggelap ketika dia ingat kalau rencananya semakin mulus tanpa hambatan. Dia bisa memiliki (Name) sepenuhnya setelah pertandingan musim semi Inter High tahun ini. Pertandingan terakhir yang akan dia jalani di kelas tiganya ini.

"Sebentar lagi, (Name)-chan. Tunggu aku."

―――――

bersambung

𝐒𝐢𝐠𝐧 | B. KOUTAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang