13

1K 230 30
                                    

"Akhirnya libur tiba!!"

Mina meregangkan kedua tangannya lega karena minggu ini ujian kenaikan kelas telah usai. Fukurodani sebentar lagi akan mengadakan acara perpisahan kelas tiga nanti. (Name) yang berjalan di samping Mina itu ikut tersenyum juga.

"Benar, aku senang kita bisa mengikuti ujiannya dengan lancar. Aku harap nilaiku tidak turun.." gumam (Name) dibagian akhir kalimat karena dia tidak ingin mengecewakan kedua orangtuanya.

Mina menepuk pelan bahu (Name) memberinya semangat. "Jangan khawatir, (Name)-chan! Kau sudah belajar serajin mungkin jadi, mustahil jika nilaimu turun."

(Name) mengangguk pelan mendengar perkataan Mina. Ekskul dan kehidupan sehari-harinya tidak ada yang aneh. Semuanya berjalan normal seperti biasanya. Bahkan, (Name) hampir melupakan soal penggemar rahasianya yang sudah berlalu beberapa bulan ke belakang. Hampir.

Sebab, malam ini (Name) merasakan sesuatu yang aneh di kamarnya.

Mengingat kembali malam dimana semua surat-surat dari penggemar rahasianya itu hilang, membuat (Name) menjadi was-was. Jam menunjukkan waktu pukul sepuluh malam. Seharusnya, (Name) sudah tertidur pulas daritadi, namun perasaan mengganjal dalam hatinya ini membuat kedua matanya sulit untuk menutup tidur.

Memutuskan untuk mengecek kamarnya. (Name) berdiri menyingkirkan selimut yang menutupi badannya. Udara dingin langsung menusuk kulitnya meski penghangat ruangan sudah dinyalakan. (Name) melihat ke sekeliling kamarnya dan dari sudut pandanganya sendiri tidak ada yang mencurigakan.

Berjalan mendekati meja belajar, lemari baju dan lemari kecil bukunya. Semuanya terlihat normal.

Hingga suara dari dekat jendela membuat (Name) menoleh cepat ke arah satu-satunya jendela di kamarnya. Lampu kamarnya dimatikan jadi dia bisa melihat bayangan yang ada di jendelanya, namun tidak ada apapun atau seseorang di sana.

Meneguk ludahnya kasar, (Name) memberanikan diri untuk mendekati jendela. Sebenarnya dia bisa membangunkan ayah dan ibunya untuk mengecek. Namun, dia tidak ingin menganggu waktu istirahat mereka jika kenyataannya tidak ada yang aneh.

Jari (Name) memegang erat gorden kamarnya dan keringat mulai terlihat di lehernya akibat gugup. Menggeser pelan gordennya dia melihat pekarangan rumahnya yang sepi dan gelap.

Mengambil nafas lega karena perkiraannya salah. (Name) menepuk keningnya. "Aku hanya takut karena penggemar rahasia itu belum aku temukan," gumamnya pelan pada dirinya sendiri.

Kembali menutup gorden kamarnya. Gadis berambut (hair color) itu tidak menyadari pemuda yang bersembunyi di balik pohon dekat kamarnya itu. Dia hampir saja ketahuan saat hendak melihat lebih dekat ke arah gadis yang dia sayangi.

Bokuto menurunkan maskernya hingga dagu lalu mengambil oksigen sebanyak mungkin. Dia kesulitan bernafas karena khawatir jika dia tertangkap basah oleh (Name). Bokuto hanya ingin memastikan (Name) aman dan setelah acara perpisahan nanti, dia akan memulai rencana membawa (Name) ke rumah yang sudah disiapkan Bokuto.

Dia tentunya berbohong kepada keluarganya. Ayah, ibu dan saudaranya. Dia ingin tinggal sendiri dan jauh untuk mewujudkan mimpinya sebagai pemain bola volli profesional. Tentu, keluarganya yang sudah memandang Bokuto sebagai anak yang baik dan memiliki mimpi tinggi itu mengiyakan keinginannya.

Bokuto kembali memakai maskernya lalu melihat ke arah jendela kamar (Name) yang gelap itu. Sayang sekali dia tidak bisa bertemu dengan (Name) malam ini.

Pergi dari tempat persembunyiannya, Bokuto berjalan pulang dengan santai.

Akaashi yang baru ingin tidur dan secara tidak sengaja menoleh ke arah jendelanya yang belum dia tutup gordennya. Menatap bingung ke arah pemuda yang berjalan sendiri di malam dingin ini. Atau lebih tepatnya Bokuto.

"Aneh.. aku kenal dengan jaket itu," ucapnya pelan sambil memperhatikan Bokuto yang semakin jauh dari pandangan Akaashi.

―――――

bersambung

𝐒𝐢𝐠𝐧 | B. KOUTAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang